Wani Ditata Project menampilkan berbagai medium karya seni, seperti, video, foto, objek temuan, dan instalasi yang merupakan proyek seni perupa perempuan Dewan Kesenian Jakarta. Wani Ditata Project melibatkan 8 orang perempuan seniman dan berlangsung dari 4 Oktober hingga 19 Oktober 2015 di Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Mengutip dari pengantar yang ditulis Kurator pameran ini, Angga Wijaya, bahwa Wani Ditata Project merupakan upaya pembacaan ulang sejarah dalam birokrasi politik yang dibuat oleh negara dalam perspektif kebudayaan tentang bagaimana konstruksi wanita dalam kepentingan politik. Praktik kerja proyek seni ini melalui dua jenis penelitian, yakni melalui arsip-arsip tentang Dharma Wanita di masa Orba dan observasi langsung terhadap organisasi Dharma Wanita Persatuan saat ini. Proyek seni ini menampilkan delapan karya perupa perempuan yang sangat beragam. Aprilia Apsari menggambarkan betapa sulitnya membuat sanggul yang merupakan ciri identik Dharma Wanita dan disajikan dalam sebuah video dengan judul “Diumbul No”. Julia Sarisetiati menyuguhkan video yang berjudul “Wanita Berkepribadian Unggul”. Kemudian Keke Tumbuan menampilkan video instalasi “Poco-Poco dan Bernyanyi Bersama Selain Menyenangkan Juga Bisa Mencegah Alzheimer”. Marisha Soekarna menampilkan karya yang berjudul “Perempuan yang Harus”, karya tersebut menggambarkan beban yang harus dipikul perempuan semenjak kakinya kecil hingga besar, semenjak usia anak hingga beranak, dari super daughter, super women, super wife, super social, super mom sampai pada akhirnya menjadi super tired. Otty Widasari menampilkan lukisan akrilik di atas kertas dan video arsip yang ia beri judul “Wanita dalam Pembangunan”. Kemudian Tita Salina mempersembahkan hasil temuannya dalam pameran ini, yaitu minyak wangi dengan 5 jenis aroma. Tita memberikan judul temuannya “Smells Like Tien’s Spirit”. Yaya Sung menampilkan karyanya melalui medium fotografi yang ia beri judul “Seratan Cerita”, salah satu karyanya ialah foto kain bedong, kain yang digunakan untuk membalut bayi. Kemudian karya menarik lainnya datang dari Kartika Jahja yang berjudul “Titik Titik Titiek”. Kartika mengambil konsep ruang tidur dimana ada banyak bantal bertuliskan nama perempuan yang seiring berjalannya waktu nama perempuan di bantal tersebut luntur, terganti dan semakin hilang. Perubahan nama tersebut ditunjukkan secara jelas oleh Kartika, mulai dari Nn. Titiek Soenardi, Ny. Titiek Bachtiar hingga menjadi Ny. Agoes Bachtiar. Menjadi sebuah ironi karena identitas asal perempuan luntur setelah menikah sedangkan di sisi lain nama suami tidak berubah dan relatif tetap. Selain acara pameran seni, Wani Ditata Project juga menggelar diskusi publik pada Selasa (06/10/2015) dengan tema “Citra Dharma Wanita dalam Konstruksi Sosial” di lokasi yang sama. Diskusi ini merupakan rangkaian acara Wani Ditata Project , proyek seni perupa perempuan yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta dengan kurator Angga Wijaya. Acara diskusi ini menghadirkan Julia Suryakusuma dan Manneke Budiman, Ph.D., sebagai pembicara dengan moderator Maulida Raviola dan dihadiri oleh puluhan peserta dari berbagai kalangan, seniman, akademisi, LSM, hingga media. (Andi Misbahul Pratiwi) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
August 2024
Categories |