Rabu (25/2) Jurnal Perempuan (JP) menerima kunjungan dari Mahasiswi Universitas Multimedia Nusantara (UMN) yang juga menyandang gelar sebagai Miss UMN 2014. Kunjungan ini dimaksudkan untuk menimba ilmu dan berdiskusi tentang isu perempuan khususnya terkait dengan topik Kekerasan Dalam Pacaran (KDP). Acara diawali dengan perkenalan dan pembukaan yang dipandu oleh Direktur Pengembangan Jurnal Perempuan, Deedee Achriani, yang memaparkan tentang perjalanan sejarah dan aktivitas Jurnal Perempuan. Deedee menjelaskan tentang isu-isu yang diangkat JP dan keterlibatan JP dalam upaya perlindungan dan pemajuan hak-hak perempuan di Indonesia. Ia juga menceritakan keberadaan Sahabat Jurnal Perempuan (SJP) Kampus yakni program JP untuk melibatkan generasi muda khususnya mahasiswa dalam mempromosikan isu kesetaraan dan keadilan gender dan menggalang donasi dari kalangan kampus/akademisi untuk mendukung upaya JP merawat pengetahuan perempuan. Usai perkenalan dan pembukaan, acara diselingi dengan makan siang bersama. Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi tentang Kekerasan Dalam Pacaran yang difasilitasi oleh Sekretaris Redaksi JP, Anita Dhewy. Pada sesi diskusi ini sebanyak 16 finalis Miss UMN 2014 yang terdiri dari para mahasiswi Jurusan Public Relations, Desain Grafis, Jurnalistik dan Teknik Informatika angkatan 2012 dan 2013 ini diajak untuk menonton film dokumenter tentang KDP berjudul Love Then Leave yang dilanjutkan dengan diskusi. Mereka sangat antusias menyampaikan pandangan, pertanyaan dan komentar terkait pesan dan isu yang terdapat dalam film. Hampir semua menyampaikan pendapatnya dan terlibat dalam diskusi. Bahkan ada diantara mereka yang berbagi kisah dan pengalamannya, salah satunya Michelle Lawrencia, peraih gelar Miss UMN 2014. Diskusi mengupas tentang mengapa KDP bisa terjadi, bagaimana menghindari hal tersebut, bagaimana jika kita berada dalam situasi tersebut, bagaimana jika teman kita mengalami KDP, bagaimana pacaran yang sehat, dsb. Diskusi dilanjutkan dengan menonton film kedua yakni dokumenter produksi YJP berjudul VTalks yang mengupas tema tentang seksualitas anak muda perempuan di tiga wilayah di Indonesia. Isu tentang minimnya akses layanan kesehatan, konsep keperawanan yang mendiskriminasi perempuan dan persoalan orgasme menjadi pembahasan. Dalam diskusi yang berlangsung sekitar 2,5 jam tersebut, Anita mengingatkan tentang pentingnya perempuan bersuara, mengatakan tidak pada kekerasan dan membekali diri dengan pengetahuan. Menurut Fifiani Lugito, Mahasiswi Desain Grafis yang mendampingi Miss UMN 2014, diskusi ini juga menjadi bekal bagi Miss UMN 2014 untuk menjalankan program kerja mereka yakni salah satunya mengadakan kampanye sosial tentang KDP bagi anak-anak SMU. Kunjungan ini juga dapat dikatakan sebagai kelanjutan dari perjumpaan Jurnal Perempuan dengan Miss UMN. Sebelumnya pada Agustus 2014, Jurnal Perempuan diundang oleh BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) UMN—sebagai penyelenggara kegiatan Miss UMN—untuk memberikan materi dalam Kelas Sosial Politik dalam proses pembekalan bagi para finalis Miss UMN 2014 yang juga menjadi bagian dari proses seleksi. (redaksi JP) Pada hari Kamis (12/2) Jurnal Perempuan menghadiri Prize Awarding Ceremony yang diadakan oleh ISRSF (The Indonesian Scholarship and Research Support Foundation). Acara yang diselenggarakan di kantor ISRSF, Graha Iskandarsyah ini diadakan dalam rangka pengumuman pemenang dan pemberian hadiah atas 2014 Indonesian History Essay Competition and Essay Competition for Indonesian Women yang dibuat oleh ISRSF. Dalam acara itu, dewan juri Indonesian History Essay Competition, yang terdiri dari Prof. Peter Carey (Universitas Indonesia dan Oxford University), Prof. Bambang Purwanto (Universitas Gadjah Mada) dan Dr. Baskara Wardaya (Universitas Sanata Dharma), berhasil memutuskan tiga pemenang dan tiga Honorable Mention dari 36 esai yang masuk. Ketiga pemenang itu adalah Sammy Kanadi dengan tulisan berjudul “The Ethical Policy and Indonesian Nationalism”, Norman Joshua Soelias dengan esai berjudul “The Price of Containment: Marshall Plan and the Mutual Security Program in Indonesia, 1948-1952. Terakhir, Hendri Yulius Wijaya dengan tulisan berjudul “Women, Islam, and National Building Examining Transnational Frictions of Indonesia’s Early Feminism.” Hendri mengatakan,”Awalnya saya ingin mengikuti kompetisi esai tentang gender, namun ternyata ditujukan untuk perempuan. Akhirnya saya mencari alternatif lain. Saya membaca kembali tulisan Soekarno dan Kartini dan menelusuri jejak feminisme di sana”. Di samping ketiga nama itu, ada tiga nama lain penerima Honorable Mention, yaitu karya tulis yang patut diapresiasi. Ketiga nama tersebut adalah Maiza Elvira dengan esai berjudul “A Comparative Dutch and British Comparative Methods to Control Epidemics in the East Indies from 1880-1940”, Irfan Nugraha dengan esai berjudul “How the History of Religious Conflict Should be Written? A Role of History in Peace-Building Agenda by ‘Voiceless Victim’ Participation in Writing Process” dan Muzayin Nazaruddin dengan esai berjudul “Disaster and Landscape Rhythm, A Case Study of Mount Merapi in Indonesia.” Dewan Juri essay Competition for Indonesian Women yang terdiri dari Maria Hartiningsih (Harian Kompas), Antarini Pratiwi (Universitas Indonesia) dan Dr. Francisia Seda (Universitas Indonesia) juga telah berhasil menentukan tiga pemenang serta tiga Honorable Mention dari tiga puluh esai yang masuk. Kompetisi esai ini hanya boleh diikuti oleh perempuan di seluruh Indonesia. Nama-nama yang berhasil menjadi pemenang antara lain Sari Damar Ratri, dengan esai berjudul “When Harm Reduction has not been Accommodating Drug Users’ Needs.”, Ana Wijayanti Purnomo, dengan esai berjudul “Eco-Friendly Technology Innovation for Women as Invisible Home Workers” dan Hana Hanifa, dengan esai berjudul “Care Drain from South to North: Feminization of Migration and Nanny-Maid Dilemma”. Ketiga nama Honorable Mention adalah Nurhadianty Rahayu, dengan esai berjudul “Reconctructing and Reviving Gerwani’s Identity through the Act of Writing Back”, Savitry Nurhayati dengan esai berjudul “Gender Equality in Indonesia: An Analysis”, Nafisah dengan esai berjudul “One Dimensional Man: Skin Whitening Series, One Dimensional Beauty Product Selection by Indonesian Women.” Para juri yang turut hadir seperti Maria Hartiningsih dan Peter Carey merasa bahagia dapat menemukan pemenang dengan esai-esai yang sangat berkualitas. Maria mengatakan, ”Rasanya seperti menemukan permata.” Peter juga mengatakan bahwa bahasa menjadi salah satu hambatan dalam penulisan esai ini. Tujuan dari kompetisi esai yang diadakan ISRSF ini adalah untuk mempermudah seleksi penerimaan Arryman Fellowship tahun ini. Dr. Jonathan R. Pincus, Board of Trustees ISRSF yang ikut menghadiri acara ini mengatakan, “Our goal is to support scholarship and stimulating research in Indonesian social sciences. Our dream is the next Indonesian social scientist will be based here teaching and writing books about Indonesia’s social issues”. Arryman Fellowship membuka kesempatan sebesar-besarnya kepada semua perempuan Indonesia untuk menjadi penerima beasiswa. Saat ini, dari sembilan orang penerima Arryman Fellow di Northwestern University, tiga orang adalah perempuan, alias lebih dari tiga puluh persen. Benny Subianto, Executive Director ISRSF yang menjadi moderator di acara ini mengatakan, “Kami lebih menginginkan pelamar perempuan”. (Lola Loveita dan Naura Nabila) Belasan anggota komunitas Jejer Wadon yang terdiri dari gabungan perempuan aktivis di Solo membaca puisi di Museum Radya Pustaka, Selasa (17/2/2015). Pembacaan puisi ini adalah bagian dari acara pagelaran seni untuk memperingati hari jadi kota Solo 24 Jam Taman Perdikan Gede Sala yang dimeriahkan oleh 75 seniman. Dimulai dengan pembacaan puisi oleh Puitri Hati Ningsih dengan judul “Salam Terakhir” buah karya Hartoyo Andangjaya, kemudian disusul Nuning Woro yang membaca dan melagukan dua judul puisi karya Wiji Thukul yakni “Pernyataan” dan “Bunga dan Tembok”. Beberapa aktivis lainnya seperti Arini, Elizabeth Yulianti Raharjo dan Saifuddin Hafiz membacakan puisi-puisi yang diambil dari Antologi terbitan Jejer Wadon yakni Merawat Ingatan Rahim, Puisi Tragedi Mei 1998. Pembacaan puisi juga diiringi oleh performa tarian tubuh oleh tiga perempuan seniman berasal dari Serbia, Spanyol dan Polandia di bawah asuhan budayawan Suprapto Suryodarmo. Kepada Jurnal Perempuan, Suprapto Suryodarmo sebagai penyelenggara acara menyatakan alasannya menggandeng para perempuan aktivis yang tergabung dalam komunitas Jejer Wadon,”Kita itu sampai kadang-kadang, yang aktivitas budaya laki-laki lupa untuk mengajak aktivis perempuan. Maka kemudian saya menghubungi Nunung Purwanti atau biasa dipanggil Mak’e untuk Jejer Wadon berperan serta dalam acara ini,” tutur Suprapto Suryodarmo. Pada acara pembacaan puisi yang berdurasi dua jam tersebut juga dimeriahkan oleh penampilan Pin Wiyatno atau biasa disapa Mbah Pin, seniman asal Sragen dengan membaca puisi panjang karya WS. Rendra yang berjudul “Namaku Suto”. Di sesi terakhir, Nurul Sutarti dari Jejer Wadon membaca puisi yang ditulis oleh Nunung Purwanti dengan judul “Namaku Sarah”. Puisi “Namaku Sarah” ditulis dengan singkat di tengah acara oleh Nunung Purwanti dan mampu membuat penonton terkesima, sebelum akhirnya seorang dalang yang tengah memegang wayang tokoh seorang Ibu menyanyikan lagu daerah “Wiwit Aku Isih Bayi”. Puisi “Namaku Sarah” bercerita tentang tragedi kekerasan dalam rumah tangga di tengah budaya patriarki. “Sesuai dengan kampanye kita untuk menyuarakan stop kekerasan pada perempuan dan anak, puisi ini serasa mewakili,” pungkas Nurul Sutarti. (Astuti Parengkuh) Rabu, 18 Februari 2015 Jurnal Perempuan bekerja sama dengan GIZ (Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit) mengadakan Training Pemahaman Gender Dasar yang diikuti gender focal point Timor Leste (12 orang) dan Indonesia (6 orang) yang bekerja untuk sejumlah isu seperti penguatan hak-hak perempuan, perdamaian dan program pembangunan desa. Training yang berlangsung di hotel Morrissey, Jakarta ini difasilitasi oleh Manneke Budiman, pengajar FIB Universitas Indonesia sekaligus Dewan Redaksi Jurnal Perempuan dan Dewi Candraningrum, Pemimpin Redaksi Jurnal Perempuan. Pada sesi pertama, Manneke Budiman menyampaikan materi tentang patriarki. Ia memaparkan bahwa laki-laki adalah bagian dari masalah sehingga perempuan harus memiliki “sistem peringatan dini” untuk melindungi dirinya dan mempunyai kesadaran atas kondisi tersebut. Pendidikan harus mempersiapkan perempuan untuk secara efektif mampu berjuang dan bertahan hidup dalam pertempuran jenis kelamin. Menurutnya, kesetaraan gender tidak datang dari toleransi atau pengakuan yang diberikan oleh laki-laki, tetapi dari tanggung jawab perempuan atas tubuh dan keselamatan mereka sendiri. Sementara pada sesi kedua Dewi Candraningrum mengajak peserta untuk berdiskusi dalam kelompok dan melakukan analisis gender atas kasus-kasus aktual yang terjadi di masyarakat, seperti kasus gangguan kesehatan terutama kanker dan tumor yang dialami masyarakat desa Grujugan Banyumas, Jawa Tengah karena air yang tercemar, kasus krisis air yang dialami warga Solo akibat pembangunan sejumlah hotel, kasus pernikahan dini yang terjadi di daerah Rembang dan kasus punahnya tanaman-tanaman obat yang biasa digunakan bidan tradisional akibat pembangunan bendungan di Kedungombo. Mereka mendiskusikan aspek-aspek gender yang ada di dalam kasus tersebut dan apa yang seharusnya dilakukan pemerintah dan CSO (Civil Society Organization) dan dilanjutkan dengan presentasi kelompok. Dari pembahasan tentang analisis gender, peserta kemudian diajak untuk kembali berdiskusi dalam kelompok masing-masing untuk membahas langkah-langkah gender mainstreaming dan gender budgeting dengan berangkat dari kasus yang dianalisis sebelumnya. Dewi menegaskan bahwa penting bagi pemerintah untuk menerjemahkan komitmen politik mereka atas kesetaraan gender lewat komitmen atas budget jika perubahan benar-benar ingin diwujudkan. (Anita Dhewy) |
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
August 2024
Categories |