Biodata Penerima Beasiswa THS 2024
Ajeng Ratna Komala, mahasiswa Kajian Gender, Sekolah Stratejik dan Global, Universitas Indonesia. Selama ini, ia aktif dalam menjalankan advokasi dan sosialisasi terkait isu kesehatan seksual komprehensif dan isu pemenuhan hak anak yang sedang berkonflik dengan hukum bersama dengan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Barat. Saat ini, Ajeng sedang menekuni isu kekerasan berbasis gender pada perempuan di lingkungan pendidikan agama di Indonesia, isu tersebut menjadi subjek dalam penelitian tesis yang akan ia lakukan. Harapannya, tesis tersebut dapat menjadi bahan advokasi penghapusan segala bentuk kekerasan di lembaga agama, serta memperkuat gerakan feminis dalam memperjuangkan isu perempuan di institusi agama.
- Putu Gadis Arvia Puspa, akrab dipanggil Gadis, lahir di Kupang, Nusa Tenggara Timur tanggal 6 November dan besar di Denpasar, Bali. Gadis adalah seorang penganut agama Hindu. Ia telah menyelesaikan pendidikan S1 di program studi Ilmu Komunikasi di Universitas Airlangga. Setelah lulus, ia terjun ke dunia media dengan berbagai peran, termasuk magang, volunteer, dan freelancer sebagai bentuk pengembangan diri di bidang media. Saat ini, Gadis akan memasuki semester 3 pada jenjang pendidikan S2 di program studi Kajian Gender Universitas Indonesia. Gadis berkomitmen menggunakan keterampilan medianya untuk memperjuangkan isu perempuan, anak, dan kesetaraan gender, serta berkontribusi pada kemajuan sosial melalui pendekatan yang inklusif dan berbasis gender.
Elisabet Ardiningsih Wiko berasal dari sebuah kampung kecil bernama Tanah Tu’a yang terletak di Desa Paka, Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Elisabet menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA St. Klaus Werang-Manggarai Barat, dan mendapatkan gelar dari Universitas Kristen Indonesia, Jakarta pada jurusan Ilmu Hubungan Internasional pada tahun 2022. Setelahnya, Elisabet melanjutkan pendidikan pascasarjana S2 (magister) di Universitas Indonesia pada jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Selain memiliki fokus pada bidang pendidikan, Elisabet juga aktif dalam berbagai organisasi dan giat dalam advokasi isu sosial, terutama terkait pengembangan masyarakat berkelanjutan, isu perempuan, dan keadilan gender.
Try Suriani Loit Tualaka, akrab disapa Try, adalah mahasiswa semester 7 Administrasi Negara di Universitas Nusa Cendana. Lahir di Soe pada 11 Februari 2002, ia tergerak dari budaya patriarkis untuk memperjuangkan pendidikan tinggi. Sembari kuliah, Try juga aktif di Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC) serta komunitas Tenggara NTT untuk mengkampanyekan hak-hak perempuan yang sering terabaikan. Saat ini, Try tengah meneliti "Analisis Gender Equality dalam Kebijakan Pengarusutamaan Gender" di Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Timor Tengah Selatan. Melalui beasiswa Toety Heraty, ia bertekad untuk terus menjadi agen perubahan yang memerangi ketimpangan gender di Tanah Timor.
Michelle Gabriela Momole sedang menempuh pendidikan sarjana di Jurusan Filsafat, Universitas Gadjah Mada. Saat ini, Michelle juga terlibat di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta sebagai Sub-Koordinator Divisi Gender. Ia berfokus menggeluti bidang jurnalistik, khususnya berkaitan dengan isu pendidikan tinggi, lingkungan, dan advokasi kelompok marginal. Michelle percaya bahwa pendidikan gratis mungkin untuk dimenangkan demi mencapai masyarakat yang lebih baik, setara, dan inklusif. Selain itu, bagi Michelle, feminisme bukan hanya ideologi atau pandangan politik semata, melainkan merupakan gaya hidup yang seharusnya menyelimuti keseharian. Terlebih, penindasan terhadap perempuan tidak hanya hadir di ranah produksi, tetapi juga turut menjangkiti ranah reproduksi. Karena itu, Michelle meyakini bahwa perjuangan pembebasan perempuan adalah perjuangan menghancurkan sistem yang menindas.
Jihan Nur Salsabila, saat ini tercatat sebagai mahasiswi program studi Aqidah dan Filsafat Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ia terlibat dalam ruang belajar Paguyuban Pengajar Pinggir Sungai (P3S) yang berfokus pada bidang pendidikan di wilayah Sungai Code Yogyakarta. Selain itu, Jihan juga tergabung dalam perkumpulan yang giat menyuarakan kesetaraan gender yaitu Komunitas Gender Mahardika Yogyakarta. Minat dan perhatiannya yang besar terhadap isu pendidikan, filsafat, dan feminisme menuntun Jihan pada kepercayaan bahwa ketiga rumpun tersebut harus selalu disuarakan dan setiap orang berhak untuk berperan dalam isu-isu tersebut.
Panca Lintang Dyah Paramitha sedang menempuh tahun terakhir sebagai mahasiswi S1 Filsafat di Universitas Gadjah Mada dengan rencana penelitian skripsi mengenai Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual dalam Kajian Kritis Feminist Legal Theory. Berbeda dengan lini hukum yang tengah ditelisiknya, Lintang adalah pengkaji filsafat yang sering menggunakan wadah kesenian sebagai jalan advokasi dalam menyuarakan isu perempuan dan kekerasan. Kekerasan yang dialaminya sejak kecil baru ia gapai kesadarannya melalui kajian feminisme pada perkuliahan dan aktivisme kesenian. Yang personal adalah yang politikal adalah satu premis dalam kajian feminisme yang ia pegang untuk memperjuangkan kelayakan hidup bagi kaum rentan dan marjinal melalui aktivisme seni.
Ningdyah Lestari adalah seorang mahasiswa program studi Ilmu Filsafat di Universitas Indonesia yang memiliki minat mendalam pada isu gender dan gerakan feminisme. Dalam perjalanannya, Ningdyah aktif berkontribusi dalam berbagai kegiatan, termasuk menjadi Ketua Pelaksana Gerakan Pita Ungu pada tahun 2023. Gerakan ini merupakan kampanye anti kekerasan berbasis gender yang diinisiasi oleh Program Studi Ilmu Filsafat UI dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan memerangi kekerasan berbasis gender di kalangan mahasiswa dan masyarakat luas. Dengan latar belakang akademis dan komitmen yang mendalam terhadap keadilan sosial, Ningdyah berusaha untuk menciptakan perubahan positif dan mendukung hak-hak kelompok yang masih termarginalkan di masyarakat.
Gloria Sarah Saragih sedang menempuh pendidikan filsafat di Universitas Indonesia. Lahir sebagai anak perempuan satu-satunya terakhir dari tiga bersaudara, membuat Gloria sedari kecil ingin terus mengetahui makna keadilan dan kesetaraan. Mempelajari feminisme dan filsafat HAM di perguruan tinggi membantu Gloria membentuk kesadaran feminisme, terkhusus dengan topik perempuan dan teknologi. Gloria tergabung dalam Komunitas Mahasiswa Filsafat UI 2024 dan akan terus berkontribusi dalam gerakan kesetaraan.Karena, baginya, pendidikan tinggi adalah langkah awal, ditopang oleh aktivisme, untuk mencapai kehidupan dan kebebasan perempuan.
Faiz Abimanyu Wiguna adalah mahasiswa tingkat akhir di program studi sarjana Ilmu Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Pernah belajar sebagai mahasiswa pertukaran selama satu semester konsekutif di Departemen Antropologi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan Hoger Instituut voor Wijsbegeerte, KU Leuven. Ia terlibat pada Kode Aman Kampus (KODAKS) Universitas Indonesia yang fokus pada pengembangan kapasitas mahasiswa untuk menjadi pendidik dan konselor pencegahan kekerasan seksual di kampus. Penelitian sebelumnya berjudul “All-Abounding Love: a Feminine Imagery of God in the Mysticism of Julian of Norwich,” pernah dipresentasikan dalam lokakarya Philosophy of Religion in Asia di Yonsei University, Seoul; dan Pertemuan Tahunan Asosiasi Teolog Indonesia 2023 di Yogyakarta. Faiz juga aktif menulis beberapa publikasi populer terkait isu gender, seperti "Queering Care: Alternatif Melampaui Sekat-Sekat Kasih Konvensional."