Sabtu 30 Mei 2015, bertempat di Casakhasa Bistro Garden pelatihan meliput LGBT diselenggarakan oleh Yayasan Jurnal Perempuan bekerjasama dengan Ardhanary Institute dan HIVOS. Pelatihan ini dihadiri oleh 25 peserta yang berlatar belakang wartawan media (elektronik, cetak, online, dan kampus) dari berbagai daerah antara lain Jakarta, Cirebon, Tuban dan Bandung. Pelatihan ini membahas mengenai bagaimana cara wartawan meliput LGBT sehingga berita yang disuguhkan pada masyarakat berimbang dan adil. Pelatihan ini terdiri dari 4 materi pokok yang sangat menarik dan interaktif. Materi sesi pertama adalah “Queer dan Demokrasi Radikal” yang disampaikan oleh Rocky Gerung dosen departemen Filsafat Universitas Indonesia. Sesi kedua pelatihan ini diisi oleh materi “Kesetaraan dan Keberagaman” oleh Gadis Arivia, pendiri Junal Perempuan. Sesi ketiga akan diisi oleh pemimpin redaksi Jurnal Perempuan, Dewi Candraningrum, dengan materi “Penulisan Berperspektif Gender/ LGBT”. Sesi terakhir ditutup dengan pemamparan mengenai “SOGIEB” oleh Sri Agustine dari Ardhanary Institute. Materi dalam pelatihan ini juga tidak disuguhkan dalam satu arah. Setiap pembicara menggunakan berbagai metode dalam penyampaian materi. Gadis Arivia dalam pemaparannya mengenai “Kesetaraan dan Keberagaman” membagi peserta dalam beberapa kelompok kemudian memulai dengan diskusi kelompok untuk menganalisis berbagai isu terkait etika dalam pemberitaan. Kemudian setelah itu Dewi Candraningrum mengambil metode praktik menulis untuk melatih perspektif gender/ LGBT peserta. Selain mendapat materi secara tatap muka, peserta juga mendapatkan modul “Panduan Media Meliput LGBT” yang berisi mengenai rules menulis berita yang berpihak dan tidak bias. Modul ini juga dilengkapi dengan daftar kata yang sebaiknya digunakan jurnalis untuk mengangkat berita LGBT. (Andi Misbahul Pratiwi) Gadis Arivia dalam acara pelatihan meliput LGBT yang diselenggarakan oleh Yayasan Jurnal Perempuan bekerjasama dengan Ardhanary Institute dan HIVOS menyampaikan materi “Kesetaraan dan Keragaman” dalam sesi kedua. Acara ini dilaksanakan pada Sabtu 30 Mei 2015, bertempat di Casakhasa Bistro Garden. “Menghargai keragaman harus dimulai dari keragaman berpikir” ungkap Gadis dalam pengantar materinya. Gadis menambahakan bahwa keragaman itu selalu ada disekeliling kita, mulai dari keragaman etnis, ras, gender, agama hingga struktur keluarga. Pada sesi ini peserta dibagi dalam 4 kelompok dengan maksud agar peserta dapat berdiskusi intens satu sama lain. Ada beberapa hal yang didiskusikan antara lain mengenai perspektif peserta terhadap bahasa dan gambar yang mainstream, kemudian berdiskusi mengenai Cerpen karya Adri Basuki dengan judul “Kenikmatan Terlarang”. Dari Cerpen Adri Basuki peserta diminta untuk menganalisis nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Setelah berdiskusi peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan hasil diskusi kelompok. Materi kedua ini sangat interaktif karena 25 peserta yang berlatar belakang wartawan media (elektronik, cetak, online, dan kampus) dari berbagai daerah antara lain Jakarta, Cirebon, Tuban dan Bandung akan berlatih mengubah cara pandang kemudian menulis berita yang adil. Gadis Arivia menggunakan pendekatan etika untuk menganalisis prinsip-prinsip dalam menulis berita yang berpihak. Teori yang digunakan antara lain Rawls, Aristoteles, dan Kant. Peserta sangat antusias dalam sesi kedua ini terbukti dengan diskusi dua arah yang terjadi dan banyaknya pertanyaan yang diajukan. (Andi Misbahul Pratiwi) |
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
August 2024
Categories |