Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa
Warta Feminis

Urgensi Pengadaan Dana Abadi bagi LSM

15/6/2022

 
PictureDok. Co Evolve
     Kompleksitas dalam mewujudkan pembangunan suatu negara merupakan hal yang mendorong diperlukannya kolaborasi antar berbagai pihak, tak terkecuali dari Lembaga Swadaya Msyarakat (LSM). LSM merupakan organisasi non-profit yang bergerak dalam rangka memberikan pelayanan bagi masyarakat melalui penelitian, advokasi, dan pemberdayaan. Aktualisasi program-program pemerintah pada tingkat daerah turut menjadi salah satu kegiatan LSM.

     Sayangnya, kinerja mereka di daerah belum seutuhnya diakui oleh negara. Hal terlihat dari kesulitan yang mereka hadapi dalam mengakses dana pendukung program kerja. Pemerintah seharusnya mampu menyediakan opsi dana abadi bagi LSM layaknya dana abadi pada bidang lain seperti pendidikan. Lalu, seberapa besar urgensi dari pengadaan dana abadi tersebut?

     Pada Rabu (1/6) yang lalu, Co Evolve mengadakan konferensi pers yang bertema “Dana Abadi LSM: Menciptakan Lingkungan Pendukung untuk Meningkatkan Kualitas Demokrasi Lokal”. Acara yang dilaksanakan secara daring melalui platform teleconference ini, mengundang lima panelis yang telah terjun langsung dalam LSM, khususnya di tingkat daerah. Panelis tersebut mulai dari Triawan Umbu Uli Mehakati (Yayasan Koordinasi, Pengkajian, dan Pengelolaan Sumber Daya Alam – KOPPESDA, Sumba), Bambang Teguh Karyanto (Direktur Lembaga Studi Desa untuk Petani, Studi Dialektika Indonesia dalam Perspektif – LSDP SD Inpress, Jember), Dina Mariana (Direktur Institute for Research and Empowerment – IRE, Yogyakarta), Riswati (Direktur Flower, Banda Aceh), dan Mulyadi Prayitno (Direktur Pelaksana Yayasan Kajian dan Pemberdayaan Masyarakat – YKPM, Makassar).

     Setelah Anik Tunjung (Co Evolve) menyampaikan pengantarnya, Triawan Umbu Uli Mehakati menyampaikan bahwa kondisi COVID-19 yang tak menentu sejak tahun 2020 membuat LSM mengalami banyak tantangan dalam kinerjanya. Terkait dengan pendanaan, Triawan beserta tim mengakui pernah mendengar adanya peluang akan hal itu, tetapi syarat yang dibutuhkan sangat sulit untuk dipenuhi pada tingkat lokal atau daerah, tambah Triawan.

     Bambang Teguh Karyanto, pada sisi lain, memandang bahwa peran LSM yang sudah dapat ditemui sejak era Reformasi masih mengandalkan pada pendonor dari luar. Ia pun mengakui bahwa dana pemerintah sangat sulit untuk diakses. Sehingga, meskipun kita harus beradaptasi dengan kondisi ini, negara juga harus mendengar dan melihat kondisi LSM di daerah dan saling berdialog. Dana abadi bagi Bambang sangat penting karena akan mendorong LSM untuk mewujudkan cita-cita pembangunan.

     Dina Mariana menyampaikan bahwa, “Kalau merefleksikan apa yang dikerjakan oleh teman-teman LSM, itu sebetulnya ibaratnya kita mulai jadi koki hingga corong atau TOA-nya pemerintah”. Untuk itu, terdapat dua hal penting yang harus kita refleksikan bersama pemerintah dalam kaitannya dengan LSM. Pertama adalah rekognisi, yakni pengakuan pemerintah atas kehadiran atau keberadaan LSM, termasuk LSM lokal. Kedua adalah afirmasi, yakni perlakuan khusus terhadap LSM. Ide dana abadi bagi Dina merupakan hal yang luar biasa karena yang berperan dalam demokrasi dan penguatan ekonomi hingga kelestarian lingkungan tidak hanya partai politik, tetapi juga kinerja LSM. Ia menambahkan bahwa mekanisme terkait dana ini sangat penting sehingga kekhawatiran yang muncul, seperti LSM baru yang hanya ingin mengakses dana semata, dapat dicegah.

     Mulyadi Prayitno memandang bahwa pemerintah tidak bisa menutup mata terkait pendanaan bagi LSM. Ini merupakan hal yang sangat penting ketika memang persyaratan untuk mengakses donor dari luar sudah cukup sulit. LSM yang bekerja di masyarakat tingkat tapak, peluangnya cukup besar dalam menjaga keberlanjutan pendanaan. Hal tersebut dikarenakan pemerintah tidak banyak menjangkau daerah-daerah terpencil. Untuk itu, LSM dapat menjadi perpanjangan tangan pemerintah, terutama untuk memastikan layanan-layanan tertentu dapat diakses oleh masyarakat tingkat tapak.

     Senada dengan pembicara lainnya, Riswati menyatakan bahwa kehadiran LSM harus didukung. Misalnya, dalam kerja-kerja yang dilakukan oleh teman-teman LSM perempuan. Mereka melakukan pengorganisasian kelompok perempuan, kemudian melakukan pendampingan untuk perempuan korban kekerasan. Selain itu, banyak ibu-ibu yang bekerja secara sukarela dihubungi 24 jam oleh masyarakat yang menghadapi tantangan. Riswati menyebut bahwa Indonesia memiliki kemampuan mendukung pendanaan negara-negara lain melalui Indonesian Aid. Namun, layaknya sebuah keluarga, negara seharusnya memastikan kondisi internal sudah cukup mapan, baru beralih membantu pihak eksternal. Riswati kemudian berharap ada mekanisme yang serius dan upaya terstruktur untuk memastikan kemandirian dan keberlanjutan LSM. (Ni Putu Putri Wahyu Cahyani)

Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | yjp@jurnalperempuan.com
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa