Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa
Warta Feminis

Upaya Dekonstruksi Budaya Patriarki dan Diferensiasi Gender di Bali

22/10/2021

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
     Rabu (20/10) Departemen Kebijakan Daerah, Badan Eksekutif Mahasiswa, Pemerintahan Mahasiswa (BEM PM) Universitas Udayana menyelenggarakan diskusi online kemahasiswaan dengan tema “Budaya Patriarki dan Diferensiasi Gender di Bali”. Diskusi tersebut menghadirkan Budawati (LBH Bali WCC) dan Retno Daru Dewi G. S. Putri (Jurnal Perempuan).

     Membuka diskusi ini, Budawati menyampaikan mengenai permasalahan patriarki di Bali yang merugikan perempuan seperti kawin kasta, hak waris, dan garis keturunan yang mengikuti laki-laki. Diskriminasi kerap terjadi walaupun tidak ada agama dan budaya yang membenarkan penindasan perempuan. Dalam menghadapi situasi ini, Budawati mengharapkan bahwa perempuan terus bisa bersuara di lingkungan sekitarnya untuk menghentikan kekerasan dan budaya yang merugikan perempuan. Peran ini tidak hanya dapat dilakukan oleh perempuan saja, tetapi juga oleh semua pihak.

     Paparan selanjutnya disampaikan oleh Retno Daru Dewi G. S. Putri terkait dekonstruksi gender dan patriarki. Daru menjelaskan bahwa gender dan jenis kelamin adalah hal yang berbeda. Jika masyarakat di Indonesia pada umumnya hanya mengenal gender sebatas perempuan dan laki-laki. Hal ini jauh berbeda jika kita melihat konstruksi gender di Sulawesi yang mengenal lima jenis pembagian gender: Makkunrai, Oroani, Calalai, Calabai, dan Bissu.

     Walaupun ada budaya yang mengakui lebih dari dua gender, dampak konstruksi dua gender yang tradisional menyebabkan terbatasnya kesempatan. Akses yang terbatas, terutama untuk perempuan, mencakup hal-hal yang terkait edukasi, pekerjaan, aktivitas, perbedaan upah, serta potensi perkawinan anak dan marital rape. Daru menambahkan bahwa budaya patriarki hadir bukan untuk melindungi, tetapi untuk mengurung perempuan; tidak untuk kesetaraan, tetapi untuk mengekang. Selaras dengan Budawati, Daru menyampaikan bahwa agama maupun budaya tidak melanggengkan budaya patriarki atau kekerasan terhadap perempuan. Akan tetapi, pihak-pihak yang menginterpretasi agama dan budayalah yang melanggengkan penindasan terhadap perempuan dan kelompok minoritas lainnya tersebut.

     Kesimpulan diskusi ini mengajak kita semua untuk mendekonstruksi konsep gender tradisional. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mulai berbicara, atau speak up!, untuk memberdayakan diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Selain itu, dekonstruksi konsep gender yang tradisional juga dapat dilakukan dengan bersikap empati. Empati dapat diterapkan dengan menempatkan diri di posisi orang lain. Sehingga kita dapat berusaha memahami perasaan dan perjuangan orang lain dalam mencapai kesetaraan. Dengan demikian, ide mengenai konstruksi gender tradisional dapat didobrak agar mencapai kesetaraan di dalam kehidupan bermasyarakat. (Octania Wynn)

Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | yjp@jurnalperempuan.com
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa