Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
Warta Feminis

Suti, Aktivis Gerwani: Di Rahim Ibu Semua Sama

4/2/2016

 
PictureDok. Elizabeth Yulianti Raharjo
“Zaman itu perempuan dianggap swarga nunut, neraka katut. Padahal di rahim ibu, semua sama, dikandung selama sembilan bulan, sama-sama menyusui. Maka dari itu ingin menuntut,”tutur Suti dengan jelas. Di usia 96 tahun, dia masih tampak sehat dengan wajah penuh kerut namun beraura positif. Wajahnya dihiasi dengan senyum ramah dan tiada menunjukkan rasa lelah ketika kami dari Jejer Wadon mengunjunginya pagi itu, Sabtu (30/1/2016). Perjalanan Suti, nama asli dari Arjo Sutiyem dalam aktivitas gerakan perempuan diawali ketika pada tahun 1951 dirinya berjalan kaki ke Jatinom, Klaten untuk menjajakan daun sirih. Pekerjaan yang dilakoninya sehari-hari adalah berjualan sirih dari pasar ke pasar. Jamak ditemui perempuan desa pada waktu itu dengan kebiasaan nginang, menguyah daun sirih, pinang dan kapur.
 
Cerita mengalir pelan-pelan dari mulut Suti. Di Jatinom Klaten, dia menemui hal yang tak lumrah seperti biasanya. Ada sekumpulan perempuan di sebuah rumah. Dia berpikir ada kematian di desa itu, namun mengapa hanya kaum perempuan saja. Suti menghentikan langkah. Suti bertanya-tanya dan setelah mengetahui alamat rumahnya, mereka mengajak bergabung. Perkumpulan itu dinamakan Gerakan Wanita Istri Sedar (Gerwis) dan dipimpin oleh perempuan yang bernama Wignyo. “Di situlah aku diberi peraturan dasar Gerwis,” jelas Suti.
Suti lancar membaca dan menulis juga hitung-hitungan. Sehingga dia bisa membaca dan menghapal peraturan dasar Gerwis. “Bapakku  petani miskin. Aku diikutkan ke sebuah keluarga yakni Raden Broto yang saat itu menjabat sebagai carik (sekretaris desa-red). Anak perempuannya bernama Kartini. Pada waktu itu pengertianku sekolah dibayari oleh mereka, ternyata tidak. Pamanku yang membayar, hingga kelas 3 Sekolah Rakyat,” Suti menyebut jumlah kisaran angka pada waktu itu. Uang yang harus dibayarkan oleh pamannya, demi pendidikan yang ingin ditempuh Suti.
 
Di tengah suara kokok ayam jantan, suara Suti yang lirih berlanjut. “Terus  aku ngenger (mengabdi-red) di rumah bibi, di Singosari Jatinom. Dulunya kecamatan. Sampai kemudian tahun berapa begitu, mereka pindah ke Wonogiri. Aku pulang ke Musuk.” Suti melanjutkan cerita masa lampau, saat dirinya remaja kecil. Dua tahun aktif di Gerwis Jatinom, tahun 1952 Suti menjadi ketua Gerwis Boyolali. Dari Klaten diserahkan ke Boyolali, Suti memimpin 2000 anggota tetap dan 2000 lainnya tidak tetap. Dia mengajarkan kepada para perempuan tentang peraturan dasar yang memuat kesetaraan. Menuntut hak yang sama dengan kaum laki-laki. Hak dalam perkawinan, hak waris, hak pendidikan, politik, kedudukan, antipoligami, antipoliandri serta mendukung monogami. Tahun 1953 Di Bendung, Gerwis diganti nama Gerwani. Anak cabang Musuk diserahkan ke Boyolali dan Suti mengorganisasi seluruh daerah ditambah satu kecamatan di kabupaten Semarang.
 
Suti menjadi saksi pada pemilihan umum (pemilu) yang diadakan pertama kali tahun 1955. Pemilu diikuti oleh empat partai besar: Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), Nahdlatul Ulama (NU) dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Dalam tragedi berdarah tahun 1965, Suti tak luput dari incaran. “Tahun 1965 ana ing omah kula dioyak-oyak pemuda baret merah/marhaenis”. (Tahun 1965 di rumah, saya dikejar-kejar pemuda baret merah/marhaenis-red) . Simpatisan PKI itu nyaris membakar rumah saya. Semua harta benda yang kumiliki dijarah. Aku berlari hingga Karangloh. Aku berlari terbirit-birit.  Namun ada kerabat yang membawaku hingga menghadap tentara,” cerita lalu berhenti. Kami tak ingin mengorek lebih dalam lagi.
 
Dalam sebuah referensi di JP, “Pada waktu itu mbah Arjo Sutiyem adalah salah satu korbannya, tapi ia tidak sampai dibunuh. Ia mengisahkan, pada waktu itu terdapat 19 laki-laki yang dianggap menganut paham komunis yang diangkut dan dibawa ke salah satu hutan di lereng Gunung Merapi, dan dari 19 orang tersebut, satu diantaranya meninggal terlebih dahulu sehingga tinggal 18 orang yang pada waktu itu dilucuti dan dijemur di bawah terik matahari. Mbah Arjo Sutiyem yang pada waktu itu sudah tidak menjabat dalam organisasi GERWANI ikut diangkut dan diserahkan ke tentara oleh saudaranya sendiri karena dianggap sebagai salah satu perempuan yang aktif dan membahayakan.” (http://www.jurnalperempuan.org/blog-feminis-muda/arjo-sutiyem-aktivis-dan-korban-651)
 
Suti nyaris dibunuh seperti ke-18 pemuda. Pakaiannya dilucuti hingga tak ada selembar benang pun terlampir di tubuhnya. “Aku menjalani  hukuman topo pepe wudo sinjang (bertapa jemur telanjang dan hanya berbalut rambut). Untung rambutku panjang sehingga bisa untuk membalut kemaluanku.” Cerita berhenti sebentar. Kami diam seribu bahasa. “Akhirnya aku dilepas. Setelah melewati intimidasi-intimidasi. Kata mereka buat apa ditahan toh nanti mati sendiri karena sudah tua.” Selepas mengalami penahanan-penahanan yang tidak manusiawi, Suti pulang ke desa dan didapatinya suaminya tewas setelah gantung diri. Peristiwa-peristiwa beruntun yang bermula dari ancaman pembakaran rumah, lalu semua harta bendanya dijarah dan dirinya dikejar-kejar hingga berlari ke hutan. Cerita Suti, penyintas tragedi tahun 1965 yang tinggal di sebuah desa di Musuk Boyolali menjadi sebuah goresan atas sejarah kelam negeri ini. (Astuti Parengkuh)  


Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024