Survei ILO-KataData: Perempuan dalam Pekerjaan Perawatan, Dilema Konstruksi Sosial dan Kesadaran17/11/2023
International Labour Organization (ILO) dan KataData Insight Center yang bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) meluncurkan hasil survei ILO dan KataData tentang pemahaman dan perilaku publik atas pekerjaan perawatan dengan tajuk “Pekerjaan Perawatan: Tanggung Jawab Perempuan atau Bersama?”. Hasil survei yang ditayangkan secara langsung via saluran YouTube ILO TV Indonesia pada Rabu (15/11/2023). Kegiatan ini menghadirkan Diego Rei selaku Plt Direktur ILO Indonesia dan Timor Leste dan Lenny N. Rosalin selaku Deputi Menteri PPPA Bidang KG Kementerian PPPA untuk memberi sambutan, sementara temuan utama survei disampaikan oleh Satria Triputra selaku Survey Manager KataData Insight Center. Kegiatan yang dimoderatori oleh Rizal Wijaya, selaku penyiar dari Kantor Berita Radio (KBR) ini juga menghadirkan beberapa pembicara lain, yaitu Myra Hanartani selaku Ketua Komite Regulasi dan Hubungan Kelembagaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Melanie Subono selaku Seniman dan Aktivis, dan Early Dewi Nuriana selaku Koordinator Program Ekonomi Perawatan ILO. Acara dibuka dengan sambutan dari Diego yang menyoroti bagaimana kerja perawatan menjadi salah satu langkah untuk meningkatkan kualitas perempuan dalam sektor ekonomi, serta Lenny yang menyoroti tingkat angkatan kerja perempuan yang masih jauh lebih rendah daripada laki-laki dan usaha KemenPPPA untuk mereduksi angka tersebut. Selanjutnya, acara utama, yaitu peluncuran hasil survei terkait pemahaman dan perilaku publik atas pekerjaan perawatan dilakukan oleh Satria. Survei yang dilakukan menggunakan metode kuantitatif melalui survei online dengan menargetkan responden pekerja dari dua sektor, yaitu sektor formal dan non-formal dari 34 provinsi di Indonesia. Dari 2.217 responden, 65,7% berjenis kelamin perempuan, dengan mayoritas berasal dari generasi milenial. Sebelum sampai pada hasil survei, Satria juga menjelaskan kerangka konseptual dari diadakannya survei tersebut. Pada dasarnya, tujuan dari diadakannya survei adalah untuk memenuhi target pilar 5R, yaitu recognize (mengakui), reduce (mengurangi), redistribute (redistribusi) pekerjaan perawatan tak berbayar, dan mendorong adanya reward (penghargaan) dan represent (keterwakilan), sehingga survei terbagi dalam lima segmen. Pertama, pada bagian recognize (mengakui) yang bertujuan untuk mengenali pekerjaan perawatan sebagai aktivitas bernilai produktif untuk mencapai kesejahteraan psikologis, fisik, dan sosial serta mengakui jika tidak dilakukan pekerjaan perawatan dapat mengganggu atau menurunkan kondisi psikologis, fisik, hubungan sosial, dan produktivitas. Hasil survei tersebut menunjukkan hasil, bahwa perempuan lebih aware terhadap isu pekerjaan perawatan dengan responden perempuan lebih banyak dari responden laki-laki. Pekerjaan domestik rumah tangga seperti memasak, memandikan, mencuci, menyetrika, dan membersihkan rumah menjadi pekerjaan perawatan yang dikenali publik. Umumnya, pekerjaan perawatan yang diakui hanyalah mengurus atau merawat bayi/anak baik sehat maupun sakit. Akan tetapi, pekerjaan domestik yang tidak dianggap sebagai kerja perawatan tersebut justru menjadi pekerjaan yang 95,3% responden pernah lakukan. Pekerjaan perawatan diakui penting bagi seluruh anggota keluarga, utamanya untuk menghindari konflik, penurunan produktivitas dan penurunan kondisi fisik dan mental. Namun, pengakuan terhadap pekerjaan bernilai ekonomi masih kurang diakui. Kedua, pada bagian reduce (mengurangi) yang bertujuan untuk mereduksi beban ganda perempuan dalam tugas perawatan melalui pelibatan setara dari pihak yang berkepentingan. Pada bagian ini, survei menunjukkan perempuan tidak merasa memiliki jam kerja perawatan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Meskipun data menunjukkan bahwa pada umumnya, jam kerja perempuan untuk tugas pengaturan anak dan perawatan orang tua jauh lebih banyak dibandingkan laki-laki, tetapi perempuan masih banyak yang tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. “Jadi, mau dikurangi (jam kerja–red), tetapi mayoritas tidak sadar,” jelas Satria. Publik menyadari bahwa pekerjaan perawatan merupakan tugas bersama laki-laki dan perempuan. Namun, di sisi lain, ada pandangan bias gender bahwa sifat perempuan lebih telaten dan penyabar masih mendominasi pandangan terhadap pekerjaan perawatan. Mayoritas responden laki-laki memiliki istri atau saudara perempuan yang bekerja atau Memiliki pekerjaan sendiri dan juga melakukan pekerjaan perawatan ada juga sebagian responden laki-laki memiliki istri atau saudara perempuan yang bekerja tetapi harus berhenti dari pekerjaannya untuk melakukan pekerjaan perawatan Mayoritas responden laki-laki yang memiliki istri atau saudara perempuan yang memiliki tugas perawatan atau pengasuhan mengusahakan untuk ikut serta dan terlibat lebih banyak dalam pengasuhan anak atau perawatan orang tua. Namun ada sekitar 6,5% responden yang jarang ikut dalam pengasuhan anak atau perawatan orang tua karena menurutnya hal tersebut lebih pantas dilakukan oleh istri atau saudara perempuannya. Mayoritas responden tidak berencana menggunakan atau meminta bantuan orang di luar keluarga karena mereka merasa bisa atau selalu membantu istri atau saudara perempuan dalam melakukan pekerjaan perawatan. Meskipun 52,4% menyatakan bisa/selalu membantu, tetapi sebanyak 22,4% responden merasa bahwa kerja perawatan merupakan kewajiban utama istri atau saudara perempuan dan harus diusahakan untuk dilakukan sendiri. Beralih kepada perspektif perempuan, responden perempuan yang tidak melakukan beban ganda saat ini hampir setengahnya merupakan perempuan yang pernah bekerja dan harus berhenti dari pekerjaannya untuk mengasuh anak atau merawat orangtua. Mayoritas responden perempuan dengan tugas perawatan atau pengasuhan memiliki suami atau saudara laki-laki yang mengusahakan untuk ikut serta dan terlibat lebih banyak dalam pengasuhan anak atau perawatan orang tua. Namun, masih ada sedikit respon perempuan yang memiliki suami atau saudara laki-laki dengan pandangan bahwa tugas perawatan merupakan tugas perempuan. Sama seperti responden laki-laki, mayoritas responden perempuan berpendapat atau berpikir biasa saja ketika perempuan berhenti bekerja untuk melakukan tugas perawatan. Hanya ada sedikit responden perempuan yang menyadari bahwa mereka memiliki hak untuk bekerja dan berprestasi, selebihnya hanya bisa menyayangkan kondisi tersebut tapi tidak memiliki pilihan lain. Untuk mengurangi beban ganda perempuan, kesepakatan pasangan atau internal keluarga paling banyak dipilih. Meskipun demikian, sekitar 18,1% publik yang sudah cukup puas dalam keadaan saat ini, yang tidak merasa perlu ada treatment apapun terkait dengan pekerjaan perawatan saat ini, kondisi tersebut sendiri paling banyak terjadi pada pekerjaan informal. Ketiga, pada bagian redistribute (redistribusi) yang bertujuan untuk mendistribusikan ulang beban ganda perempuan kepada beragam pihak yang berkepentingan serta mengoptimalkan produktivitas perempuan di dunia kerja. Terkait bagian ini, bagi responden yang berencana untuk menggunakan bantuan di luar keluarga saudara jauhnya di pilihan yang paling memungkinkan untuk membantu melakukan pekerjaan perawatan, kemudian babysitter, dan pendamping lansia. Dari beberapa layanan atau program perawatan yang ada cuti melahirkannya di program perawatan yang paling diketahui oleh responden sebanyak 87,3%. Sementara program lainnya adalah cuti menemani istri melahirkan dan layanan daycare atau pengasuhan anak pada sektor informal sedangkan pada sektor formal posisi ketiga adalah kerja fleksibel seperti WFO atau WFA atau kerja jarak. Ketiga layanan tersebut merupakan layanan yang paling dibutuhkan dan paling banyak digunakan oleh responden, berbanding lurus dengan kebutuhan tersebut layanan-layanan tersebutlah yang sudah disediakan oleh perusahaan atau instansi tempat para responden bekerja saat ini. Pada publik yang tidak mengambil tiga layanan perawatan yang paling dibutuhkan (cuti melahirkan, cuti istri melahirkan dan kerja fleksibel), alasan utamanya adalah tidak adanya akses kelayanan dan ada pemotongan gaji jika mengambil layanan tersebut. Selain itu, ketika perusahaan tidak menyediakan layanan perawatan yang bisa diakses, responden cenderung tidak berusaha untuk menggunakan layanan tersebut. Ditambah dengan tidak adanya sosialisasi atau edukasi dari perusahaan terkait layanan tersebut. Layanan perawatan tingkat komunitas di perusahaan dianggap paling memenuhi harapan diikuti oleh cuti ayah dan program istirahat menyusui. Secara keseluruhan responden mengatakan program perawatan yang tersedia di perusahaan sudah memenuhi harapan. Dari data yang ada layanan perawatan untuk disabilitas paling minim memenuhi harapan dalam pelaksanaannya di perusahaan. Keempat, pada bagian reward (penghargaan) yang bertujuan untuk memperluas penghormatan dengan mempromosikan pekerjaan yang layak bagi pekerja perawatan serta menerapkan pekerjaan yang layak dan pemberian upah yang sama bagi semua pekerja perawatan. Mayoritas responden berharap bahwa tidak akan ada pemotongan gaji, serta adanya kemudahan persyaratan dan kemudahan akses bagi program perawatan yang diambil. Perusahaan memberikan tunjangan penuh paling banyak pada program cuti ayah. Meskipun demikian, sejarah populasi cuti melahirkan menempati posisi terbanyak. Tidak banyak perusahaan yang menyediakan program istirahat menyusui. Dari seluruh responden, hanya ada 13,2% yang bekerja di perusahaan tempatnya bekerja. Namun bagi pekerja yang mengambil program istirahat menyusui dan kehilangan jam kerjanya mayoritas perusahaan membayar penuh gaji tersebut. Meskipun demikian, sekitar 38,9% perusahaan memotong gaji bagi pekerja yang mengambil program tersebut. Pada bagian terakhir, yaitu representative (keterwakilan) yang bertujuan untuk mempromosikan dialog sosial dan memperkuat hak atas perundingan bersama di sektor perawatan serta mempromosikan pembangunan aliansi antara Serikat Pekerja yang mewakili bagi pekerja perawatan maupun organisasi masyarakat sipil, hasil survei menunjukkan masih banyak publik yang tidak pernah menyuarakan kebutuhan layanan perawatan. Terdapat perbedaan alasan mengapa tidak menyuarakan program perawatan antara sektor formal dan informal. Pada sektor informal, responden menganggap bahwa kerja perawatan itu penting tetapi tidak tahu bagaimana cara untuk menyampaikannya. Sementara pada sektor formal kerja perawatan tidak disuarakan sebab mereka merasa bahwa itu bukan suatu isu yang perlu dipikirkan. Dari semua hasil survei yang sudah dipaparkan terdapat tiga kesimpulan utama yang didapatkan. Terkait persepsi terhadap pekerjaan perawatan mayoritas publik sudah mengenali pekerjaan perawatan dalam berbagai macam aktivitas sehari-hari, termasuk di antaranya adalah mengurus anggota keluarga seperti bayi dan orang tua. Namun, pada umumnya perempuan lebih aware terhadap isu perawatan atau pengasuhan ini.
Dalam kerangka 5R, pekerjaan perawatan sudah diakui penting bagi keluarga, yang apabila tidak dijalankan bisa berpotensi menimbulkan konflik dan mengganggu produktivitas serta fisik, mental, dan sosial. Namun, dalam prosesnya masih ada pandangan bias gender yang mengakui bahwa perempuan lebih cocok untuk melakukan pekerjaan perawatan karena lebih penyabar dan telaten. Ditambah, perempuan sendiri tidak merasa bahwa mereka memiliki jam kerja lebih banyak pada kerja perawatan dari laki-laki sehingga menghambat proses distribusi kerja perawatan. Kesimpulan terakhir terkait dengan posisi perempuan dalam pekerjaan perawatan. Berdasarkan konstruksi sosial, banyak perempuan harus berada di posisi beban ganda, yang diperkuat adanya penilaian bahwa pekerjaan perawatan lebih pantas dilakukan oleh pihak perempuan. Perempuan yang melepaskan beban ganda dan hanya fokus pada pekerjaan perawatan pun dianggap biasa saja sebab merupakan bentuk tanggung jawab sebagai ibu atau bakti sebagai anak. Berdasarkan hasil survei di atas kata data memberikan beberapa rekomendasi untuk mewujudkan ekosistem pekerjaan perawatan. Pertama, penting untuk menyuarakan pentingnya pekerjaan domestik rumah tangga bagi kesejahteraan keluarga. Kedua, memberi pesan bahwa pekerjaan perawatan penting untuk menghindari konflik keluarga, menghindari gangguan produktivitas, serta menghindari gangguan fisik dan mental keluarga. Ketiga, perlu untuk memberikan pandangan umum bahwa ada pihak lain di luar keluarga yang perlu dilibatkan dalam pekerjaan perawatan, serta perlu juga untuk mendekati perempuan agar jam kerja perawatan perlu dikurangi, kemudian pemahaman bahwa perempuan memiliki hak untuk bekerja dan berprestasi. (Dian Agustini) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |