Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
Warta Feminis

Solo Raya Melawan Kejahatan Seksual

16/5/2016

 
PictureDok. Astuti Parengkuh
Dari tahun ke tahun, kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak cenderung meningkat. Komnas Perempuan mencatat pada tahun 2014 terdapat 293.220 kasus kekerasan terhadap perempuan, dan terus bertambah hingga mencapai 321.752 kasus pada tahun 2015. Itu artinya setiap hari ada 20 perempuan Indonesia menjadi korban kekerasan seksual, sama dengan setiap 3 jam, ada 2 perempuan menjadi korban.
 
Prihatin dengan peristiwa kejahatan seksual terhadap perempuan dan anak yang terjadi akhir-akhir ini di Bengkulu, Surabaya, Banten, Manado, Aceh, Bogor dan daerah lainnya, Aliansi Masyarakat dan Mahasiswa Melawan Kejahatan Seksual yang terdiri dari beberapa lembaga dan komunitas se-Solo Raya seperti: SPEK-HAM, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Surakarta, Talita-Kum, Forum Paralegal, dan Komunitas Masyarakat Peduli Perempuan dan Anak Solo Raya melakukan aksi di Solo Car Free Day, Minggu (15/5). Aksi melawan kejahatan seksual adalah bagian dari pendidikan publik, dengan tujuan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang kejahatan seksual dan pentingnya payung hukum. Aksi ini mendorong negara untuk segera mengesahkan RUU Penghapusan Kejahatan Seksual dan penolakan hukuman kebiri dan hukuman mati. “Kita selama ini mendorong upaya penegakan hak asasi manusia. Dalam konteks hukuman, bagaimana membuat hukuman yang manusiawi, yang hukumannya komprehensif, menyelesaikan persoalan dan rehabilitatif bagi pelaku kejahatan seksual terutama yang pelakunya anak,” tutur Endang Listiani, Direktur SPEK-HAM sekaligus koordinator aksi.
 
Aksi melawan kejahatan seksual juga mendorong aparat penegak hukum untuk membuat terobosan-terobosan hukum yang memberikan hukuman yang optimal dan maksimal kepada aparat hukum. Mestinya apabila itu dijalankan akan memberikan efek jera dan memberikan penyelesaian terhadap akar persoalannya yaitu pola pikir, sehingga membuat orang akan berpikir seribu kali untuk melakukan kejahatan seksual. Aksi juga menuntut tanggung jawab pemerintah untuk melakukan upaya-upaya pencegahan dan memasyarakatkan bahaya tindakan kejahatan seksual. Endang Listiani menjelaskan bahwa pihaknya sudah memberikan desakan tertulis kepada DPR RI juga kepada presiden yang dilakukan secara berjejaring nasional. “Kami melakukan jejaring pada forum-forum pengada layanan yang selama ini memberikan pendampingan kepada korban kejahatan seksual. Jaringan ini meliputi 33 provinsi yang didalamnya ada 115 lembaga atau forum pengada layanan di seluruh Indonesia,” terang Endang Listiani.
​
Menjawab pertanyaan para wartawan yang mewawancarainya usai melakukan aksi, mengapa memilih membunyikan peralatan rumah tangga, Endang Listiani menjawab bahwa alat-alat rumah tangga adalah simbolisasi genderang perang melawan kejahatan seksual. Bahwa ancaman kejahatan seksual bisa terjadi di dalam keluarga, dalam rumah tangga. Dirinya menambahkan bahwa hukuman yang manusiawi adalah seumur hidup atau memaksimalkan hukuman yang sudah diatur dalam undang-undang, dan mungkin bisa ditambah, yang menimbulkan aspek keadilan bagi korban, itu sudah cukup. “Jadi tidak hanya berorientasi kepada penghukuman tetapi bagaimana melakukan upaya pencegahan, penanganan dan juga pemulihan bagi korban dan itu menjadi tanggung jawab negara yang penting,” imbuhnya.
 
Endang Listiani menandaskan bahwa akar persoalan yang sebenarnya bukan pada pemberian hukuman saja tetapi persoalan yang mengakar adalah pola pikir masyarakat, pola pikir pengambil kebijakan yang memberikan diskriminasi ataupun tidak memberikan penghormatan kepada perempuan dan anak sehingga perempuan dianggap lemah, perempuan layak diperkosa perempuan menjadi warga kelas dua sehingga masyarakat tidak menghargai perempuan. (Astuti Parengkuh)


Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024