Jumat, 24 Agustus 2018, Malam Penganugerahan Saparinah Sadli 2018 digelar di Bimasena, Dharmawangsa, Jakarta. Anugerah Saparinah Sadli adalah penghargaan dua tahunan untuk memberikan inspirasi kepada masyarakat dan generasi penerus agar terus bekerja demi terciptanya keadilan gender di Indonesia. Acara tersebut sekaligus merayakan ulang tahun Prof. Saparinah Sadli yang ke-92 tahun ini. Anugerah Saparinah Sadli 2018 mengangkat tema “Keteladanan Pemimpin Perempuan dalam Kebinekaan”. Tema ini dipilih karena pentingnya peran perempuan sebagai motor penggerak dan tokoh sentral dalam mewujudkan keadilan dalam kerangka kebinekaan. Saparinah Sadli sendiri dengan tegas mengatakan bahwa kebinekaan harus diperjuangkan dan kita tidak bisa duduk diam. Acara Malam Penganugerahan Saparinah Sadli 2018, mengundang Sinta Nuriyah Wahid untuk memberikan pidato kunci terkait kepemimpinan perempuan dan kebinekaan Indonesia. Sinta dalam pidatonya menjelaskan bahwa perempuan adalah tokoh sentral dalam kehidupan manusia karena perempuanlah yang melahirkan umat manusia. Menurutnya perempuan adalah sekolah pertama dan utama bagi anak-anak manusia, perempuan yang mengajarkan makna hidup, dan perempuan jugalah yang memberikan arti cinta dan kasih sayang. Sehingga baginya perempuan adalah pemimpin, bukan hanya hanya di rumah sebagai pemimpin anak-anaknya tetapi juga di masyarakat dan negara-bangsa. “Kami sebagai orang islam pasti tidak akan lupa dengan adanya sebuah kata-kata mutiara yang mengatakan bahwa perempuan adalah tiang negara, kalau perempuannya baik maka negaranya baik, kalau perempuannya susah maka negara pun demikian”, ungkap Istri Gus Dur tersebut. Sinta Nuriyah Wahid yang juga merupakan alumni Program Studi Kajian Gender Universitas Indonesia—yang didirikan oleh Prof. Saparinah Sadli—menyatakan bahwa perempuan tidak hanya sebagai seorang ibu, tidak hanya sebagai seorang pendidik, tetapi juga seorang pemimpin—yang bisa menentukan kuat dan tidaknya sebuah negara. Dalam konteks negara-bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama, budaya, Sinta berpendapat bahwa tali pengikat Bhinneka Tunggal Ika perlu dirawat dan dijaga bersama. Lebih jauh menurutnya, melalui perempuanlah tali persaudaraan tersebut bisa dijaga. Namun ia menyayangkan situasi perempuan yang masih marginal di Indonesia, terlebih lagi kurangnya apresiasi dan dokumentasi atas karya-karya perempuan di berbagai bidang seperti akademik, teknologi, seni budaya, olahraga hingga aktivisme gerakan keadilan. Menyoal apresiasi dan dokumentasi karya-karya perempuan, Sinta menjelaskan bahwa banyak aktivitas dan gerakan para aktivis perempuan yang hilang begitu saja karena minimnya apresiasi dan sosialisasi dari masyarakat maupun negara. Padahal menurutnya prestasi dan laku juang perempuan semestinya dapat dijadikan role model, sumber inspirasi, pemantik semangat dan keteladanan bagi masyarakat. Sehingga baginya Penghargaan Saparinah Sadli yang diberikan kepada para pejuang keadilan dan kesetaraan merupakan langkah penting dan strategis di tengah situasi masyarakat yang terjebak dalam dinding primordialisme, intoleransi dan arogansi kelompok. “Para pejuang keadilan dan kesetaraan hak ini adalah orang-orang yang ikhlas, bahkan tidak peduli pada publikasi dan apresiasi, mereka adalah orang-orang yang lebih concern pada keadilan sesama. Saya melihat justru orang-orang seperti inilah yang layak mendapat perhatian dan penghargaan, sehingga dengan apresiasi dan Penghargaan Saparinah Sadli, praktik hidup yang baik dapat menjadi teladan dan sumber inspirasi bagi masyarakat”, tutur Sinta Nuriyah Wahid. Tema yang diangkat Anugerah Saparinah Sadli 2018 ini juga merupakan hal penting bagi Sinta Nuriyah, pasalnya tahun ini adalah tahun politik yang banyak menimbulkan ketegangan, intrik dan caci maki yang dapat memancing konflik bagi seluruh anak bangsa. “Pada tahun ini hampir seluruh energi dan perhatian anak bangsa tercurah pada perdebatan yang rawan menimbulkan perpecahan. Dalam kondisi sosial dan suasana emosional masyarakat yang seperti ini, Penghargaan Saparinah Sadli seperti oase yang mengalirkan arus kesejukan di tengah suasana yang panas” jelas Sinta Nuriyah Wahid. Ia berharap Anugerah Saparinah Sadli tahun ini bisa menyadarkan masyarakat akan pentingnya keadilan, kesetaraan hak, kerukunan bangsa dan juga menambah semangat perjuangan penerima anugerah. Penghargaan ini membuktikan bahwa perempuan tidak berjuang sendirian melainkan bersama-sama dalam solidaritas. (Andi Misbahul Pratiwi) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |