Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Indonesian Feminist Journal
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Podcast JP
    • Radio JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
    • Biodata Penerima Beasiswa 2025
Warta Feminis

Pious Girls: Menyibak soal Kesalehan Perempuan Muslim Indonesia

29/2/2024

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
     Senin (26/2/2024), Jakarta Center for Cultural Studies (JCCS) bersama Dr. Annisa R. Beta, seorang pengajar Cultural Studies di University of Melbourne, mengadakan diskusi buku “Pious Girls: Young Muslim Women in Indonesia” secara daring. Diskusi ini dipandu oleh Ellen Kusuma (JCCS), juga dihadiri oleh penanggap lainnya dari JCCS, yakni Nurbaity dan Aditya Adhiyatmaka. Buku karya Annisa, “Pious Girls: Young Muslim Women in Indonesia” merupakan hasil penelitian Annisa untuk disertasinya, yang membahas tentang kelompok perempuan muslim muda di Indonesia. Melalui buku Pious Girls, JCCS bersama Annisa mengkritisi kesalehan perempuan muslim Indonesia yang diukur dari aspek visualnya.

     Pertama-tama, Annisa membagikan pengalamannya terkait latar belakang dan proses penulisan buku Pious Girls. Selain buku ini adalah produk dari disertasinya, dalam proses menulis ada peristiwa jatuh-bangun yang Annisa alami. Hal ini terkait kontestasi politik di Jakarta (Indonesia) pada 2017 silam dan Pemilu 2019. Kejadian-kejadian tersebut mempengaruhi karya tulisnya, dimana ada upaya mengkritisi kembali keterlibatan perempuan Muslim dalam politik, seperti dalam  kampanye dan elektoral politik. Ada usaha memahami informasi-informasi budaya dan ekspresi gender yang bisa terkait dengan urusan politik.
 
​     Setelah menjelaskan soal latar belakang dan proses penulisan buku, Ellen lalu bertanya kepada Annisa tentang proses-proses personal dalam penulisan buku Pious Girls bagi dirinya sebagai seorang perempuan Muslim. Menurut Annisa sendiri, penulisan buku Pious Girls banyak dipengaruhi oleh pengalaman masa kecilnya, dimana melihat banyak perempuan di sekitarnya yang sebelumnya tidak memakai jilbab, kemudian mulai menggunakan jilbab. Banyak perempuan muda, teman-teman Annisa yang mulai memakai jilbab sekitar pada tahun 2005. Pergeseran ini merupakan sesuatu yang personal untuk Annisa.
 
​     Melalui Pious Girls, Annisa memaknai perubahan ini. Hal ini turut memunculkan pertanyaan-pertanyaan, seperti Apa yang telah terjadi? Mengapa penggunaan jilbab dan makna kesolehan menjadi sangat penting sekarang? Di mana letak perubahannya? Serta, siapa yang memainkan peran penting dalam memainkan perubahan ini? Refleksi-refleksi ini coba Annisa tuliskan dalam bukunya. Pious Girls mencoba menangkap momen ketika perempuan muda menggunakan jilbab muncul sifat-sifat dan seolah menjadi penanda yang sangat lekat dengan keperempuanan Indonesia.
 
​     Dalam proses menuliskan jawaban-jawaban atas pertanyaan tersebut, tentunya, tidak semudah yang dibayangkan. Annisa juga mengalami pergulatannya sendiri selama menulis. Bagi Annisa, letak perjuangan secara teknisnya, ada pada usaha mencari penerbit dan merelevansikan tulisannya dengan situasi terkini. Selain itu, secara personal, Annisa merasa ada pergumulan soal ekspektasi adanya perubahan sosial di Indonesia. Melalui penelitian ini, diharapkan bahwa ada konklusi, ada penyelesaian problem jilbab, seperti pemaksaan pemakaian jilbab. Namun kenyataannya, persoalan jilbab di Indonesia masih marak akhir-akhir ini. Ternyata, cerita penelitiannya masih harus berlanjut.
 
​     Ellen kemudian beralih ke Baity atau Nurbaity yang dipersilakan untuk menanggapi Pious Girls. Menurut Baity, tulisan Annisa itu mengagumkan. Bagian yang paling menarik, yakni pada Bab Tiga, dimana membahas soal peran kelompok perempuan muda muslim serta tokoh-tokoh kuncinya dalam pembentukan subjektivitas perempuan muda muslim Indonesia secara lebih luas.
 
​     Bagi Baity, bab ini mengajarkan bentuk-bentuk subjektivitas tertentu pada kelompok-kelompok ini menggunakan pendekatan neoliberalisme yang digerakkan oleh pasar. Bab ini membahas tentang posisi subjek perempuan muda muslim yang ditentukan oleh label “perempuan muslim yang soleh”. Selain itu bagi Baity, bab ini menarik karena mengungkapkan bahwa influencer dan desainer bisa menjadi tokoh-tokoh kunci yang terlibat dalam pembentukan situasi tersebut. Baity memiliki pertanyaan sebagai hasil dari pembacaan buku tersebut. Ia mempersoalkan tentang sejauh mana perempuan-perempuan yang pious atau “saleh” di Indonesia bisa menjadi aktor politik.
 
​     Annisa menjawab, selama kita menyetujui bahwa politik merupakan proses perebutan kuasa secara umum yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, para “perempuan Muslim pious” bisa dianggap sebagai aktor politik. Hal ini karena kelompok perempuan dalam ranah ini berpolitik melalui tindakan yang dekat dengan keseharian kita, misal melalui sharing pengalaman sukses dan cerita keagamaan.
 
​     Namun kenyataannya, tindakan-tindakan tersebut kerap tidak dinilai sebagai tindakan politik karena apa yang mereka lakukan berada di luar pemahaman publik soal keterlibatan kelompok dalam politik, seperti anggapan berpolitik itu urusan di pemerintahan dan demonstrasi saja. Padahal sebaliknya, tindakan sederhana seperti ajakan menggunakan jilbab bisa termasuk aktivitas politik karena mempengaruhi banyak orang. Lalu dengan memanfaatkan pengetahuan publik yang minim terhadap politik, mereka terus meyakinkan kepada orang banyak bahwa urusan politik adalah urusan di pemerintahan semata. Padahal sebenarnya, tindakan politik bisa dekat dengan keseharian, bahkan sekedar sharing ke teman. Aktor-aktor politik ada di dalam kamuflase influencer. Sesungguhnya, merekalah yang berpolitik.
 
​     Selain Baity, tanggapan lainnya juga disampaikan oleh Aditya Adhiyatmaka atau Adit. Sebelumnya, Adit mengatakan bahwa Ia kesulitan memahami buku Pious Girls. Ini karena Ia tidak berasal dari latar belakang yang sama dengan situasi dalam buku tersebut. Ia juga tidak berelasi langsung dengan subjek maupun objek sesuai yang buku tersebut cantumkan. Meski demikian, Adit memiliki ketertarikan sendiri saat membaca Bab Dua dari buku Pious Girls, yang berbicara soal visualitas yang dijadikan arena bagi para perempuan. Adit juga memiliki pertanyaan terkait buku ini, “Berdasarkan studi kasus yang diangkat, apa yang sebenarnya dicari oleh Annisa soal perempuan Muslim di Indonesia dari visualitas ini?” tanyanya.
 
​     Dalam menjawab pertanyaan Adit, Annisa menegaskan kembali bahwa buku Pious Girls dibuat untuk mencegah kita agar tidak kembali lagi ke pembagian biner perempuan muda Muslim sebagai korban dari patriarki ataupun pahlawan dari pihak yang opresif. Annisa menyadari pertama-tama, kelompok perempuan Muslim muncul sebagai kelompok fashion. Sehingga, situs visual menjadi hal yang dikedepankan.
 
​     Dalam arena visual ini, Annisa melihat bahwa kita tidak bisa secara nyaman, menempatkan mereka dalam argumen bahwa mereka adalah korban ataupun pahlawan dari penindas. Kenyataannya, kelompok ini bahkan bisa hadir sebagai pihak yang memegang kekuasaan atau otoritatif, yang mengatur cara berpakaian “yang baik” seperti apa, dalam narasi sisterhood.
 
​     “Saya akan jadi saudara perempuanmu, sister salehahmu untuk mengajarkanmu, harus seperti apa sih untuk jadi perempuan yang baik,” kata Annisa. Ini menunjukkan bahwa bagaimana kita terlihat adalah alat politik gender pertama, yang membentuk identitas dan posisi kita.
 
​     Buku Pious Girls menyibak siasat yang dilakukan oleh kelompok tersebut dalam mengatur banyak perempuan muda melalui aspek visual, terkait komunikasi visual politik. Pembentukan perempuan muda muslim “saleh” dapat dilakukan secara halus oleh aktor-aktor politik, sesama perempuan itu sendiri. Dengan kata lain, kelompok-kelompok perempuan muda Muslim secara bersamaan bisa jadi pihak yang otoritatif, yang dapat memengaruhi masyarakat dan politik Indonesia secara luas. (Kezia Krisan)


Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Indonesian Feminist Journal
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Podcast JP
    • Radio JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
    • Biodata Penerima Beasiswa 2025