Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
Warta Feminis

Perempuan Membangun Pemilu 2024 yang Berkeadilan Gender

29/8/2023

 
PictureDok. Srikandi Lintas Iman
     Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 sudah dekat. Agar Pemilu berjalan dengan lancar maka dibutuhkan lembaga-lembaga pengawasan seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawasan Pemilu (Bawaslu), dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). Namun dalam praktiknya, masih saja terjadi black campaign, penyebaran hoaks, bahkan disinformasi yang menimbulkan polarisasi antar kelompok pada masyarakat pemilih.

       Sabtu (26/8/2023) lalu, Srikandi Lintas Iman menyelenggarakan webinar bertajuk “Perempuan dan Pemilu Damai: Mendukung Tanpa Merundung”, membahas bagaimana pengalaman-pengalaman Pemilu sebelumnya dari perspektif perempuan. Webinar tersebut menghadirkan narasumber Fitri Yani sebagai (Anggota Panwaslu Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman dan perwakilan Srikandi Lintas Iman) dan Bivitri Susanti (aktivis dan akademisi STHI Jentera).
 
       Fitri Yani membagikan pengalamannya sebagai Anggota Panwaslu di Kabupaten Sleman. Di lapangan, seringkali ia menerima peraturan pengawasan yang kurang jelas. Sebagai contoh, ia menerima peraturan dari KPU bahwa Alat Peraga Kampanye (APK) merupakan sebuah benda atau bentuk lain yang mengandung citra diri para calon: foto, logo partai, nomor urut, program, visi dan misi. Fitri mengamati bahwa banyak calon yang memasang APK sebelum waktu kampanye berlangsung dan langsung menyadari bahwa ada hal tak beres.
 
       “Saya menanyakan pada atasan saya mengenai hal itu, kata atasan saya, yang penting tidak ada kalimat ajakan langsung untuk memilih calon tertentu pada APK. Itu cukup membingungkan bagi saya, mengingat APK yang terpasang memenuhi syarat, artinya dapat dikatakan bahwa calon tersebut melakukan kampanye sebelum waktu yang ditentukan,” tutur Fitri.
 
       Fitri juga membahas putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memperbolehkan tempat pendidikan seperti universitas atau sekolah menjadi lokasi kampanye bagi peserta Pemilu 2024. Menurutnya, selain merepotkan dalam segi pengawasan dan melahirkan ancaman yang besar, sebagai seorang ibu, ia menganggap hal itu bukan hal baik untuk anak.
 
       Mengenai representasi perwakilan perempuan sendiri dalam pengawasan Pemilu masih dinilai kurang. Dalam konteks wilayah pengawasannya, Fitri memaparkan bahwa dari 5 Bawaslu di Sleman, kelimanya dipimpin oleh laki-laki. Sedangkan Panwas di 17 kecamatan di Sleman, perempuan hanya berjumlah 10 orang dari jumlah total 55 orang.
 
       Bivitri Susanti pun menanggapi pengalaman Fitri dan memaparkan pentingnya peran perempuan dalam konteks kepemiluan. Pertama, pendidikan bersifat nonformal, seperti di rumah dan tempat kerja. Secara sosiologi peran tersebut diletakkan pada ibu, walaupun ini merupakan isu gender yang perlu dibongkar bersama, yaitu peran perempuan yang selalu dilekatkan dengan urusan domestik dan mengasuh anak.
 
       Pendidikan seperti apa yang harus disampaikan? Yaitu pencegahan perundungan terutama terhadap perempuan karena stereotipe yang dilekatkan padanya. Seperti perempuan berpolitik harus meminta izin suaminya, yang mana dalam hubungan suami-istri seringkali tidak memiliki relasi yang setara. Kemudian, seringkali perempuan berpolitik hanya mendapat atensi berdasarkan segi visual, bukan gagasan.
 
       Bivitri juga mengatakan, dalam lingkungannya seringkali muncul istilah superwoman, yang dimaksud ialah perempuan yang bisa berpolitik dan mengurus keluarga. Padahal, menurutnya, tugas seperti itu juga seharusnya dilakukan oleh politisi laki-laki yang berkeluarga.
 
       Kedua, perempuan sebagai subjek aktif dalam penyebaran informasi. Terakhir, perempuan sebagai pendorong keterwakilannya yang lebih substantif dalam dunia politik atau affirmative action. Walaupun saat ini pola elit patriarkis hanya menjadikan isu keterwakilan perempuan dalam dunia politik hanya sebagai formalitas dan angka. Berujung hanya memperluas dinasti politik dengan menarik istri-istri atau anak perempuan pejabat untuk mencalonkan diri di legislatif. (Hany Fatihah)


Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024