Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa
Warta Feminis

Nur Hidayati: Perjuangan Lingkungan Hidup Harus Berperspektif Feminis

2/10/2017

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
Jumat, 29 September 2017, bertempat di kantor Yayasan Jurnal Perempuan, pertemuan ketiga Kajian Filsafat dan Feminisme (Kaffe) VIII: Menyoal Ekofeminisme disambut antusias dan aktif oleh seluruh peserta kelas ini. Nur Hidayati atau yang akrab disapa Yaya, selaku Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menjadi pengampu kelas pada malam hari itu. Yaya menyampaikan presentasinya pada malam itu dengan tema Perjuangan “Lingkungan Hidup” yang Feminis. Yaya yakin bahwa perempuan dan kerusakan ekologi memiiliki hubungan yang cukup erat dikarenakan kerusakan ekologi dan lingkungan yang terjadi pada saat ini jauh lebih merugikan perempuan dibandingkan dengan laki-laki, sehingga butuh adanya perjuangan melestarikan lingkungan yang berperspektif feminis untuk kesejahteraan perempuan.
 
Yaya membuka kelas pada malam itu dengan pemaparan data Walhi mengenai bencana ekologis (bencana ekologis adalah bencana alam yang tidak bisa dicegah seperti gunung meletus atau tsunami dan juga bencana alam yang terjadi karena campur tangan manusia karena merusak keseimbangan alam seperti banjir, longsor, dll) yang menimpa Indonesia pada tahun 2016 lalu, bahwa ternyata sudah terjadi 2.342 bencana ekologis sepanjang tahun 2016 dan menyebabkan kematian sebanyak 522 jiwa serta sekitar 3 juta jiwa harus mengungsi dan menderita akibat bencana ekologis yang terjadi. Jika merujuk pada data yang dimiliki oleh Walhi, maka akan terlihat jelas bahwa bencana ekologis yang terjadi di Indonesia selama tahun 2002-2016 terus meningkat terutama bencana alam yang dipicu oleh perilaku manusia seperti banjir, tanah longsor, dan puting beliung (disebabkan oleh faktor pemanasan global). Hal ini menunjukkan bahwa manusia salah dalam mengelola lingkungan dan alamnya, sehingga menyebabkan bencana ekologis. Salah satu faktor penyebab kerusakan alam dan lingkungan oleh manusia adalah karena adanya ketimpangan ekonomi-politik di seluruh dunia. Secara mudah dapat diartikan bahwa ketimpangan ekonomi-politik, ini akhirnya menyebabkan korporasi mengeksploitasi alam secara masif untuk mendapatkan profit secara besar-besaran sehingga korporasi akan melihat alam sebagai komoditas yang harus terus-menerus dieksploitasi tanpa memikirkan konservasi dan perbaikan atas kerusakan alam yang telah mereka lakukan. Ketimpangan dan ketidakadilan penguasaan dan pengelolaan oleh korporasi ini akhirnya menyebabkan sumber-sumber agraria dan sumber daya alam lainnya dikuasai oleh korporasi. Hal ini bisa terus berlangsung karena kebijakan dan peraturan perundang-undangan di sektor agraria dan pengelolaan sumber daya alam berpihak pada korporasi dengan dalih pembangunan infrastruktur dan membuka lapangan baru bagi masyarakat luas. Pada akhirnya negara melalui institusi pemerintahannya, menjadi bagian dari konflik agraria dan sumber daya alam yang secara tidak langsung berkontribusi pada bencana ekologis yang terjadi saat ini.
 
Yaya mengungkapkan hubungan antara penguasaan sumber kehidupan alam dengan manusia bisa dianalisis dengan menggunakan teori Ekologi Politik. Yaya mengutip ini dari Mia Siscawati, seorang dosen Kajian Gender Universitas Indonesia yang berkonsentrasi pada perjuangan lingkungan dan feminisme. Menurut Yaya teori Ekologi Politik sebagai pisau analisis mulai dikembangkan pasca tahun 1945 dan merupakan pertemuan antara tiga pendekatan yaitu Cultural Ecology (Anthropology & Geography), Community/Human Ecology dan Hazards/Disasters Studies. Pada awalnya, teori Ekologi Politik dikembangkan untuk menganalisis masalah akses dan kontrol sumber daya alam dan pengembangan dari pendekatan ekonomi politik. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan Ekologi Politik digunakan untuk mengkaji aspek politik, ekonomi, dan sosial yang menjadi penyebab utama degradasi lingkungan hidup dan deplesi kekayaan alam. Kajian Ekologi Politik kontemporer meletakkan komunitas tidak hanya sebagai objek dari kekuasaan, regulasi dan kepemerintahan. Komunitas tidak dilihat sebagai entitas tunggal yang homogen, tapi entitas plural yang heterogen (terbentuk akibat perbedaan kelas sosial, etnisitas, umur, jenis kelamin, status perkawinan, wilayah hidup, mempunyai kedekatan dengan pusat kekuasaan atau tidak). Teori Ekologi Politik ini secara sederhana bertujuan untuk melihat bahwa peradaban masyarakat saat ini tidak bisa dilihat secara hierarkis (anggapan bahwa masyarakat kota lebih penting dari masyarakat desa, misalnya) karena misalnya seperti hal makanan, rantai makanan masyarakat di perkotaan masih bergantung pada masyarakat desa sehingga kesejahteraan dan kelestarian ekologis harus diperhatikan untuk kebaikan bersama.
 
Menurut Yaya, untuk meneruskan perjuangan lingkungan hidup yang feminis, teori Ekologi Politik ini bisa dijadikan pisau analisis pertama sebelum menaruh perspektif feminis di dalam kerangka berpikirnya. Teori Ekologi Politik Feminis sendiri merupakan kerangka pikir feminis yang digunakan untuk mengeksplorasi pengetahuan perempuan tentang tubuhnya, relasi tubuh perempuan dengan alam, dan pengetahuan perempuan (baik individu maupun kolektif) dalam pengurusan alam dan sumber-sumber kehidupan. Pengalaman pribadi perempuan, termasuk yang diungkapkan dalam pola komunikasi khas perempuan, termasuk pengetahuan perempuan mengenai alam yang selama ini lekat dengan diri mereka. Pada teori Ekologi Politik Feminis, perempuan tidak dianggap sebagai entitas yang homogen. Aspek kelas, etnisitas, usia, seksualitas, status perkawinan, wilayah hidup, merupakan aspek penting yang membuat setiap perempuan memiliki keragaman pengalaman, peran, fungsi, dan posisi sehingga perbaikan hidup perempuan harus menjadi fokus dalam upaya perjuangan keadilan ekologis. Perjuangan keadilan ekologis yang feminis ini masih terus dihadapkan dengan pandangan Anthroposentris, yang melihat bahwa manusia adalah pusat kehidupan sehingga alam bebas untuk dieksploitasi demi kemakmuran umat manusia. Pandangan ini harusnya diubah menjadi pandangan Ecosentris yang melihat bahwa manusia dan alam sama pentingnya karena manusia dan alam memiliki interaksi dan hubungan timbal balik yang sama-sama menguntungkan untuk keberlangsungan kehidupan manusia, terutama perempuan yang selama ini lebih dirugikan akibat kerusakan dan bencana ekologis yang terjadi. (Naufaludin Ismail) 
​


Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | yjp@jurnalperempuan.com
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa