Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa
Warta Feminis

Naufaludin Ismail: Kesetaraan Harus Ada dalam Setiap Hubungan

12/3/2018

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
​Dalam memperingati Hari Perempuan Internasional Kamis, tanggal 8 Maret 2018 Jurnal Perempuan mengadakan acara Pendidikan Publik Jurnal Perempuan 96 Feminisme dan Cinta. Di tengah ramainya pembahasan mengenai cinta yang sering dikaitkan dengan pernikahan, Jurnal Perempuan memfokuskan bahasannya tentang cinta dalam perspektif feminisme. Naufaludin Ismail, Penulis Jurnal Perempuan 96 yang hadir sebagai pembicara memaparkan penelitiannya yang berjudul “Relasi Patriarki, Subordinasi dan Glorifikasi Pernikahan: Dilema Perempuan Lintas Generasi dalam Menjalani dan Memaknai Cinta”. Penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam kepada enam narasumber lintas generasi dari usia 20 hingga 50 tahun, dengan profesi dan status yang berbeda-beda. Bagi Naufal saat ini masyarakat terlalu mengglorifikasi pernikahan atau sering memahami bahwa pernikahan adalah puncak dari rasa cinta seseorang. Oleh karena itu, menurut Naufal perlu ada kajian mendalam tentang cinta.
 
Naufal menyatakan bahwa pembahasan cinta diawali pada masa Yunani kuno dengan pembagian definisi cinta menjadi tujuh, yaitu eros (cinta yang disertai hasrat dan berahi), philia (cinta terhadap sahabat), storge (cinta terhadap keluarga), agape (cinta tanpa batas dan mementingkan diri sendiri, seperti cinta kepada Tuhan), ludus (cinta yang lebih menekankan pada bersuka cita), pragma (cinta yang menekankan pada perhitungan pragmatis) dan philautia (cinta pada diri sendiri). Kemudian, pada abad pertengahan definisi cinta berubah yaitu cinta dimaknai sebagai bentuk relasi dengan Tuhan. Adanya perubahan ini pun dipengaruhi oleh ajaran gereja Katolik yang berjaya di masanya. Perubahan definisi cinta pada era modern dipengaruhi oleh pemikiran Jean Jacques Rousseau yaitu Romantisisme, dimana semua orang merayakan rasionalitas dan kasih sayang. Berbeda jauh dengan era modern, posmodern mendefinisikan cinta dengan perayaan kebebasan dan perbedaan termasuk dengan hubungan poliamori yang berbeda dari definisi mainstream. Naufal menjelaskan tentunya feminis memiliki definisinya sendiri mengenai makna cinta. Pemikir feminis juga memiliki perdebatan dalam mendefinisikan cinta, karena beberapa menyatakan cinta adalah bentuk pembebasan dan beberapa merasa sebagai pengekangan. Mengacu pada pengalaman keenam narasumber, “Mereka merasa kesulitan dalam relasi yang mengandung subordinasi karena hubungan menjadi tidak setara dan perempuan tersubordinasi. Hal ini dibenarkan oleh Simone de Beauvoir” tutur Naufal.
 
Naufal menjelaskan bahwa sebenarnya pengalaman cinta tiap orang berbeda, begitu pun pengalaman cinta seorang feminis. Semua menyatakan bahwa cinta seharusnya setara dan tidak mengekang. Sayangnya, banyak relasi yang justru memunculkan subordinasi. Relasi tersebut yang disebut sebagai relasi patriarki dimana seseorang harus subordinat dari pasangannya. Naufal juga menegaskan bahwa para narasumber memaknai pernikahan sebagai hal yang tidak terlalu penting, melainkan pernikahan hanya dilakukan untuk kepentingan administratif semata. Oleh sebab itu, bagi mereka pernikahan bukanlah sesuatu yang identik dengan cinta. Pemikiran bell hooks yang diangkat oleh Naufal lewat penelitiannya memperlihatkan bahwa cinta adalah akar dari pengakuan, kepedulian, tanggung jawab, komitmen dan pengetahuan, sehingga melalui cinta sebenarnya kita dapat menghentikan dominasi. Sementara pemahaman bell hooks tentang institusi keluarga atau pernikahan adalah memercayai adanya keluarga yang setara dengan menanggalkan relasi patriarki terlebih dahulu. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa sebenarnya feminis bukan anti terhadap pernikahan dan institusi keluarga. Akan tetapi, feminisme menentang keras nilai atau relasi patriarki yang bersembunyi di baliknya. (Iqraa Runi)



Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | yjp@jurnalperempuan.com
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa