Musdah Mulia dan Eka Budianta Menerima Penghargaan Penulis Berdedikasi dalam Satupena Awards 202217/1/2023
Perkumpulan Penulis Satupena, sebuah kolektif yang mempersatukan berbagai penulis dari penjuru tanah air, melaksanakan Satupena Awards 2022 pada Kamis (12/1/2023) lalu. Acara penganugerahan ini dilaksanakan di Cemara 6 Galeri, Menteng, dan juga disiarkan melalui Zoom Meeting dan YouTube. Selain menjadi ajang apresiasi penulis Indonesia, kegiatan ini juga menjadi salah satu upaya menjaga ekosistem sehat bagi penulis-penulis Indonesia. Acara dibuka oleh sambutan Denny Januar Ali selaku Ketua Umum Satupena. Dalam pidato singkatnya, Denny menyinggung bagaimana kecerdasan buatan sudah dapat membuat puisi, esai, dan karya tulis lainnya. Selanjutnya, yang harus direfleksikan oleh penulis, bagaimana cara kita merespons perkembangan kecerdasan buatan?
Denny menyampaikan, dunia penulis tidak akan pernah tergantikan oleh kecerdasan buatan. Sebab, ide-ide kemanusiaan tidak dapat diproduksi oleh mesin. Penulis kini pun sudah lihai menunggangi teknologi. Akhir kata, ia percaya bahwa bangsa Indonesia memiliki banyak penulis-penulis berkualitas. Rangkaian acara selanjutnya adalah penganugerahan Penulis Berdedikasi Satupena Awards untuk kategori Non-Fiksi. Musdah Mulia—seorang dosen, aktivis, feminis, dan juga Dewan Redaksi Jurnal Perempuan—dianugerahkan penghargaan tersebut. Dalam pidatonya, Musdah Mulia menyampaikan rasa terima kasih kepada Satupena dan orang-orang yang telah mendukungnya. Ia juga merunut sejarah singkat perjalanan kepenulisannya dalam Orasi Literasinya. Perjalanan kepenulisan Musdah Mulia tidak terlepas dari latar belakangnya selaku akademisi dan aktivis. Ia adalah perempuan pertama yang menjadi Doktor Politik Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Semasa kuliah, skripsi S1-nya juga pernah terpilih UIN menjadi skripsi terbaik se-Indonesia. Musdah Mulia melihat menulis sebagai aktivitas yang banyak membawa kebahagiaan kepadanya. Karena tulisannya kerap dianggap terlalu menguliti ajaran agama, Musdah Mulia lebih memilih menerbitkan sendiri tulisannya secara digital. Salah satu tantangan bagi perjalanan kepenulisan Musdah adalah banyaknya kelompok anti-demokrasi yang kerap menyerangnya. Terutama, bila tulisan-tulisan Musdah menyinggung hukum nikah dan diskriminasi terhadap perempuan. Dalam kebimbangannya, Musdah mengadu kepada Gus Dur mengenai serangan dan makian atas tulisan-tulisan tajamnya. Gus Dur lalu memberikan semangat padanya, yang hingga kini ia jadikan motivasi untuk terus menulis dan menyebarkan manfaat melalui tulisannya. Penghargaan Penulis Berdedikasi Kategori Fiksi diberikan kepada Eka Budianta. Dalam Orasi Literasinya, Eka Budianta juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Satupena dan orang-orang terdekatnya. Sastrawan tersebut menyampaikan, hobi menulis dan membaca tidak pernah sia-sia. Menulis dan membaca memberikan banyak hal padanya. Ia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada para pembaca yang sudah setia membaca dan mendukung karya-karyanya. Acara penghargaan ini dilanjutkan dengan sajian musik dari penyelenggara. Adanya penghargaan Penulis Berdedikasi dari Satupena membuktikan potensi penulis-penulis Indonesia. Hal ini juga dapat memotivasi penulis-penulis Indonesia lainnya dalam menulis karya-karya berkualitas, terutama yang membebaskan dan memberdayakan masyarakat. (Nada Salsabila) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |