Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
Warta Feminis

Menyambut KTT ke-42 ASEAN 2023: OMS Serukan Rebut Kembali Ruang Rakyat yang Aman untuk Ekonomi Adil dan Inklusif

12/5/2023

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
     Merespons KTT ASEAN ke-42 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Indonesia yang berlangsung dari 9-11 Mei 2023, perwakilan organisasi masyarakat sipil (OMS) di Kawasan ASEAN menggelar Regional Strategic Gathering ASEAN Civil Society Conference/ASEAN People’s Forum (ACSC/APF) pada 5-7 Mei yang berlokasi di Jakarta. Pertemuan ini memiliki tujuan yaitu menyatukan kekuatan guna mendesak pentingnya partisipasi OMS dalam rangka Indonesia sebagai pemimpin di agenda ASEAN tahun ini. Pertemuan ini juga menjadi kesempatan bagi OMS untuk merencanakan serta menyusun strategi konferensi ACSC/APF yang akan berlangsung pada 1-3 September 2023, menyambut KTT ASEAN ke-43 mendatang.

     Komite ACSC/APF 2023 dihadiri oleh beberapa perwakilan dari berbagai negara ASEAN. Indonesia diwakilkan oleh anggota-anggota National Organizing Committee (NOC), yaitu Nono Sugiono (Arus Pelangi), Daniel Awirga (Human Rights Working Group—HWRG), Listyowati (Kalyanamitra), Fatia Maulidyanti dan Nadine (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan—KontraS). Hadir juga perwakilan dari NOC lainnya, seperti Faribel Fernandez (Malaysia), Raquel Castillo (Filipina), Soe Min Than (Singapura), Kornkanok Khumta (Thailand), Dong Huy Cuong (Vietnam), Iznan Tarip (Brunei), Amphone Souvannalath (Laos), Fernando AT Ximenes (Timor Leste), dan Seng Reasey (Kamboja).

     Sebagai badan yang mengklaim “berpusat pada rakyat”, ASEAN gagal menangani persoalan rakyatnya, terutama kelompok rentan seperti perempuan dan anak, pekerja dan pekerja migran, nelayan, penyandang disabilitas, petani, pembela HAM, komunitas LGBTQIA+, serta gagal menggandeng masyarakat sipil dalam agenda ASEAN. Dalam KTT yang akan datang, sangat disayangkan, pemerintah Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023 masih mengesampingkan suara masyarakat sipil, padahal salah satu agendanya adalah pembahasan perkembangan komunitas ASEAN dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri.
Meskipun ASEAN pada awalnya mengakui nilai juga peran ACSC/APF—seperti yang ditunjukkan dalam cetak biru Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASCC)—menyerukan untuk “Mengeksplorasi cara terbaik untuk dialog, konsultasi, dan kerja sama yang efektif antara ASEAN dan Masyarakat Sipil ASEAN,” ruang bagi masyarakat sipil untuk menyuarakan keprihatinan telah terbatas dan menyusut. Bahkan di bawah kepemimpinan Indonesia untuk ASEAN tahun ini, situasinya tidaklah membaik.

     Pengesampingan keterlibatan OMS dalam KTT ASEAN mencerminkan melemahnya demokrasi dan menyusutnya ruang sipil di kawasan Asia Tenggara. Berbagai penilaian yang dilakukan oleh organisasi masyarakat sipil menunjukkan bahwa ruang sipil di negara-negara ASEAN terus menghadapi tantangan mulai dari meningkatnya otoritarianisme, militerisme, hingga dampak pandemi COVID-19.

     Upaya membungkam suara rakyat terus dilakukan oleh otoritas maupun oligarki. Menjelang KTT ASEAN di Labuhan Bajo, Polri memanggil dua warga sipil, Dominikus Safio dan Viktor Frumentius, terkait rencana protes atas ganti rugi rumah dan pembebasan lahan untuk proyek jalan. Kejadian ini menambah daftar kekerasan terhadap kebebasan sipil di Indonesia yang belum terselesaikan, termasuk kriminalisasi pembela Hak Asasi Manusia (HAM) Fatia Maulidiyanti dan Haris Azhar. Keduanya tersebut harus berurusan dengan tuntutan pidana atas dugaan pencemaran nama baik terhadap Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan, hanya karena menyuarakan keprihatinan mereka terkait perlindungan hak kebebasan berekspresi di Indonesia.

     Sementara itu, pelanggaran HAM yang brutal terus kita saksikan di Kawasan ASEAN. Bulan lalu, pada 11 April 2023, di Myanmar, rezim militer juga meluncurkan serangan udara paling mematikan terhadap warga sipil. Serangan ini menewaskan sedikitnya 170 orang yang tengah merayakan pembukaan balai komunitas.

     Tindakan keras juga terjadi di Kamboja, di mana pemerintah menutup media independen. “Inilah mengapa kami, kelompok masyarakat sipil dari berbagai negara di Asia Tenggara, hari ini hadir untuk bergandengan tangan dan berdiri bersama membela HAM dan demokrasi, dengan semangat solidaritas di SEA,” ujar Daniel Awigra, selaku Perwakilan NOC Indonesia untuk Pengarah Regional Komite.

     Hanya dengan partisipasi penuh masyarakat sipil dalam agenda ASEAN, termasuk agenda pertemuan antarmuka masyarakat sipil dengan para pemimpin ASEAN, KTT dapat dianggap sebagai langkah sukses untuk menjadi platform yang berorientasi pada manusia. Indonesia memainkan peran penting dalam memastikan hal ini. Sebagai negara yang dianggap paling demokratis di kawasan, Indonesia harus menjamin kebebasan berekspresi dengan menjadi role  model bagi negara anggota ASEAN lainnya dengan tidak membungkam suara-suara kritis.

     Posisi Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023 juga kritis. Hal itu terjadi di tengah pemulihan ekonomi global pascapandemi yang menanjak saat menghadapi krisis global multidimensi, termasuk resesi ekonomi, ketidakadilan iklim, dan ketidakstabilan kawasan. Sifat keterbukaan di Indonesia dapat menjadi peluang bagi OMS di daerah untuk menyuarakan keprihatinan rakyatnya, mulai dari penderitaan massa hingga masyarakat yang termarjinalkan. Singkatnya, Indonesia memainkan peran penting dalam menetapkan proses pengembangan dokumen kunci ASEAN, termasuk Visi ASEAN Pasca 2025. Indonesia sebagai Ketua dari ASEAN 2023, harus benar-benar menerima tawaran untuk bergabung dengan pengalaman dan perspektif kolektif kita untuk memperkuat visi tersebut dan memastikan keterbukaan bagi semua pemangku kepentingan guna bekerja sama mengatasi tantangan saat ini dan masa depan. (Alfiyah)


Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024