Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
Warta Feminis

Mendengar Pengalaman Penyintas KBGO Lewat Buku “Cedera Dunia Maya: Cerita Para Penyintas”

27/8/2021

 
Picture
​Rabu (25/8) LBH APIK Jakarta mengadakan diskusi publik peluncuran buku “Cedera Dunia Maya: Cerita Para Penyintas”. Buku tersebut berisi kumpulan kisah para penyintas Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) yang menyuarakan perjuangannya untuk mengakses keadilan dan mendapatkan pendampingan dari LBH APIK Jakarta. 
​
​Turut hadir pada diskusi ini, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), I Gusti Ayu Bintang Darmawati, selaku 
keynote speaker., dan para narasumber, yaitu Sonya Hellen (jurnalis Kompas), Damar Juniarto (Direktur Eksekutif SAFEnet), Siti Husna (Pengacara Publik LBH APIK Jakarta), serta para penanggap yaitu Atnike Nova Sigiro (Pimpinan Redaksi Jurnal Perempuan) dan Mariam Barata (Tenaga Ahli Bidang Tata Kelola Aptika, Kementerian Komunikasi dan Informatika). Ema Mukkaramah berlaku sebagai moderator dalam diskusi ini.
Dalam pidatonya, Menteri PPPA menyampaikan keprihatinannya karena hingga saat ini perempuan masih dikategorikan sebagai kelompok rentan. Hal tersebut terjadi karena budaya patriarki, yang meletakan posisi perempuan menjadi seakan lebih rendah daripada laki-laki. Menurut I Gusti Ayu Bintang Darmawati, buku Cedera Dunia Maya dapat membuka perspektif dan empati masyarakat terhadap penyintas kekerasan.

Salah satu penulis buku, Sonya Hellen, menceritakan pengalamannya dalam proses penyusunan buku tersebut. Sonya merasa tertarik pada isu KBGO yang tampak “baru” baginya. Sonya yang menulis dua tulisan dalam buku tersebut, berupaya menggali latar belakang tiap kejadian, sehingga mendapatkan perspektif yang mendalam. Sementara itu, salah seorang penulis lain, Damar Juniarto menyatakan bahwa teknologi terkadang menjadi perantara kekerasan. Sementara itu, menurut Damar, instrumen hukum Indonesia masih kurang tepat sasaran. Damar menyebutkan bahwa banyak korban KBGO sering terkendala pada proses peradilan yang panjang dan berbelit. Belum lagi, korban berisiko dikriminalisasikan lewat UU ITE.

Menyambung paparan Damar mengenai UU ITE, Siti Husna juga menyampaikan bagaimana kasus KBGO, UU ITE seringkali tidak melindungi korban. Alih-alih, korban dapat dikriminalisasikan oleh pelaku. Salah satu celah kriminalisasinya adalah anggapan bahwa korban turut mendistribusikan konten pribadinya di dunia maya. Padahal, konten tersebut disebarkan secara nonkonsensual oleh pelaku KBGO.

Menanggapi uraian narasumber, Atnike Nova Sigiro menyerukan pihak-pihak terkait untuk membangun kesadaran publik. Upaya lainnya adalah dengan memperbaiki payung hukum yang ada, karena UU ITE tidak bisa dijadikan landasan yang ideal dalam kasus KBGO. Dibutuhkan pula institusi, aparat penegak hukum, serta tenaga ahli, yang mampu memulihkan keadaan korban. Kembali mengulas buku Cedera Dunia Maya, Atnike melihat tulisan dalam buku tersebut berfokus pada KBGO dalam tataran kekerasan seksual dalam relasi intim atau personal. Maka salah satu pola yang terlihat dalam kisah-kisah para korban yang pada mulanya enggan untuk meminta bantuan karena dirundung rasa malu. “Rasa malu yang dialami oleh korban dan juga keluarga, merupakan suatu konsekuensi dari cara pandang masyarakat, termasuk cara pandang hukum, yang melihat kekerasan seksual sebagai serangan kepada moralitas dan kesusilaan, bukan serangan terhadap integritas tubuh seseorang,” ujarnya.

Penanggap selanjutnya, Mariam Barata dari Kominfo, berpendapat bahwa regulasi yang kini berlaku belum menunjukan keberpihakan pada perempuan. Mari menyatakan, buku Cedera Dunia Maya, dapat menjadi panduan untuk menggunakan media sosial, sehingga risiko-risiko KBGO dapat diperkecil. Lebih lanjut, Kominfo berupaya mengurangi penyebaran KBGO melalui Peraturan Menteri Nomor 5 tahun 2020 tentang Moderasi Konten. Diharapkan dengan adanya Moderasi Konten, penyebaran konten yang dilarang—termasuk KBGO—dapat berkurang.

Acara diskusi publik ini dilanjutkan oleh penampilan dari Media dan Lami yang membawakan lagu “Rumput Keadilan”. Terakhir, Ratna Batara Munti dari LBH APIK menutup jalannya diskusi. “Mudah-mudahan, ini (buku Cedera Dunia Maya—red) tidak berhenti sebagai tulisan. Tentu saja (buku Cedera Dunia Maya—red) memang bermula dari tulisan, tapi semoga itu menjadi inspirasi kita semua sehingga kita bergerak bersama,” tukasnya. (Nada Salsabilla)

Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024