Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
Warta Feminis

Memperjuangkan Feminisme Nusantara yang Plural dan Inklusif

24/7/2023

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
     Pada Kamis, (20/7/2023) malam kemarin, Kartini Conference perdana dibuka dan akan berlangsung sampai Minggu, 23 Juli. Meskipun pendaftaran sudah ditutup, masyarakat umum dapat menyimak rekaman diskusi di kanal YouTube LETSS Talk. Untuk hari pertama saja terdapat begitu beragam topik pembahasan mulai dari krisis ekologi, pengetahuan terkait seks dan reproduksi, media digital, adat, politik, kerja, dan lebih banyak lagi. Yang menjalin seluruh pembahasan ini adalah tajuk “Merayakan dan Menguatkan Feminisme Indonesia yang Plural dan Inklusif”.

​     Feminisme di Indonesia dalam Analogi Trayek Angkot ala Sylvia Tiwon
 
     Untuk memperjelas konsep-konsep dasar yang dianggap penting dalam konferensi ini, rangkaian acara hari ini dimulai dengan keynote speech dari Sylvia Tiwon (pengajar di University of California, Berkeley). Ia mengajak audiens untuk merenungkan kembali bagaimana konsep-konsep dasar telah dalam feminisme telah dimaknai dan diterapkan oleh aktivis selama ini, secara genealogis. Judul pemaparannya adalah “Dari Sejarah Perempuan dan Gender Nusantara ke Feminisme Indonesia yang Plural dan Inklusif”.
 
     Sylvia melihat pola serupa pada trayek pemaknaan konsep feminisme, nasionalisme, dan pengetahuan (akademis), yaitu pengerucutan yang memiliki konsekuensi baik secara teoretis maupun praktis. Dalam membahas genealogi pemaknaan konsep-konsep tersebut, ia menggunakan analogi trayek angkot. “Ibarat angkot: ada bagian trayek, ada penumpang dan muatan—belum lagi ada berbagai perangkat dan peringkat pengaturan, pertimbangan usaha di mana kepentingan pribadi berada pada persimpangan dengan kepentingan berbagai tingkat pemerintahan, dari kota hingga negara dan kepentingan publik.” Dengan analogi ini, ia ingin mengajak segenap penyelenggara dan peserta konferensi untuk menginterogasi diri terkait tajuk konferensi dan pembahasan feminisme ke depannya: apakah judul ini mengisyaratkan kemunduran?
 
     Mengenai trayek “dari perempuan dan gender ke feminisme yang plural dan inklusif”, ia mengingatkan bahwa salah satu alasan tidak digunakannya kata “feminisme” adalah resistensi tinggi dengan anggapan bahwa konsep tersebut merupakan “impor asing”, yang ironisnya dilakukan beriringan dengan negara yang membuka diri terhadap penanaman modal asing tanpa perlawanan. Dalam perjalanan pemaknaan feminisme di Indonesia, ia melihat bahwa tubuh/biologi kurang mendapat perhatian. Maka kita perlu “membongkar sekat antara perempuan sebagai makhluk sosial dengan tubuhnya sendiri, dan dengan tubuh-tubuh lain.” Menurut Sylvia, “feminisme yang plural dan inklusif” berarti “mengangkat kembali tubuh-tubuh dengan merangkul segala perbedaan—berarti dikembalikannya seksualitas ke dalam wacana dan praxis.” Ia menegaskan lagi, “Merangkul tubuh-tubuh yang berbeda.”
 
     Pemikiran ini merupakan hasil dari pengamatannya terhadap konflik antara gerakan feminisme dan LGBTQ+ yang cenderung menajam. Mengenai trayek “dari Nusantara ke Indonesia”, Sylvia merasakan kemunduran. Sementara pemaknaan “Nusantara” lebih luas dan lentur, menurutnya konsep “Indonesia” sangat terpatri pada konsep nasion, nasionalisme, dan NKRI. Menurut Sylvia, Kartini sering dianggap tidak mewakili Indonesia karena tidak pernah menyebut nasionalisme. Menurut Sylvia, pemikiran Kartini justru merupakan semangat yang mengancurkan kungkungan, karena itu ditakuti. Pemikiran Kartini sering dilabeli dengan “emansipasi perempuan”. Padahal emansipasi Kartini juga bicara tentang pembebasan budak, mencakup dampak rasisme, pemerasan tenaga, dan penghapusan kemanusiaan. “Kartini menempatkan emansipasi perempuan di tengah perjuangan emansipasi diri kaum kulit berwarna,” ujar Sylvia.
 
     Konsep terakhir yang diinvestigasi adalah “pengetahuan”. Sylvia menyampaikan bahwa kita perlu berhati-hati terhadap politik di balik akumulasi/produksi pengetahuan. Dalam menimba pengetahuan, kita perlu mengenal mentor yang memiliki pengetahuan. Dalam hal ini, menurutnya Kartini pun merupakan mentor pengetahuan yang sudah memperlihatkan kaitan erat antara struktur-struktur dalam negeri dan struktur-struktur global.
 
     ​Dengan analoginya, Sylvia memberi jeda untuk merenungkan trayek angkot dan siapa yang diturunkan—feminisme dan siapa yang ditinggalkan: janda tua renta, pekerja seks, perempuan transgender, misalnya. Dengan demikian, ia mengajak kita untuk lebih kritis terhadap bagaimana kita memaknai dan melakukan feminisme, serta konsekuensinya terhadap pluralitas dan inklusivitas yang dijunjung oleh konferensi ini. (Asri Pratiwi Wulandari)


Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024