Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa
Warta Feminis

Memperbarui Pendidikan Madrasah Sesuai dengan Visi Pendidikan UNESCO 2050

16/3/2022

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
     Berangkat dari visi pendidikan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO)—organisasi pendidikan dan kebudayaan di bawah Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB)— dalam buku Reimagining Our Futures Together (2022), banyak diskusi masyarakat mengenai gagasan pendidikan yang tepat untuk menyongsong masa depan. Bentuk, metode, serta relevansi pendidikan bagi pembangunan suatu bangsa menjadi hal yang sangat serius. Salah satu bentuk pendidikan di Indonesia adalah madrasah, yaitu sekolah keagamaan Islam.

     Sebagai institusi pendidikan yang menggabungkan sistem sekolah ala Barat dan sistem pesantren ala Islam, madrasah memiliki nilai-nilai yang dapat dikembangkan guna menyongsong visi pendidikan UNESCO. Membahas hal tersebut, Institut Leimena bersama Maarif Institute menyelenggarakan diskusi publik bertajuk “Visi Pendidikan UNESCO dan Peran Madrasah dalam Mengokohkan Solidaritas Manusia” pada Kamis (10/03/2021) lalu. Diskusi publik ini disiarkan secara daring melalui platform Zoom dan YouTube.

     Prof. Dr. Muhadjir Effendy selaku Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia membuka diskusi publik ini dengan menekankan pentingnya pendidikan sebagai pilar kebangsaan. Keanekaragaman yang dimiliki Indonesia menjadi suatu tantangan sekaligus kelebihan bagi sistem pendidikan kita. Madrasah, sebagai sekolah keagamaan, dapat membangun karakter anak didiknya agar sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan dan religi—tanpa menyingkirkan pendidikan yang setara dan humanis.

     Ismunandar (Wakil Delegasi Tetap Indonesia untuk UNESCO) membuka diskusi dengan paparan mengenai ringkasan visi pendidikan 2050 dari UNESCO. Dalam visi tersebut, problem besarnya adalah penekanan solidaritas global seperti yang dibutuhkan dalam menghadapi pandemi COVID-19 sejak kemunculannya dua tahun silam. Selain itu, reformasi pendidikan juga diperlukan untuk pergerakan melawan diskriminasi. Ismunandar menekankan penghargaan kepada pekerjaan berbasis kepedulian (home care) sebagai suatu hal yang harus dibumikan oleh pendidikan dasar.

     Randa Kuziez (Islamic Museum of New York City) menuturkan pengalamannya selama belajar di Amerika Serikat. Perempuan yang berasal dari Suriah ini menyatakan, madrasah sudah selayaknya perpanjangan rumah bagi pelajar Muslim di Amerika Serikat. Sebab, madrasah menggunakan prinsip-prinsip keagamaan sebagai pusat, sama seperti keadaan di rumahnya. Madrasah menjadi tempat ia belajar gagasan tentang solidaritas berlandaskan agama Islam, tanpa melihat identitas dan asal negara pelajarnya.

     Melanjutkan paparan Randa soal solidaritas, Amin Abdullah (Guru Besar Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga) juga menyatakan pentingnya mempertahankan solidaritas dalam era digital. Baginya, era digital kini memunculkan seruan-seruan kebencian terhadap kelompok yang berbeda. Selain itu, era digital juga memberi tantangan baru, yaitu maraknya Kekerasan Seksual Berbasis Gender Online (KSBGO). Hal ini menjadi peringatan untuk memperbarui sistem pendidikan dunia. Oleh karena itu, ia menyarankan kurikulum ke depan untuk menekankan solidaritas, kedamaian, dan pembelajaran ekologi. Madrasah di Indonesia dapat memperbarui kurikulumnya agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat global.

     Pembicara selanjutnya adalah Chris Seiple (Senior Research Fellow University of Washington), yang memaparkan kebutuhan masyarakat dunia atas konvenan baru. Konvenan merupakan suatu kontribusi yang dapat diberikan. Ia menyodorkan ide pluralisme konvenan, yang tidak hanya mengakomodasi perbedaan dari tiap individu, tetapi juga melindungi perbedaan tersebut dari ancaman-ancaman yang ada. Dengan pelibatan tiap pihak, kita dapat membuat masyarakat progresif yang saling bersolidaritas. Hal ini juga dapat membumikan pemahaman bahwa kelompok liyan adalah manusia juga.

     Terakhir, KH. Muhammad Rifqi Rosyidi (Mudir Pondok Modern Muhammadiyah Paciran) membawakan materi mengenai peran madrasah bagi masyarakat Indonesia. Baginya, madrasah berperan besar dalam meyakinkan masyarakat untuk menjadi inisiator pelaksana vaksin COVID-19. Kegiatan tersebut menunjukkan relevansi nilai-nilai madrasah terhadap masyarakat. Sayangnya, banyak anggapan bahwa madrasah menjadi tempat persemaian bibit-bibit ekstremisme agama. Ia mengharapkan semua pihak memandang madrasah secara objektif dalam melaksanakan pendidikan, sehingga madrasah tidak dilihat sebagai instansi tertutup dan identik dengan ekstremisme.

     Visi pendidikan UNESCO merupakan salah satu terobosan dalam bidang pendidikan dunia. Bila visi tersebut diimplementasikan pada segala bentuk dan institusi pendidikan, seperti madrasah, tentunya dapat membawa kemajuan dalam pembangunan kualitas manusia. Pendidikan yang baik juga dapat membawa masyarakat pada pandangan humanis. Dengan pendidikan yang baik dan inklusif, penindasan gender juga dapat segera ditanggalkan dari pola pikir masyarakat. (Nada Salsabila)

Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | yjp@jurnalperempuan.com
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa