Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
Warta Feminis

Melawan Penyeragaman Tampilan Perempuan Lewat Festival Penutup Kepala Perempuan Nusantara

30/10/2021

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
     Penutup kepala telah menjadi identitas perempuan Nusantara. Selain merupakan bagian dari busana, penutup kepala juga melambangkan identitas kultural dan kebebasan berekspresi perempuan. Sayangnya, banyaknya produk hukum daerah yang membatasi cara berpakaian dan menyebabkan penggunaan penutup kepala tradisional perempuan pun mulai berkurang.

     Merespons hal ini, sekaligus memperingati Hari Sumpah Pemuda, Komnas Perempuan mengadakan webinar             Festival Penutup Kepala Perempuan Nusantara, melalui siaran Zoom pada Kamis (28/10). Pada Festival Penutup Kepala Perempuan Nusantara kali ini, tema yang diusung adalah“Merawat Kebangsaan, Merayakan Keberagaman”. Komnas Perempuan mengundang Dewi Kanti (Komisioner Komnas Perempuan), Athan Siahaan (Fashion Designer), serta Niluh Djelantik (Founder dan Creative Director NILUH DJELANTIK) sebagai pembicara danMonica Fransisca Khonado sebagai MC.

     Wakil Ketua Komnas Perempuan, Olivia Salampessy, dalam sambutannya menyoroti hasil pantauan dan kajian Komnas Perempuan, yang menemukan adanya penguatan kebijakan diskriminatif bermotif politik agama dan etnis sejak Reformasi 1998. Hal tersebut membuat kelompok minoritas terpaksa harus menyesuaikan diri, terutama pada aturan-aturan yang mengunggulkan identitas mayoritas. Salah satu bentuk opresinya adalah penghilangan penutup kepala tradisional dari seragam wajib pemerintah daerah.

     “Penutup kepala merupakan simbol dan atribut budaya yang mempunya landasan filosofis dari daerah adat yang ada, sayangnya pengetahuan tentang ini di Indonesia sangatlah terbatas,” tukas Olivia.

     Dewi Kanti menjadi pembicara pertama pada sesi diskusi. Menurutnya, penyeragaman tampilan, utamanya pada perempuan, menjadi praktik yang diskriminatif. Merayakan keberagaman menjadi sebuah cara untuk menemukan mozaik kebhinekaan yang utuh dan melawan penyeragaman. Dengan adanya festival ini, ia berharap perempuan Indonesia dapat menemukan kembali keberagaman identitas lokalnya. “Kita berharap, akan muncul kesadaran kembali akan karakter bangsa dan simbol wajah kebudayaan bangsa. Baik dari penutup kepala perempuan, kuliner, baju, (dan—red) aksesoris kebudayaan lainnya,” ujar Dewi.

     Selanjutnya, Niluh Djelantik menuturkan pengalamannya dengan penutup kepala. Berangkat dari identitasnya sebagai perempuan Bali, ia menganggap penutup kepala sebagai suatu ciri budaya yang luhur. Di Bali, terdapat berbagai jenis penutup kepala yang fungsinya berbeda-beda, tergantung situasi, upacara adat, dan lokasi pemakaian. Dengan demikian, penutup kepala telah menjadi identitas budaya perempuan Bali. Ia juga menyuarakan semua pihak, termasuk laki-laki, untuk ikut menjaga identitas tersebut, “Para lelaki Nusantara juga berhak dan boleh menyuarakan, bahwa ini adalah ciri khas, tradisi, karakteristk perempuan dari daerah saya,” ujarnya.

     Diskusi disambung oleh desainer kenamaan, Athan Siahaan. Seperti halnya Niluh Djelantik, Athan menceritakan saong sebagai tudung khas daerah asalnya, Sumatera Utara. Saong menjadi sesuatu yang sangat sakral bagi masyarakat Sumatera Utara karena memiliki nilai dan makna yang sangat kaya serta memiliki filosofi tinggi. Sayangnya, Athan melihat banyak penutup kepala, termasuk saong, sudah berkurang pemakaiannya karena tidak adanya peraturan khusus untuk memakainya. Atas hal ini, ia berharap kaum milenial berkenan mengenakan penutup kepala tradisional. “(Semoga—red) seluruh perempuan-perempuan di Indonesia, terutama kaum milenial, tidak malu menggunakan penutup kepala, yang merupakan ciri khas perempuan Indonesia,” harap Athan.

     Webinar ini turut menampilkan penampilan Tari Buyung. Emmalia Jati Kusuma bertindak sebagai penata tari dalam penampilan tersebut. Para penari terdiri dari tiga penari perempuan yang mengenakan penutup kepala tradisional.
Berbagai peraturan yang mengekang kebebasan ekspresi perempuan, terutama dalam hal berbusana, berimbas pada penyeragaman perempuan. Bahkan terkadang alasan dari penyeragaman tersebut adalah menyesuaikan norma perempuan dengan budaya ketimuran. Padahal, pakaian tradisional sejatinya merupakan busana yang menampilkan identitas asli perempuan Indonesia. Lewat pelaksanaan festival ini, diharapkan perempuan Indonesia dapat melawan penyeragaman tampilan dan merayakan keberagaman ekspresi. (Nada Salsabila)

Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024