Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa
Warta Feminis

MAMPU Diskusikan Isu Perempuan dan Stunting

10/10/2018

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
Senin (8/10) bertempat di Setiabudi Atrium, Jakarta Selatan, MAMPU (Kemitraan Australia-Indonesia untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan) mengadakan acara Brown Bag Lunch yang diisi diskusi tentang “Perempuan Indonesia Melawan Stunting”. Acara ini menghadirkan Dina Lumbantobing (Koordinator Pelaksana Konsorsium PERMAMPU) dan Brian Sri Prahastuti (Kantor Staf Presiden Republik Indonesia) sebagai pembicara. Berdasarkan data yang diambil dari kantor staf presiden stunting pada anak Indonesia ada pada fase darurat. Pasalnya 1 dari 3 anak Indonesia mengalami stunting.

Dalam acara tersebut, Brian Sri Prahastuti mengungkapkan bahwa 1000 hari pertama kehidupan (golden period) adalah penentu apakah seorang anak stunted atau tidak. Sebab golden period adalah fase terbentuknya 80% sel otak sedangkan setelah itu, sepanjang usia seseorang hanya menyumbangkan 20% pertumbuhan sel otak. Brian menjelaskan stunting merupakan gejala kurangnya gizi kronis yang berproses, dimulai saat anak lahir hingga usia 2 tahun. Stunting sering dianggap sebagai permasalahan masyarakat kurang mampu, padahal 29% balita yang terkena stunting berasal dari keluarga kaya. Stunting bukan hanya dialami oleh masyarakat perdesaan yang sulit mendapatkan akses kesehatan tetapi juga masyarakat perkotaan, ada  32,5% anak-anak penderita stunting berasal dari perkotaan. Brian mengungkapkan bahwa data tersebut memperlihatkan kurangnya gizi bukanlah faktor utama terjadinya stunting melainkan ada faktor lainnya seperti pola asuh dan sanitasi.

Lebih jauh, Brian menjelaskan stunting bukan hanya berdampak pada gizi seorang anak melainkan berdampak pada pendidikan, penghasilan, kemiskinan, dan ekonomi jangka panjang. Untuk itu ia mendorong pemerintah agar hadir dalam menyelesaikan permasalahan stunting. Akan tetapi, ia mengakui bahwa pemerintah tidak dapat bekerja sendiri. Menurutnya, perlu ada kemitraan antara pemerintah, badan usaha, lembaga donor, dan lembaga filantropi dalam mengumpulkan dana. Dana yang terkumpul nantinya dialokasikan oleh fund manager kepada penerima manfaat lewat tiga aspek yaitu penyediaan sarana dan prasarana, intervensi pendidikan dan kesehatan, dan kampanye nasional.  
Sementara itu, Dina Lumbantobing memaparkan hasil penelitian yang berjudul “Ringkasan Laporan Penelitian Persoalan dan Pemenuhan Gizi Perempuan Muda di 8 Provinsi di Sumatera” yang ia lakukan bersama Konsorsium PERMAMPU pada tahun 2017. Survei ini diadakan di 16 kabupaten (2 kabupaten dari setiap provinsi) dengan 1800 responden yang berasal dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), dinas kesehatan dan kelompok dampingan perempuan. Dina menjelaskan bahwa gejala stunting berawal dari kurangnya gizi bayi saat di dalam kandungan. Artinya, gizi perempuanlah yang bermasalah.
​
Dalam penelitiannya, Dina menemukan beberapa permasalahan mendasar yang menyebabkan stunting seperti kehamilan tidak diinginkan, pernikahan anak, mitos kecantikan, dan minimnya akses kesehatan. Tidak jarang pula responden menyatakan bahwa kosmetik dan pulsa adalah kebutuhan utama. Sehingga pola hidup sehat tidak dipandang sebagai hal yang penting. Dina mengungkapkan anggapan bahwa perempuan yang langsing, putih dan mungil adalah cantik membuat sebagian besar perempuan di Sumatera khususnya Sumatera Barat melakukan diet dengan pola yang tidak sehat. “alih-alih kurus dan putih, banyak perempuan justru pucat dan lemas” jelas Dina. Sementara itu, jika stunting terjadi pada laki-laki banyak orang memeranginya, sebab laki-laki dianggap harus kuat dan tinggi. Dina menekankan bahwa kita bisa melihat bias gender masih bermain pada arena penyelesaian stunting. Perempuan menjadi tempat kritik jika menghasilkan anak yang tidak sehat, tetapi juga dikontrol dengan mitos agar terlihat seperti yang masyarakat inginkan. (Iqraa Runi)


Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | yjp@jurnalperempuan.com
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa