Senin, 22 Agustus 2016, buku Perempuan, Kerja dan Perubahan Sosial cetakan kedua yang diterbitkan oleh Yayasan Kalyanamitra diluncurkan sekaligus diduskusikan di Gedung IASTH Salemba UI dengan kerjasama Yayasan Jurnal Perempuan dan Program Studi Kajian Gender UI. Buku karya Ratna Saptari dan Brigitte Holzner terbit pertama kali pada 1997 dan menjadi salah satu buku rujukan untuk perkuliahan di Program Studi Kajian Gender. Ratna Saptari dalam memberikan pidato kunci dalam acara ini, ia mengungkapkan bahwa buku ini telah ditulis pada sejak awal 90-an, jadi sudah lebih dari 2 dakade. “Buku ini sudah sangat lama sekali, dan saya harap buku ini menyumbang pemikiran kritis serta penelitian-penelitian terkini”, ungkap Ratna. Ia melanjutkan bahwa penting bagi studi perempuan untuk terintegrasi dengan gerakan perempuan menyoal isu-isu perempuan terkini, sehingga studi perempuan dan gerakan perempuan dapat bekerja bersama-sama dan saling melengkapi. Setelah paparan kunci dari Ratna Saptari, acara dilanjutkan dengan diskusi tentang buku Perempuan, Kerja dan Perubahan Sosial yang dipandu oleh Dewi Candraningrum, Pemimpin Redaksi Jurnal Perempuan. Diskusi buku ini menghadirkan Yuniyanti Chuzaifah (Komnas Perempuan), Mia Siscawati (Ketua Program Studi Kajian Gender UI), Siti Maimunah (Sajogyo Institute) sebagai pembicara. “Buku ini, mengingatkan saya pada pemikiran McRobbie, bahwa ada disartikulasi pada gerakan perempuan, meski buku ini sudah 2 dekade saya rasa ini tidak kita jadikan sebagai penghambat untuk melahirkan sebuah pengetahuan. Saya rasa hari ini kita sedang merayakannya”, ungkap Dewi. Lebih lanjut Dewi menyilakan Yuniyanti Chuzaifah untuk memberikan paparannya. “Buku ini mengoneksikan dunia akademis dan aktivisme”, tutur Yuniyanti. Ia juga mengungkapkan bahwa ada beberapa kemajuan setelah buku ini diterbitkan, misalnya tentang buruh yang sebelumnya sangat sulit sekali berorganisasi, setelah 19 tahun kemudian buruh sudah bisa berorganisasi dan bisa menyuarakan hak-haknya. Sekarang isu migran sidah menjadi isu politis, gerakan perempuan pekerja di grass root juga banyak seperti perempuan petani, perempuan penambang, perempuan adat dan lainnya. Menurutnya buku ini adalah karya penting yang harus dilanjutkan dengan melihat konteks gerakan perempuan di Indonesia sekarang. “Membangun pengetahuan perempuan bersama menjadi penting karena gerakan perempuan dan ruang akademisi adalah hal yang saling melengkapi”, ungkap Yuniyanti. Kemudian diskusi disambung dengan paparan Mia Siscawati, Ketua Program Studi Kajian Gender UI. “Gerakan perempuan menyumbang besar terhadap perkembangan studi perempuan”, tutur Mia Siscawati. Ia melanjutkan bahwa buku ini telah menjadi salah satu buku bacaan wajib untuk mahasiswa kajian gender dan menjadi sangat penting karena ada kajian interseksionalitas. Mia menyebutkan bahwa dalam buku ini penulis tidak hanya memerhatikan jenis kelamin namun juga persinggungan antar kelas, dan disanalah letak kajian interseksionalitas yang sangat penting. Menurutnya bukan hanya kajian interseksionalitas, buku ini juga menyumbang metodologi penelitian yang berbasis gender. “Ratna Saptari menggunakan metodologi penelitian PAR, Participatory Action Research, yang pada waktu itu banyak mengatakan ini tidak ilmiah, namun Ratna bisa membuktikannya dalam buku ini”, ungkap Ketua Program Studi Kajian Gender UI. Selanjutnya moderator menyilakan Siti Maimunah untuk memberikan paparannya terkait buku Perempuan, Kerja dan Perubahan Sosial. Mai Jebing mengungkapkan ada hal penting dalam buku ini yang bisa kita tangkap ialah bahwa kita tidak bisa meletakan pengetahuan dan pengalaman perempuan sebagai suatu yang umum atau sama dengan yang lain. “Pengetahuan dan pengelaman perempuan adalah sesuatu yang berbeda satu sama lain dan bisa berubah dari waktu ke waktu, tidak statis. Saya rasa penting untuk mendengar pengalaman perempuan Indonesia karena sangat kaya”, Ungkap Mai. Lebih jauh ia mengungkapkan bahwa untuk isu kerja sendiri perempuan memiliki tantangan yang berat karena harus bernegosiasi untuk keluar dari ruang domestik, stigma dan beban ganda ruang publik dan domestik. Mai menjelaskan hasil penelitiannya bahwa berdasarkan data KHL tahun 2008 menunjukan bahwa 75% dari 9000 dokumen Amdal yang disetujui dokumennya buruk dan sekitar 50% Komisi Amdal Daerah tidak berjalan sesuati tugas dan fungsinya. Inilah yang menurut Mai pembangunan tidak berperspektif terhadap keadilan lingkungan yang akhirnya memiliki dampak langsung terhadap kerja-kerja perempuan di ruang domestik maupun publik. Setelah paparan dari ketiga pembicara, moderator membuka sesi pertanyaan dengan mempersilakan para penanya pertama. Pinky Saptandari, Dosen Antropologi Universitas Airlangga memberikan tanggapan bahwa buku Perempuan, Kerja dan Perubahan Sosial juga menjadi bacaan wajib mahasiswanya di kampus, sehingga ia sangat senang dan juga menunggu cetakan kedua buku ini. Diskusi berlangsung interaktif, peserta sangat antusias. (Andi Misbahul Pratiwi) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |