Kontribusi Genseks FISIP UI terhadap Studi Gender dan Seksualitas Melalui Antologi yang Membumi5/4/2022
Isu gender dan seksualitas tidak pernah luput dari kehidupan sehari-hari. Banyaknya permasalahan gender dan seksualitas yang menjadi perhatian masyarakat terwakili oleh bertambahnya tulisan-tulisan akademik yang mengupas berbagai macam topik di dalamnya. Salah satu kumpulan riset yang mengangkat isu gender dan seksualitas adalah Dinamika Gender dan Seksualitas Kontemporer: Sebuah Antologi. Buku kedua yang diterbitkan oleh Unit Kajian Gender dan Seksualitas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (Genseks FISIP UI) tersebut diluncurkan melalui kegiatan diskusi dalam jaringan (daring) pada Kamis (31/03/2022) lalu. Diskusi dihadiri oleh Irwan M. Hidayana (Editor Genseks FISIP UI, Dosen Departemen Antropologi FISIP UI), Sari D. Ratri (Peneliti Genseks UI), Abby Gina Boang Manalu (Direktur Eksekutif Jurnal Perempuan), dan Matthew Girsang (Partnership Officer Jakarta Feminist). Dibuka oleh Gabriella Devi (Alumni Departemen Sosiologi FISIP UI) selaku MC, yang memaparkan bahwa buku yang diluncurkan pada acara ini adalah hasil dari kegelisahan akan isu gender dan seksualitas yang semakin meluas.
Melanjutkan pembukaan diskusi, Irwan M. Hidayana menyayangkan bahwa selama ini buku-buku yang berisikan isu gender dan seksualitas hadir dalam dominasi bahasa Inggris. Dengan dipublikasikannya Dinamika Gender dan Seksualitas Kontemporer: Sebuah Antologi, Irwan berharap pemahaman akan gender dan seksualitas menjadi lebih mudah dalam menjangkau pembaca dalam negeri, karena menggunakan bahasa Indonesia. Dalam kesempatan ini Irwan juga menyampaikan sekilas isi dari buku tersebut. Topik-topik seperti maskulinitas, hasrat, perkawinan anak, dan politik seksualitas diulas pada Dinamika Gender dan Seksualitas Kontemporer: Sebuah Antologi. Tidak hanya menghadirkan hasil-hasil penelitian yang baru, Irwan menekankan pentingnya refleksi metode penelitian yang tidak ada pada buku sebelumnya. Refleksi tersebut tentu dapat membantu penulis dalam menganalisis proses riset yang mereka lakukan beserta kekurangan dan kelebihannya. Irwan berharap, buku ini bisa memberikan kontribusi yang signifikan di dalam kegiatan akademik maupun bermasyarakat. Selain itu, rasa senang diutarakannya atas partisipasi penulis-penulis muda yang berpartisipasi dalam buku ini. Hal tersebut memberikan Irwan harapan akan adanya regenerasi dan bertambahnya individu dan praktisi yang berminat berkecimpung di isu gender dan seksualitas. Abby Gina melanjutkan diskusi dengan memberikan penilaiannya terhadap buku Genseks UI yang kedua tersebut. Menurutnya, tema gender dan seksualitas yang terdapat pada buku ini sangat penting. Hal tersebut dikarenakan terlalu banyak hambatan yang diakibatkan oleh tabunya kedua isu tersebut di dalam kehidupan bermasyarakat. Abby juga menekankan pentingnya mengedukasi masyarakat akan kekerasan seksual yang sebenarnya jauh dari seksualitas dan justru diakibatkan oleh ketimpangan dan kekerasan. Selain itu, direktur eksekutif Yayasan Jurnal Perempuan ini memuji metode kualitatif yang digunakan oleh para peneliti. Wawancara mendalam adalah metode penelitian feminisme yang mengutamakan pengalaman perempuan atau subjek yang diteliti. Implikasi dari metode tersebut membuat tulisan-tulisan yang terdapat pada Dinamika Gender dan Seksualitas Kontemporer: Sebuah Antologi murni dari pengalaman setiap subjek yang selama ini sering kali terpinggirkan dalam ranah penelitian dan akademik. Kontribusi buku ini, menurut Abby, memang tidak menambah teori-teori baru yang dapat diterapkan dalam penelitian-penelitian berikutnya. Akan tetapi, hasil riset yang dipublikasikan sangat relevan dan cocok dijadikan rekomendasi untuk teman-teman yang melakukan aktivisme dalam isu gender dan seksualitas. Diskusi dilanjutkan oleh Sari D. Ratri. Sari mengungkapkan kekagumannya akan isu dari buku ini yang mengangkat kelompok minoritas. Beberapa tulisan yang menarik perhatiannya dipaparkannya sebagai topik yang penting dan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Aplikasi kencan komunitas gay, misalnya, menjadi salah satu tulisan yang menurut Sari masih menunjukkan dominasi karakter heteronormativitas di kalangan kelompok minoritas tersebut. Ia juga memaparkan ketertarikannya akan topik-topik yang diangkat dalam Dinamika Gender dan Seksualitas Kontemporer: Sebuah Antologi berasal dari kebutuhan masyarakat untuk berhenti membatasi hak seksual orang lain. Terutama mereka yang membatasi hak dasar tersebut dengan alasan relijius. Hasrat yang jarang dibahas dalam isu seksual di Indonesia dan diangkat menjadi tema buku ini adalah langkah yang sangat baik, menurut Sari. Selain itu, tulisan mengenai kenikmatan seksual dan praktik pembesaran penis di Papua turut menarik perhatiannya. Bagi Sari, kesimpulan kedua tulisan tersebut merepresentasikan maskulinitas rapuh yang masih terdapat di sekitar kita. Secara keseluruhan, menurutnya buku ini menjadi satu langkah penting untuk membiasakan diskusi dan publikasi tentang isu gender dan seksualitas. Paparan terakhir dalam diskusi disampaikan oleh Matthew Girsang. Matthew memperingatkan bahwa buku ini dapat memicu trauma-trauma yang dialami oleh perempuan dan kelompok minoritas. Akan tetapi, buku ini tetap penting dan sangat mendapatkan dukungan dari teman-teman aktivis akar rumput yang memperjuangkan isu gender dan feminisme. Menurut Matthew, buku ini sangat menunjukkan objektivikasi terhadap perempuan dan otoritas ketubuhan mereka. Walaupun perempuan seolah-olah sudah diberikan kebebasan, tetapi hingga saat ini, tetap ada batasan yang berasal dari pemikiran-pemikiran patriarki terhadap perempuan. Matthew juga memaparkan kekhawatirannya akan kekerasan seksual melalui forum-forum daring yang sering kali digunakan oleh laki-laki untuk memuaskan hasrat seksual mereka. Menurut Matthew, kepuasan seksual adalah hak setiap individu. Namun, menggunakan kekerasan dan tidak adanya konsensual adalah kesalahan besar. Rapuhnya maskulinitas yang menjadi topik dalam beberapa tulisan pada Dinamika Gender dan Seksualitas Kontemporer: Sebuah Antologi menurut Matthew menjustifikasi bahwa laki-laki membutuhkan afirmasi dari orang lain untuk merasa berharga. Ia juga mengakui bahwa beberapa teman laki-laki yang dikenalnya menolak bahwa mereka sebenarnya rapuh. Selain mendobrak tabu dan isu gender yang patriarkis, harapan Matthew buku-buku yang akan diterbitkan oleh Genseks FISIP UI berikutnya turut melibatkan penulis dari gender-gender lain. Agar wawasan yang dipublikasikan semakin kaya akan sudut pandang yang berbeda dalam membantu teman-teman aktivis isu gender maupun mereka yang ingin memahami isu tersebut dengan lebih baik. (Retno Daru Dewi G. S. Putri) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
August 2024
Categories |