Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa
Warta Feminis

Kisah Perempuan Hadhrami di Ranah Publik

1/5/2018

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
Kamis (26/4), berlangsung talkshow dengan tema “Citra dan Keterlibatan Perempuan Hadhrami di Ranah Publik” yang merupakan rangkaian acara Festival Hadhrami di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI). Talkshow tersebut menghadirkan tiga perempuan yang memiliki garis keturunan Hadhrami sebagai pembicara, yakni Tsamara Amany Al-Atas (Politisi, Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia), Rayya Makarim (Penulis naskah film dan sutradara), dan Sofia Balfas (Direktur Keuangan dan Direktur Operasional PT Bukaka Teknik Utama), dengan dipandu oleh Saras Dewi (Dosen Filsafat UI) sebagai moderator.
 
Baik dalam komunitas Hadhrami maupun di berbagai kelompok etnis lainnya di Indonesia, ada banyak stereotip tentang peran perempuan. Sekitar 80 tahun yang lalu perempuan Hadhrami tidak dapat keluar rumah tanpa muhrim mereka, apalagi di atas pentas atau ruang publik, seperti yang diceritakan dalam kisah Fatimah. Namun, saat ini perempuan Hadhrami telah melakukan perubahan besar dalam masyarakat. Tidak sedikit dari perempuan Hadhrami yang menduduki posisi penting di berbagai bidang dalam masyarakat. Talkshow ini menghadirkan tiga perempuan keturunan Hadhrami yang membagikan kisah dan pandangan mereka tentang perempuan Hadhrami di ranah publik. Ketiga pembicara yang hadir pada talkshow tersebut masing-masing berkiprah di dunia politik, bisnis, dan seni.
 
Tsamara Amany, membuka talkshow dengan memaparkan tantangan yang dihadapi perempuan Hadhrami di ruang publik secara khusus terkait pengalamannya sebagai politisi muda. Tsamara memaparkan bahwa sesungguhnya perempuan Hadhrami pun mengalami konstruksi sosial yang ada, konservatif dan kuasanya terbatas hanya di dapur, sumur, dan kasur. Konstruksi sosial yang demikian, menurut Tsamara, harus dibantah dengan kehadiran perempuan Hadhrami di ranah publik. Dalam kiprahnya di dunia politik dengan identitasnya sebagai perempuan Hadhrami, Tsamara menjelaskan, “Ketika kita sudah masuk ke dalam ruang publik, ketika kita ingin masuk ke dalam ruang politik maka hal terpenting adalah meninggalkan fanatisme buta atas golongan.” Lebih lanjut Tsamara mengatakan jika fanatisme buta dan subjektivitas akan golongan terus dipertahankan, maka hanya akan menghambat golongan tersebut untuk maju. Pertentangan atas pandangan dan sikapnya yang berbeda terhadap kebiasaan atau nilai-nilai etnis Hadhrami menurut Tsamara merupakan sesuatu yang harus dia terima dan hadapi. Bagi Tsamara, nilai-nilai dan kultur yang ada dalam etnis Hadhrami seharusnya tidak menghambat perempuan untuk maju, “Sebagai perempuan Hadhrami, saya tidak mau larut dalam emosi dan fanatisme buta atas golongan itu. Kita bisa cinta akan kultur dan tradisi Hadhrami namun itu semua tidak membuat saya menjadi anti akan golongan lain dan merasa paling superior.”
 
Sofia Balfas, membagikan pengalamannya sebagai pebisnis yang bagi keturunan Hadhrami dipandang cukup sulit untuk masuk ke bidang tersebut. Namun, tidak demikian bagi Sofia yang didukung penuh oleh ayahnya untuk berkembang sesuai dengan minatnya. Sofia mengatakan bahwa ayahnya mendidik dia dan saudara-saudaranya dengan semangat Hadhrami yang mengajarkan mereka untuk menjadi individu-individu yang kuat seperti kesatria. Oleh karena itu hingga saat ini Sofia berhasil menjadi pebisnis sukses, bagi Sofia, tidak ada alasan bagi perempuan Hadhrami untuk menikmati posisi-posisi tinggi. Mental kuat yang ditanamkan oleh keturunan Hadhrami akan membentuk perempuan Hadhrami sebagai pribadi yang kuat. Hambatan yang dialami oleh Sofia datang ketika dirinya harus menikah. Sofia menikah dengan seorang pria yang juga keturunan Arab, berpendidikan tinggi, dan dapat memahami serta menerima Sofia sebagai perempuan yang bekerja. Namun, kendala yang harus dihadapi adalah sang suami mengizinkan Sofia untuk bekerja asal tidak melupakan semua tugasnya sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga. 
 
Rayya Makarim menyampaikan pandangannya yang berbeda dari dua pembicara lainnya. Perempuan yang memiliki profesi sebagai penulis naskah film ini menyatakan bahwa dirinya sama sekali tidak merasa sebagai keturunan Hadhrami. Rayya yang tinggal berpindah-pindah negara dan mengalami diskriminasi dari lingkungannya, mengaku sejak lahir telah ditanamkan oleh orang tuanya untuk mengingat asal-usulnya, yaitu Indonesia. Bagi Rayya dirinya adalah seorang Indonesia meski ia pernah tinggal dan bersekolah di beberapa negara sebelum akhirnya kembali ke Indonesia untuk berkarya dan berkontribusi pada negara. Namun, ketika Rayya kembali di Indonesia, iayang merasa dirinya adalah sepenuhnya orang Indonesia justru kembali mengalami diskriminasi dari orang-orang sekitarnya yang mengatakan bahwa dirinya adalah orang Arab, bukan Indonesia. Meski demikian hal tersebut tidak menjadi masalah bagi Rayya, walaupun seorang keturunan Hadhrami, tetapi diri dan identitasnya adalah seorang Indonesia. “Dari kecil sudah terus-menerus dikasih tahu saya orang Indonesia, jadi hal itu sudah mendarah daging bagi saya. Saya pikir saya punya tanggung jawab dan saya punya sesuatu yang mau saya berikan untuk negara saya,” tegas Rayya. (Bella Sandiata)
 



Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | yjp@jurnalperempuan.com
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa