Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa
Warta Feminis

Kisah Dua Perempuan Penyintas 65: Ibu Yulia dan Eyang Mariam

27/10/2014

0 Comments

 
PictureDok. Pribadi
Rabu (22/10/2014)—Dalam acara Rabu Perempuan yang terselenggara atas kerja sama Komnas Perempuan dan KontraS (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan), Ibu Yulia Siregar penyintas 65 yang kini berusia 71 tahun berkali berpesan agar generasi muda melepaskan stigma buruk kepada korban dan keluarga korban 1965/1966. “Anak saya sampai tidak mau lagi pulang kampung ke Medan. Dulu mereka sering diejek anak orang kafir PKI. Bahkan sampai sekarang sudah pada dewasa, mereka masih suka ketakutan. Apalagi kalau saya pergi sendiri. Takut nanti ditangkap FPI karena pernah jadi tapol PKI”, katanya.

Pada saat peristiwa 30 September 1965 terjadi di Jakarta, perempuan kelahiran Medan tahun 1943 itu tercatat sebagai mahasiswa aktif di Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara. Aktivitas kedua orang tuanya yang tergabung dalam organisasi underbouw PKI dan keanggotaannya dalam Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI), menjadi alasan aparat untuk menangkap dan menahan keluarga dari Ibu Yulia pada pertengahan Oktober 1965. Penahanan itu telah menyebabkan Ibu Yulia kehilangan ayahnya. “Kemungkinan besar ayah saya di-bon dan dibawa ke Sungai Ular. Itu tempat terkenal di Medan. Tidak ada satu pun tahanan yang kembali jika dibawa ke tempat itu”, ujar Ibu Yulia dengan mata berkaca-kaca.

Selama dalam tahanan, Ibu Yulia mengaku mengalami kekerasan psikologis. Selain rasa sedih karena kehilangan ayahnya, Ibu Yulia juga hidup dalam ketakutan karena adanya sistem “bon” tiap malam hari. Tahanan perempuan yang dianggap molek, seringkali “di-bon” oleh aparat. Mereka mengalami pemerkosaan secara berkali-kali oleh lebih dari satu orang aparat TNI. Tak sedikit dari perempuan-perempuan dalam tahanan tersebut yang dibebaskan (sepanjang tahun 1966-1979) dalam kondisi hamil atau bahkan mengalami gangguan kejiwaan akibat trauma.

Berbeda dengan Ibu Yulia yang dibebaskan tahun 1966, Eyang Mariam Poniem baru dibebaskan pada 20 Desember 1977. Perempuan berusia 73 tahun tersebut ditangkap dan ditahan selama 12 tahun atas tuduhan aktif mendukung gerakan makar PKI. Sewaktu menjadi buruh perempuan di salah satu perusahaan di Kota Medan, Eyang Mariam ditunjuk menjadi Wakil Sekretaris SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) cabang Medan. “Hingga saat ini saya tidak tahu salah saya. Apakah aktif mendorong pemenuhan hak-hak buruh perempuan itu adalah tindakan makar?”, tanya Eyang Mariam.

Dipenghujung acara, Eyang Mariam mengungkapkan harapannya pada pemerintahan baru. “Seumur-umur saya hanya dua kali benar-benar memilih presiden. Pertama, Bapak Soekarno. Kedua, Pak Jokowi. Saya yakin sama program Pak Jokowi yang mengutamakan kesejahteraan rakyat kecil. Kayak semboyan Pak Jokowi, Kerja, Kerja Kerja!, makanya kita semua harus ikut kerja. Semoga anak muda mau membantu kami (korban 65) mengingatkan Pak Jokowi kalau hingga saat ini kami masih menanti rehabilitasi dari pemerintah.” (Wara Aninditari Larascintya Habsari, staf Divisi Pemantauan Impunitas, KontraS)

0 Comments



Leave a Reply.

    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | yjp@jurnalperempuan.com
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa