Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa
Warta Feminis

Kartika Jahja: Pernikahan Bukan Tujuan Akhir Perempuan

10/3/2018

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
Kamis, 8 Maret 2018, Jurnal Perempuan bekerja sama dengan Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta mengadakan Pendidikan Publik JP 96 Feminisme dan Cinta. Pada perayaan yang didukung oleh Kedutaan Kanada dan Ford Foundation tersebut Jurnal Perempuan menggelar diskusi panel yang menampilkan empat orang pembicara. Dalam kesempatan itu, Kartika Jahja seorang musisi dan aktivis kesetaraan gender memaparkan materi tentang cinta dalam perspektif kultur pop yang bias gender.
 
Kartika memulai penjelasannya dengan mengangkat pengalaman masa kecilnya. Di usia 10 tahun, Kartika menyatakan cintanya pada seorang anak laki-laki. Menurutnya setelah menyatakan perasaannya ia dimusuhi oleh teman-teman perempuannya karena “tidak sepantasnya” perempuan menyatakan cinta pada laki-laki. Idealnya, seorang perempuan menunggu pernyataan cinta dari laki-laki. Kartika menyatakan, “Dalam cinta, perempuan harus dikejar, ditembak, diapeli, ditraktir, diantar jemput, dilindungi, dilamar, diboyong, dinikahi, diimami dan dimadu.” Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki ekspektasi agar dalam relasi cinta dan seksual perempuan berperan sebagai objek yang pasif dan bila perempuan bertindak sebagai subjek ia dilabeli secara negatif, dipandang nista dan dianggap telah melanggar tabu.
 
Menurut Kartika budaya pop telah memengaruhi cara kita memaknai cinta. Musik, film, siaran televisi, dan media sosial secara terus-menerus menjejalkan narasi cinta yang heteronormatif. Kultur pop tidak memberikan tempat bagi cinta yang nonheteroseksual. Budaya pop, khususnya film cenderung menunjukkan perempuan sebagai makhluk yang pasif dan tidak berdaya. Hal ini dibuktikan dengan gagasan-gagasan utama dari film-film romantis yang menekankan pada hal-hal seperti: bagaimana seorang laki-laki berjuang untuk seorang perempuan; bagaimana perempuan kehilangan dirinya demi mendapatkan cinta laki-laki; dan gagasan tentang pernikahan sebagai tujuan akhir perempuan dalam upaya mencapai hidup bahagia. Bagi Kartika budaya pop selalu menginternalisasikan bahwa menikah adalah kodrat perempuan.
 
Kartika menunjukkan bahwa budaya pop mengomersialkan cinta. Logika periklanan mendikotomi kebutuhan laki-laki dan perempuan. Ketika pasar menargetkan perempuan sebagai konsumen sebuah produk maka tema utama dari sebuah iklan adalah cinta yang direlasikan dengan cinta romantis. Sementara itu, ketika target konsumen adalah laki-laki maka hal-hal yang berkaitan dengan seks akan dijadikan tema utama. Budaya pop berupaya menjual produk-produknya dengan mengedarkan gagasan hiperfeminisasi perempuan. Iklan-iklan menyuburkan anggapan bahwa kebahagiaan perempuan adalah ketika ia memiliki pasangan, karena ketika memiliki pasangan atau memiliki relasi cinta romantis barulah perempuan menjadi sesuatu yang berharga. 
 
Menurut Kartika media sosial meletakkan perempuan dalam posisi yang tidak diuntungkan dalam relasi cinta romantis. Hari-hari ini setidaknya ada beberapa gagasan yang memojokkan perempuan yaitu demonisasi perempuan yang menolak cinta laki-laki yang menyukainya, menyudutkan pihak perempuan dalam relasi perselingkuhan secara tidak seimbang dengan melabelinya sebagai pelakor (perebut laki orang), mengolok-olok dan merendahkan perempuan yang tidak berpasangan (jomblo shaming) dan juga glorifikasi pernikahan di usia muda. 
 
Kartika mengatakan budaya pop mendefinisikan cinta sebagai relasi antara laki-laki dan perempuan di mana perempuan adalah objek dan laki-laki adalah subjek. Cinta telah dijadikan komoditas ketika produk dipasarkan dengan menjual fantasi tentang relasi cinta romantis sebagai puncak kebahagiaan perempuan. Bagi Kartika budaya pop telah mereduksi makna dan tujuan keberadaan perempuan.  Kartika terus menekankan bahwa relasi cinta romantis seperti pacaran dan pernikahan bukan tujuan akhir perempuan. Bahwa derajat perempuan tidak ditentukan dengan ada tidaknya pasangan. Kartika menutup pemaparannya dengan manyatakan, “Apapun definisimu, cintai dirimu sendiri terdahulu dan terutama, if it hurts, it’s not love". (Abby Gina)


Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | yjp@jurnalperempuan.com
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa