Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Indonesian Feminist Journal
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
    • Booklet KAFFE
  • Podcast JP
    • Radio JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
    • Biodata Penerima Beasiswa 2025
Warta Feminis

KAFFE Oktober 2023: Sastra dan Aktualisasi Diri Perempuan dalam Pemikiran Gilles Deleuze

31/10/2023

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
     ​Gelar kelas KAFFE (Kajian Feminisme dan Filsafat) merupakan salah satu rutinitas bulanan Yayasan Jurnal Perempuan. Pada edisi Oktober 2023, tema yang menjadi tajuk dalam diskusi ini adalah “Gilles Deleuze: Sastra dan Perjuangan Perempuan”. Kegiatan ini dilangsungkan melalui Zoom Meeting pada Jumat (27/10/2023) lalu. Partisipan yang turut hadir dalam kelas KAFFE kali ini berjumlah sekitar 30 orang. Kelas KAFFE  menghadirkan  Dr. J. Haryatmoko SJ. atau yang akrab disapa Romo Moko sebagai pengajar.

     Romo Moko adalah seorang akademisi di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Tahun lalu, beliau pernah mengisi kelas KAFFE juga. Pada kesempatan kali ini, kelas KAFFE membahas pemikiran Gilles Deleuze. Deleuze adalah seorang pemikir laki-laki yang memaknai perjuangan perempuan melalui sastra dalam proses menjadi atau becoming perempuan dalam karya-karya sastra, tutur Retno Daru G. S. Putri, moderator dalam kelas ini.
​
Dalam diskusi yang dihadari oleh sekitar 30 partisipan tersebut, Romo Moko membagi pemaparan materinya dalam beberapa bagian penting. “Pertama, saya akan menjelaskan konsep sastra sebagai paradigma kehidupan,” imbau Romo Moko membuka pemaparan materi. “Lalu, saya juga akan membahas hak-hak perempuan dan kesetaraan gender, mengapa sastra lebih lantang berjuang untuk perempuan, bagaimana sastra melampaui tatanan moral untuk memupuk imajinasi dan bagaimana istilah sastra menjadi perempuan,” tambahnya.

     Konsep filosofis Deleuze tentang becoming dipakai Romo Moko sebagai tinjauan untuk melihat peran sastra dalam kehidupan perempuan. Ia mengakui bahwa sastra memiliki posisi istimewa untuk menyuarakan perjuangan kaum perempuan. Sastra membantu perempuan untuk mengaktulaisasi dirinya yang otentik. Posisi sastra yang istimewa dalam perjuangan hak perempuan sebabkan oleh sastra dapat menyentuh perasaan dan membangkitkan imajinasi kolektif perempuan. Secara historis, beberapa karya sastra yang muncul pada akhir abad-19 menjadi sarana yang dipakai kaum feminis untuk menentang dominasi patriarki.

     “Sejak lama sastra menjadi medan bagi penulis untuk mengekspresikan tema gender, penindasan, dan pembebasan. Sastra memiliki kapasitas untuk menawarkan ilustrasi yang beragam tentang pengalaman hidup perempuan,” tutur Romo Moko. “Itu sebabnya, sastra lebih lantang berjuang untuk perempuan. Sastra menjadi garis terdepan dalam membahas isu-isu sosial termasuk emansipasi perempuan.”

     Bagi Romo Moko, sastra memiliki bahasa yang lebih lantang berbicara daripada filsafat dan teologi. Sastra melahirkan keindahan untuk merengkuh kehidupan yang berwarna. Sastra juga mempunyai kekuatan di dalam narasi dan empati. Sastra dapat membantu pembaca untuk bercermin dan menemukan kemanusiannya sendiri. Kekuatan sastra yang luar biasa bahkan sanggup menyingkap apa yang disembunyikan oleh realitas.

     Dalam paparan materi yang dibawakan, Romo Moko membuat uraian filosofis tentang dinamika becoming atau menjadi dalam karya-karya Deleuze. Ia menyinggung buku “Mille plateaux: Capitalisme et Schizophrenie” karangan Deleuze yang mendiskusikan perubahan sifat sastra dan hubungannya dengan gender dan subjektivitas. Deleuze menggunakan frasa “menjadi perempuan” untuk menyebut dinamika penemuan diri perempuan dalam sastra. Deleuze meyakini bahwa sastra dapat menjadi cerminan yang membantu perempuan merefleksikan kembali keutuhan dirinya dalam sebuah proses menjadi.

     “Menjadi perempuan adalah konsep metaforis yang menantang gagasan tradisional tentang identitas dan kategori yang bersifat tetap. Dalam filsafat Deleuze istilah ‘menjadi’ merujuk pada proses transformasi dan perubahan, di mana entitas tidak tetap, melainkan terus berkembang dan masuk ke dalam relasi-relasi yang baru,” ujar Romo Moko. Konsep menjadi perempuan dipakai Deleuze untuk menantang gagasan tradisional tentang identitas dan perbedaan biner.

     Bagi Deleuze, sastra menjadi suatu dunia yang memberi arah baru bagi refleksi tentang kedudukan dan peran perempuan. Di dalam sastra, perempuan menjadi pribadi yang sedang berupaya untuk mengaktualisasi dirinya secara utuh. Itu sebabnya, sastra dipakai sebagai sarana untuk menyuarakan hak-hak perempuan. Sastra membongkar semua bentuk penindasan pada perempuan. Seperti penjelasan Romo Moko, “Sastra membebaskan diri dari kategorisasi dan batasan yang kaku dan mengadopsi kualitas-kualitas yang terkait dengan fluiditas, multiplisitas, dan keterbukaan yang mereka kaitkan dengan konsep tentang perempuan sebagai sebuah proses menjadi.” 

     Sastra dapat melampaui identitas gender dan dan merangkul modus eksistensi yang lebih terbuka dan transformatif, tambah akademisi ini. Deleuze dalam pandangan Romo Moko dilihat sebagai pemikir yang sangat kritis terhadap konsep-konsep yang bersifat biner dan mengkategorikan dunia ke dalam pasangan yang kaku. Konsep menjadi memecah perbedaan biner dan menunjukkan bahwa identitas tidaklah tetap, melainkan berubah-ubah dan terus berkembang. Konsep menjadi adalah sebuah usaha untuk mengadopsi ciri-ciri yang diasosiasikan dengan feminine seperti keluwesan, keragaman, keterbukaan terhadap interpretasi, alih-alih terkungkung dalam batas-batas norma patriarki yang kaku.

     ​“Sastra tidak lagi terbatas pada norma yang bersifat sempit, melainkan menjadi ruang untuk mengeksplorasi identitas, pengalaman, dan perspektif yang cair dan beragam,” jelas Romo Moko. Partisipan sangat antusias mendengarkan pemaparan materi dari Romo Moko. Mereka mengajukkan sejumlah pertanyaan seputar tema diskusi.
Picture
Dok. Jurnal Perempuan
     ​Di akhir diskusi, Daru memberikan rangkuman singkat terkait gagasan Deleuze soal posisi sastra dalam kehidupan kaum perempuan. Ia mengungkapkan kelebihan sastra yang sanggup menjawab kegundahan situasi perempuan dalam keseharian hidup. Melalui sastra, penulis juga bisa mengeksplorasi tema-tema sosial dengan kritikannya. Sifat sastra adalah tidak menggurui tetapi menawarkan konsep paradigma kehidupan dan menyampaikan hasrat pengarangnya, terutama jika penulisnya adalah seorang perempuan.

     ​“Ini penting bagi perempuan, karena perempuan memiliki konsep metaforis menjadi perempuan yang menentang gagasan tradisional tentang identitas. Dan ketika kita bicara soal pemikiran Deleuze, Deleuze juga menentang konsep biner dalam sebuah karya sastra,” pungkas Daru. (Maria Noviyanti Meti).


Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    October 2025
    September 2025
    August 2025
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Indonesian Feminist Journal
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
    • Booklet KAFFE
  • Podcast JP
    • Radio JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
    • Biodata Penerima Beasiswa 2025