Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
Warta Feminis

KAFFE Maret 2023: Bagaimana Islam dan Feminisme di Indonesia Mulai Berkelindan

6/4/2023

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
     Salah satu kendala dalam pengarusutamaan feminisme di Indonesia adalah adanya anggapan bahwa feminisme merupakan produk budaya barat serta bertentangan dengan nilai-nilai agama Islam. Guna mematahkan dogma sosial tersebut, Kajian Feminisme dan Filsafat (KAFFE) kedua di bulan Maret 2023 mengangkat tema “Feminisme Islam di Indonesia” dengan menghadirkan Prof. Etin Anwar, Ph.D. selaku pengajar kelas. Etin Anwar adalah dosen Religious Studies di Hobard and William Smith Colleges, Amerika Serikat sekaligus Pendiri Reducates. Kegiatan ini dipandu oleh Retno Daru Dewi G.S. Putri, pada Jumat (31/3/2023) lalu.

     Pada awal paparannya, Etin menitikberatkan bahwa tema ini dibahas bukan untuk mengulik kehadiran sejarah feminisme Islam di Indonesia berdasar waktu, melainkan lebih kepada gagasan-gagasan atau ide-ide feminisme yang muncul. Etin mengawali pembahasannya dengan sedikit mengutip teori tentang feminisme. Etin mengawali, organisasi-organisasi perempuan yang mulai ada dari tahun 1910 sampai sekarang itu cenderung menjadi bagian dari organisasi laki-laki, seperti ‘Aisyiyah sebagai bagian dari Muhammadiyah. Di sini muncul pertanyaan, di mana otonomi perempuan ketika para perempuan menjalankan roda organisasi yang berada di bawah naungan kepemimpinan laki-laki?

     Etin selanjutnya memaparkan pemikiran Sonja van Wichelen, yang mengungkapkan bahwa feminisme di Indonesia tidak dilihat dari agama, melainkan melalui gerakan-gerakan sekular feminisme. Pernyataan Wichelen ini tidaklah salah, sebab dari rentang tahun 1937-1950, muncul banyak gerakan-gerakan feminisme yang berawal dari sekularisme. Sehingga, gerakan keagamaan bukan menjadi corong feminisme satu-satunya di Indonesia.

     Para perempuan Muslim seringkali menjadikan ayat 35 surat Al-Ahzab sebagai pondasi dalam memahami kesetaraan perempuan dan laki-laki. Etin menambahkan, banyak sekali retorika-retorika patriarkal yang dijadikan landasan untuk melihat keselarasan relasi antara laki-laki dan perempuan. Kemudian, para feminis membawa wacana bahwa laki-laki dan perempuan itu sama di mata Allah swt., keduanya makhluk yang memiliki landasan spiritual dan kuasa yang sama.

     Kemudian, Etin menyoroti anggapan yang mengatakan bahwa perempuan yang menstruasi dan karena itu tidak salat sebagai kurang beragama. Padahal, Allah swt. memberi  keringanan dalam beribadah. Tuhan dengan kasih-Nya memberikan kemudahan untuk orang-orang tertentu dalam situasi dam keadaan tertentu untuk tidak beribadah tanpa mengaitkannya dengan dosa. Dalam hal ini, perempuan yang menstruasi dibebaskan dari kewajiban beribadah sebab Tuhan memahami kesulitan-kesulitan dari kondisi tersebut.

     Kemudian, pendiri Reducates ini menjabarkan perkembangan feminism di Indonesia berdasarkan tahun. Pada tahun 1900-an, perempuan saat itu dilihat sebagai “yang terjebak” dalam adat dan agama. Dari sini kita melihat, agama dideskripsikan sebagai sesuatu yang negatif. Perempuan menempati posisi rendah secara sosial. “Kartini ini di-branding, didukung sedemikian luar biasa oleh Belanda, sehingga menjadi pionir. Ketenaran Kartini bergandengan dengan kebijakan etis Belanda, untuk memunculkan anggapan bahwa penjajahan Belanda di Indonesia itu memanusiakan manusia,” pungkas Etin.

     Selanjutnya, Dewi Sartika menjadi salah satu tokoh pemberdaya perempuan asal Indonesia yang tersohor. Orang tua Dewi Sartika diasingkan, sehingga ia hidup bersama para pekerja rumah tangga (PRT), mengajari para PRT, mendirikan sekolah Keoetamaan Isteri yang banyak memajukan perempuan di Jawa Barat. Selain itu juga ada Rahmah El-Joenesijjah, yang dikenal karena perjuangannya memajukan pendidikan perempuan di daerah Padang, Sumatra Barat. Perempuan-perempuan ini merupakan pejuang feminisme Islam, mereka melakukan gerakan dalam rangka menyadarkan betapa pentingnya perempuan untuk mendapatkan edukasi.

     Pada tahun 1940-an, awal mula membludaknya asosiasi perempuan di Indonesia, Etin katakan menjadi era yang sangat penting—terutama karena gerakan-gerakan di masa ini akan dikooptasi pada masa Orde Baru. Era ini juga merupakan era munculnya gerakan perempuan dan bagaimana perempuan aktif di dalamnya, seperti ‘Aisiyah, Persatuan Islam Istri (Persistri), dan Muslimah Nahdlatul Ulama (NU).

     Era Asosiasi ini memperlihatkan titik temu antara isu Islam dan feminisme, meski belum ada hubungan keterpengaruhan satu sama lain. Salah satu hal penting adalah mulai berkembangnya ideologi bahwa perempuan adalah sesama manusia. Selain itu, ada usaha dari gerakan-gerakan perempuan Islam untuk memberikan pengarahan kepada perempuan lain supaya menjadi agen perubahan dalam level personal dan sosial.

     Setelah masa kemerdekaan, terjadinya solidifikasi gerakan-gerakan perempuan yang berkiprah untuk memajukan nilai-nilai keibuan. Kemudian, di era Orde Baru, mulai terjadi solidifikasi antara kelompok agama dan sekularisme, dalam artian kelompok yang melakukan penerjemahan baru pesan atas agama ke dalam bentuk baru untuk melawan musuh bersama, yaitu komunisme. Pada era ini, mulai timbul relasi paralel antara Islam dan feminisme. Pengendalian keamanan, dan perempuan menjadi objek ketentuan itu, sehingga terjadilah institualisasi nilai-nilai keibuan, seperti dibentuknya organisasi Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan berbagai organisasi lainnya.

     Lahir pula banyak gerakan perempuan yang lebih independen, di mana perempuanlah yang menjadi pemimpinnya. Pada akhir era ini, muncul gerakan yang diprakarsai oleh kaum akademisi. Mengacu pada pemikiran Toeti Heraty, saat itu lahir gerakan masif berkerudung sebagai respon terhadap politik Orde Baru yang mengopresi ekspresi keagamaan masyarakat.

     Di Era Proliferasi, yang artinya Islam dan feminisme dipandang sebagai paradigma etis, ada usaha-usaha untuk mengajak para perempuan berijtihad. Ijtihad di sini bermakna “keahlian untuk berpikir”. Era ini memunculkan banyak sekali kritik terhadap narasi-narasi fikih, sebab banyaknya perempuan justru menempati posisi subordinat dalam hubungan personal dan sosial.

     Tentunya, muncul distingsi antara Muslim feminisme dengan feminism Islam. Secara etimologi, Etin lebih memilih terminologi feminisme Islam, karena lebih merujuk kepada pemikiran dan gerakan yang dilakukan oleh perempuan dan diinisiasi oleh perempuan juga. Sedangkan Muslim feminisme, bisa siapa saja. Feminisme Islam diperlukan sebab didasarkan pada penilaian-penilaian perempuan berdasar pengalaman perempuan, sedangkan Muslim feminisme bermakna pengalaman perempuan yang disuarakan laki-laki, tukasnya. Ketika feminisme disuarakan oleh laki-laki, dijadikan perkakas oleh laki-laki dalam rangka mempromosikan pemikiran “apa yang baik” bagi perempuan, maka feminisme ini menjadi didominasi maskulinitas.

     Sebagai penutup, Etin menegaskan bahwa yang menjadi pusat dalam feminisme adalah perempuan-perempuan yang berpikir logis serta spiritualis. Meskipun hari ini feminisme Islam masih belum tercapai secara maksimal, harapannya di masa depan para perempuan memiliki porsi praksis yang lebih besar. Demikian, pengaruh gerakan perempuan pada masyarakat menjadi lebih masif lagi. (Alfiyah)

Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024