Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
Warta Feminis

KAFFE Juli 2023: Meruntuhkan Kolonialisme Terhadap Perempuan yang Sudah Mengakar

25/7/2023

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
     Pada Jumat, (21/7/2023) lalu, Jurnal Perempuan menggelar kelas Kajian Feminisme dan Filsafat (KAFFE) bertajuk “Dekolonisasi dan Metode Feminis” secara daring. Kelas ini menunjuk Dewi Candraningrum (seniman dan aktivis Indonesia) selaku pengajar. Dalam upaya dekolonisasi, feminis berusaha membongkar konsep universalitas menyoal banyak permasalahan yang tak tampak. Konsep universal ini hadir di negara-negara jajahan akibat hegemoni dan dominasi kultural dari negara penjajah selama ratusan tahun.
​

     Sebagai awalan diskusi, Dewi memberikan studi kasus soal kritik feminis pada teori Karl Marx mengenai pembagian kelas borjuis dan proletar. Menurutnya, pembagian kelas tersebut hanya berlaku pada konteks Eropa, dimana kelas buruh dalam struktur industrinya sudah kuat. Berbeda dengan konteks negara terjajah, seperti Indonesia, yang memiliki lebih banyak jumlah buruh namun tak terampil dan informal. Sehingga Dewi mengatakan perlu adanya suatu metode untuk mengatasi permasalahan yang bersifat lokal.
 
     Kepada 51 peserta KAFFE, Dewi menyampaikan, dalam kajian feminisme poskolonial, feminisme transnasional, atau feminisme yang melakukan kajian-kajian dekolonisasi, perlu menambahkan dua dimensi penting: ekonomi kapitalisme dan globalisasi. Dewi menegaskan, bahwa dua dimensi tersebut juga berperan besar dalam menciptakan ruang untuk mendiskriminasi perempuan.
 
     Pada dimensi ekonomi kapitalisme, negara dunia ketiga seperti Bangladesh, Vietnam, termasuk Indonesia, terkena dampak ekonomi dari industri kotor. Salah satunya, industri fesyen yang menempatkan produksi bersih pada negara-negara dunia pertama, dan produksi kotor--seperti pembuatan bahan dasar serat sintetis dan rayon ada di India, Bangladesh, Vietnam, dan Indonesia. Praktik ini menyebabkan sungai-sungai seperti Bengawan Solo, Citarum, dan Brantas di Indonesia menjadi sekarat. Selain industri fesyen, seniman dan aktivis ini mengambil contoh kasus Kendeng soal industri semen yang memberi dampak buruk bagi keadaan lingkungan di sana.
 
     Bergeser pada dimensi globalis, Dewi membahas menyoal fine art atau seni rupa murni mengalami universalitas nilai. Contohnya dalam lukisan, perempuan seringkali digambarkan memiliki tubuh langsing, kulit putih, dan rambut halus. Padahal, lanjut Dewi, tidak boleh ada ideologi yang menggambarkan dan menyamaratakan kondisi perempuan di berbagai belahan dunia. Gambaran tersebut sudah mengisi tentu tumbuh bersamaan dengan proses kolonialisasi Barat yang berdampak sampai pada generasi sekarang.
​
Picture
Dok. Jurnal Perempuan
     Banyak dimensi lain yang juga harus ditambah dalam kajian feminisme poskolonial dan transnasional yaitu bangsa, ras, gender, termasuk orientasi seksual. Dewi mengatakan, terdapat 5 praktik dekolonisasi dengan metode feminis yang ditawarkan Chandra Mohanty, seorang ahli teori feminis poskolonial dan transnasional asal India.  
 
     Pertama, dalam level sehari-hari. Kerja sehari-hari seperti merawat anak dan lingkungan, atau melakukan kerajinan juga merupakan metode feminis. Contoh gerakan Chipko yang memeluk pohon untuk melawan deforestasi di pedesaan India atau orang Kendeng yang terus menanam pohon untuk melawan kerusakan lingkungan perlu dinormalisasi sebagai salah satu metode feminis.
 
     Kedua, aksi kolektif sebagai upaya mengoperasikan proses dekolonisasi secara internasional. Menurut Dewi hal ini dapat dilakukan dalam bentuk solidaritas reflektif yang melibatkan mutualitas dan akuntabilitas di negara lain. Misal, ketika ada produksi kotor semen milik Jerman di Indonesia, kita dapat menulis dampak kerusakannya bagi warga lokal dan mendorong untuk para aktivis lingkungan di sana untuk melakukan aksi protes langsung pada korporasi tersebut.
 
     Ketiga, dalam aspek  pendidikan. Dalam dunia akademis, Dewi memberi contoh kerja-kerja yang dilakukan oleh Ruang Arsip dan Sejarah Perempuan (Ruas) Indonesia dalam mendekonstruksi sejarah gerakan perempuan di Indonesia. Dalam hal ini Ruas Indonesia menggunakan testimoni sebagai alat untuk melakukan pengarsipan, dokumentasi, penulisan ulang dengan sudut pandang yang berbeda. Ini bertujuan untuk mengungkap ketidakadilan dan berdampak panjang seperti mengubah pandangan-pandangan politik dominan.
 
     Terakhir, dalam aspek karya-karya kreatif secara tekstual. Mohanty menawarkan konsep menulis teks untuk melawan narasi yang sudah mapan. Agar menyambung konteks digital, Dewi mencontohkan penggunaan sosial media untuk melawan hegemoni juga merupakan metode feminis.
 
     Saat ini Dewi dan aktivis perempuan lainnya sedang dalam tahap pengembangan metode feminis lainnya. Baginya, feminisme merupakan sebuah kesadaran dan praktek. Berkaca pada realitas yang ada, metode feminis juga dapat mengalami pembongkaran dan pembentukan ulang. (Hany Fatihah Ahmad)
​

Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | yjp@jurnalperempuan.com
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023