Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa
Warta Feminis

Jurnalisme Keberagaman untuk Melawan Jurnalisme yang Diskriminatif dan Seksis

24/5/2022

 
Picture
     Representasi perempuan di media Indonesia kerap kali ditampilkan dengan diskriminatif. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya judul-judul berita yang merendahkan perempuan, muatan berita yang misoginis, maupun tidak berimbangnya narasumber laki-laki dan perempuan yang dihadirkan dalam berita. Akibatnya, perempuan rentan diobjektifikasi oleh media.

     Membahas tema tersebut, pada Jumat (20/5/2022) lalu, Unit Kegiatan Mahasiswa Forum Diskusi Ilmiah Mahasiswa (UKM Fodim) Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya menggelar talkshow bertajuk ‘Lawan Perundungan Seksual: Wanita Bukan Objek Media!’ sebagai rangkaian dari Article Journalism Competition. Hadir sebagai narasumber, yaitu Alex Junaidi (Direktur Serikat Jurnalis untuk Keberagaman – SEJUK) dan Amelia Ayu Kinanti (Pemimpin Redaksi Beautynesia). Talkshow ini diselenggarakan secara online melalui platform Zoom Meeting.

     Alex menjadi pembicara pertama. Ia menjelaskan kerja-kerja SEJUK dalam mengarusutamakan jurnalisme keberagaman. Jurnalisme keberagaman adalah kerja jurnalisme yang berusaha menghadirkan representasi kelompok yang luas dan tidak membingkai suatu kelompok atau peristiwa secara diskriminatif. Menurutnya, jurnalisme keberagaman sangat penting bagi jurnalis, agar mereka dapat membawa pesan keberagaman pada khalayak. Dengan kemajemukan suku, ras, dan agama di Indonesia, perspektif keberagaman menjadi penting ditonjolkan. Tanpa perspektif tersebut, laporan jurnalistik dapat menjadi bias.

     Alex juga menyinggung bahwa kurang seimbangnya perspektif laki-laki dan perempuan yang ditampilkan di media dapat membawa bias pada pemberitaan. Kerap kali jurnalis hanya memberi tempat pada laki-laki sebagai narasumber, entah disengaja maupun tidak. Akibatnya, pemberitaan tersebut menjadi bias laki-laki. Untuk menghentikannya, jurnalis harus membiasakan diri melibatkan pandangan narasumber perempuan yang mumpuni di bidangnya.

     “Wawancara anggota DPR perempuan, misalnya, yang ditanya (oleh wartawannya—red) ‘Apakah ibu sudah izin ke suami?’. Itu banyak saya temui. Kalau pada anggota Dewan laki-laki, pertanyaannya tidak seperti itu. Kalau (bertanya—red) ke anggota Dewan perempuan, pertanyaannya soal urusan domestik,” tutur Alex.

     Senada dengan Alex, Ayu juga mengutarakan ketidaksetujuannya akan media yang mengobjektifikasi perempuan. Menurutnya, terkadang media menganggap perempuan hanya sebagai pemanis saja. Hal tersebut sama dengan tokenisme, dimana perempuan hanya ‘ditempelkan’ sebagai pelengkap saja. Namun, kini sudah banyak media yang berbenah agar lebih sesuai dengan narasi perempuan. Generasi muda kini pun lebih sadar akan pentingnya perubahan menuju masyarakat yang lebih setara.

     Di Indonesia, terutama dengan patriarkinya yang masih kental, potret perempuan di media yang diskriminatif dianggap biasa saja. Sebab, masyarakat terbiasa dengan pemberitaan seperti itu. Oleh karena itu, sebagai pembaca yang memahami seksisme media, kita dapat mengirimkan komplain terhadap media yang terang-terangan menunjukkan seksisme. Ayu juga menyampaikan, berhenti membaca dari media yang seksis merupakan langkah utama untuk menghentikan tipe pemberitaan seperti itu.

     “Selama masih ada orang-orang yang tertarik dengan berita seperti itu (seksis—red), maka masih akan ada orang yang menulis berita seperti itu,” jelas Ayu.

     Bagi Ayu, pembaca harus berani meninggalkan media yang menyebar tulisan tidak berkualitas. Hal tersebut dapat menunjukkan kepada media, bahwa model pemberitaan yang seksis dan diskriminatif sudah tidak diminati lagi. Untuk lebih bersikap adil dalam menulis berita, kita perlu memosisikan diri kita sebagai orang akan akan kita beritakan. Hal tersebut dapat membuat kita memikirkan bagaimana perasaan dan dampak dari pemberitaan kita. Redaksi media kini berkewajiban menciptakan ruang aman untuk berbagai kelompok yang berbeda-beda, sehingga tidak ada lagi ruang untuk diskriminasi dan seksisme di media.

     Arus informasi yang sangat deras di era ini membuat masyarakat kewalahan dalam menyortir informasi yang bermutu. Banyaknya pemberitaan yang diskriminatif dan seksis membuat masyarakat mau-tidak-mau terpapar konten tersebut. Demikian, dibutuhkan kesadaran bersama untuk menghentikan pemberitaan yang tidak berimbang. (Nada Salsabila)

Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | yjp@jurnalperempuan.com
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa