Jurnal Perempuan menggelar konsultasi Publik Laporan Tahunan 2015 pada Kamis, (17/12) bertempat di kantor Yayasan Jurnal Perempuan. Acara yang dihadiri sejumlah Sahabat Jurnal Perempuan (SJP) dan mitra kerja JP ini bertujuan untuk mendengar tanggapan dan masukan dari para pemangku kepentingan atas kinerja dan aktivitas JP sepanjang tahun 2015. Gadis Arivia, Direktur Eksekutif JP membuka acara dengan memberikan pengantar singkat dan menjelaskan alur acara yang dilanjutkan dengan perkenalan para undangan. Setelah itu Pemred JP, Dewi Candraningrum memaparkan capaian-capaian dari program-program yang dijalankan JP pada tahun 2015. Dewi juga mengungkapkan sejumlah keberhasilan JP seperti JP86 yang membahas topik SRHR (Sexual & Reproductive Health & Rights) dan Perubahan Iklim yang hanya dalam waktu 2 bulan telah habis cetak sehingga perlu cetak ulang mengingat permintaan dari para calon pembaca masih ada. Selain itu pada tahun 2015 ini JP juga menerbitkan buku-buku fiksi yang mengupas tragedi 65 dalam bentuk novel dan puisi dan mengadakan peluncuran tiga buku yang diterbitkan serta menggelar pendidikan publik termasuk ke daerah yang diikuti peserta dalam jumlah yang cukup banyak. Sementara Himah Sholihah yang bertanggung jawab untuk mengelola SJP dan Marketing memaparkan capaian-capaian marketing dan penambahan SJP sepanjang 2015. Himah menjelaskan karakteristik SJP berdasarkan jenis kelamin, latar belakang profesi, jenis donasi dan persebaran wilayah. Berdasarkan jenis profesi, SJP dari kalangan akademisi dan LSM sangat mendominasi, sedang dari sebaran wilayah, SJP banyak terkonsentrasi di pulau Jawa terutama Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Namun demikian tercatat SJP dari Wamena, Papua Barat dan Aceh serta 12 SJP yang bermukim di luar negeri, seperti Dili, Leiden, Bangkok, Belanda dan Jerman. Untuk penjualan produk jurnal dan buku masih mendominasi, sedang merchandise belum banyak karena jenis produknya juga masih terbatas pada t-shirt, pouch dan mug. Tahun ini JP juga gencar berjualan dengan mengikuti berbagai pameran yang diadakan oleh organisasi jaringan dan mendorong promosi via e-newsletter yang ikut meningkatkan penjualan selain juga mengembangkan penjualan online melalui website JP. Usai presentasi, acara dilanjutkan dengan mendengarkan tanggapan dan masukan dari para pemangku kepentingan. Melli Darsa, Dewan Pengawas JP yang baru saja meletakkan jabatannya sebagai Ketua Umum ILUNI FHUI mengatakan bahwa dependensi pada donor yang tahun ini sebesar 70 persen ke depan perlu semakin dikurangi dengan memperluas jangkauan JP ke kalangan profesional misalnya. Toeti Heraty, Pendiri JP memberikan paparan mengenai sejarah berdirinya JP dan perkembangannya. Rocky Gerung, pengajar Filsafat FIB UI mengungkapkan bahwa ia mengikuti perkembangan ideologis JP, karena itu ditengah fenomena creeping fundamentalism di berbagai bidang kehidupan termasuk di ranah pendidikan melalui kampus-kampus, JP diharapkan tetap menjadi sumber pemikiran kritis. Ia juga berharap JP menyelenggarakan kursus-kursus feminisme lewat kelas-kalas kecil secara rutin. Ahmad Junaidi, Redaktur Jakarta Post dan Direktur Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) sekaligus SJP mengatakan tren ke depan pembaca akan meninggalkan versi cetak dan bergeser ke versi online, fenomena ini perlu diantisipasi oleh JP. Nadja Jacubowski, Gender Advisor GIZ menegaskan komitmennya untuk mendukung JP dengan mensosialisasikan JP ke kalangan akademisi Jerman dan melanjutkan kerjasama dengan JP untuk menyelenggarakan training bagi para gender focal point GIZ. Sementara itu penulis dan SJP Ayu Utami memberikan apresiasinya atas perjuangan JP di level akademis. Namun ia juga mengungkapkan bahwa JP perlu menggarap level anak muda yang memiliki karakter berorientasi pada kesuksesan, karena hasil kajian JP juga perlu dibahasakan secara popular agar mampu menjawab hasrat zaman akan kesuksesan. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan mengemas kursus feminisme JP dengan menggabungkannya dengan keterampilan praktis atau memberi kesempatan pada para pesertanya untuk magang di media atau lembaga-lembaga jejaring. Jane Ardhaneswari, Editorial Board MRA Media sekaligus SJP mengungkapkan JP perlu tetap pada khitahnya sebagai jurnal ilmiah, sementara untuk publik yang lebih luas, JP bisa mengoptimalkan website. Jane juga mengatakan bahwa tanpa mengabaikan perempuan di ranah akar rumput, JP perlu berfokus pada perempuan kelas menengah, yang bisa jadi mereka “sakit” dan butuh pertolongan tetapi tidak menyadarinya. Pinky Saptandari, Staf Khusus Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengatakan meskipun pembaca JP paling banyak adalah kalangan akademisi, tetapi banyak kalangan akademisi yang tidak tercerahkan dengan merujuk pada contoh-contoh fenomena creeping fundamentalism di lingkungan kampus. Karena itu menurut Pinky, JP mempunyai kewajiban untuk tidak hanya memperbanyak anggota SJP tapi juga meningkatkan kualitas mereka. Ia juga berharap JP lebih serius masuk ke kampus. Mardety, Staf Ahli Komisi VIII DPR RI dan juga SJP mengungkapkan bahwa JP perlu membangun strategi marketing communication-nya dengan merangkul kalangan partai politik karena parpol juga memiliki kader-kader perempuan. Sehingga mereka dapat benar-benar memperjuangkan isu perempuan ketika terpilih sebagai wakil rakyat. Sjamsiah Achmad, Pendiri Pusat Pemberdayaan Perempuan dalam Politik sekaligus SJP mengutarakan bahwa JP masih tetap dibutuhkan, selain itu JP juga perlu lebih banyak ke daerah dan menggandeng PSW (Pusat Studi Wanita) yang ada di kampus-kampus. Sjamsiah juga mengusulkan agar JP juga mencermati perkembangan yang terjadi di UN Women bahkan jika perlu ikut memengaruhi kebijakan di UN Women. Usai paparan dan masukan dari SJP, Gadis Arivia memberikan tanggapan. Acara kemudian diakhiri dengan makan siang bersama. Masukan dari para SJP akan menjadi bahan berharga bagi JP untuk membuat perencanaan ke depan. (Anita Dhewy) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |