Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Indonesian Feminist Journal
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Podcast JP
    • Radio JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
    • Biodata Penerima Beasiswa 2025
Warta Feminis

Jalan Terjal Partisipasi Bermakna Kaum Muda dan Perempuan dalam Arus Politik

20/3/2023

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
     Partisipasi politik merupakan sebuah fondasi penting dalam tatanan negara demokrasi. Partisipasi ini mensyaratkan keterlibatan berbagai kelompok dalam pengambilan hingga penilaian sebuah keputusan yang berdampak pada kehidupannya. Tanpa partisipasi bermakna dari berbagai kelompok, demokrasi hanya menjadi ajang pemilihan kandidat semata. Sayangnya, kondisi demikian bertahan akibat hambatan-hambatan serta cara pandangan usang yang membuat kelompok-kelompok seperti kaum muda dan perempuan sulit untuk berperan aktif dalam politik, terutama politik formal. 

     Merefleksikan isu di atas, Jurnal Perempuan dan Plan Indonesia bersama dengan Australia Volunteers Progam mempercakapkannya bersama pada sebuah forum diskusi dengan tajuk “Dialog Antar Generasi: Partisipasi Kaum Muda dan Perempuan dalam Politik #EmbraceEquity” pada Rabu, (15/3/2023). Kegiatan yang terselenggara di Auditorium Gedung 1 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB), Universitas Indonesia (UI) tersebut merupakan kegiatan puncak dari rangkaian kerja sama yang telah dilaksanakan Jurnal Perempuan dan Plan Indonesia, sekaligus peluncuran riset Plan Internasional yang berjudul “State of The World’s Girls 2022”.

     Dalam mengelaborasi hasil riset lebih lanjut, kegiatan ini menghadirkan lima panelis, tetapi hanya empat di antaranya yang bergabung, yakni Dini Widiastuti, selaku Direktur Eksekutif Plan Indonesia; Tsamara Amany, selaku perwakilan politisi muda perempuan dan pendiri komunitas @temansandar; Ikhaputri Widiantini, selaku Dosen Filsafat FIB UI; dan Zeni Tri Lestari, selaku Unsur Mahasiswa Komite Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual Fakultas Sosial dan Politik (FISIP) UI. Berjalannya proses diskusi antarpembicara dan partisipan tersebut dipandu oleh Retno Daru Dewi G. S. Putri, selaku awak redaksi Jurnal Perempuan.

     Abby Gina Boang Manalu, Direktur Eksekutif Yayasan Jurnal Perempuan, menyebut dalam sambutannya bahwa kegiatan ini juga masih dalam payung perayaan Hari Perempuan Internasional. Ia menyebut tema partisipasi politik dari kaum muda dan perempuan ini penting diangkat karena masih banyaknya tantangan yang dihadapi oleh kaum muda dan perempuan untuk aktif berpolitik: “Struktur yang timpang, norma-norma budaya, restriksi kebijakan, hingga agama masih menjadi hambatan bagi perempuan di dalam dunia politik,” ujarnya.

     Tsamara Astmany mencontohkan hambatan ini melalui proses pencalonan legislatif perempuan yang seringkali hanya praktik tokenisme dalam dunia politik. “Kuota 30% yang ada tidak semata-mata menguntungkan perempuan, karena hanya untuk memenuhi kuota saja. Soal terpilih atau tidak itu urusan lain,” ujarnya. Pendiri @temansadar ini juga menyampaikan bahwa pesimisme perempuan dan kaum muda dalam politik formal setidaknya disebabkan dua hal. Pertama, politik formal sangat maskulin dan didominasi praktik dinasti politik. Ia menyampaikan, hal ini sulit bagi kaum muda dan perempuan yang tidak berprivilese untuk menembus gelembung tersebut, karena tidak ada regenerasi. Kedua, partai politik tidak mengakomodasikan strategi dan siasat untuk kandidat perempuan dengan baik. Seringkali yang terjadi kandidat perempuan diletakkan pada nomor urut yang tidak bagus maupun di daerah yang sulit bagi mereka untuk bersaing, karena telah banyak politisi kawakan.
Picture
Dok. Jurnal Perempuan
     Ikhaputri Widianti menyebutkan bahwa terdapat dua hal yang mengakar dalam hambatan-hambatan bagi kaum muda dan perempuan, yakni budaya patriarkal dan misoginisme. Budaya patriarkal menyuburkan praktik-praktik peminggiran dan stigmatisasi perempuan. Sementara, misoginisme tampak dari banyak masyarakat yang mempermasalahkan keperempuanan seseorang kandidat. “Perempuan kalau muncul sebagai calon pemimpin, tidak ada satupun yang bahas mengenai pemikirannya. Lagi-lagi soal penampilan, lagi-lagi soal masalah domestiknya,” tegas dosen FIB UI yang kerap disapa Upi tersebut.
Hal ini diiyakan oleh Zeni Tri Lestari. Sebagai seorang mahasiswi, ia mengalami sendiri berbagai invalidasi atas kerja dan kepemimpinan perempuan. Pun di level organisasi mahasiswa seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), kepemimpinan perempuan masih terganjal berbagai hal klasik. Berdasarkan pengalamannya mencalonkan diri menjadi calon ketua BEM fakultasnya, Zeni sudah menghadapi berbagai penolakan, meskipun ia baru sampai pada tahap pencalonan. Berbagai kesulitan yang dibebankan pada perempuan menghasilkan tingkat partisipasi politik perempuan yang lebih rendah. Kembali mengambil contoh dari keadaan kampusnya, Zeni menuturkan, “Dari 15 ketua BEM fakultas di UI, hanya 3 di antaranya yang merupakan perempuan.”

     Berseberangan dengan hambatan-hambatan yang ada, Dini Widiastuti menyampaikan bahwa antusiasme perempuan muda terhadap politik justru tinggi. Melalui riset global Plan Internasional terhadap 29 ribu perempuan muda berusia 15-24 tahun di seluruh dunia, Dini menyoroti bahwa 9 dari 10 perempuan muda meyakini bahwa partisipasi pada dunia politik itu penting, hal ini ditunjukkan dengan kerisauan mereka terhadap isu-isu seperti kemiskinan, pendidikan, dan lingkungan. Dini menggarisbawahi bahwa meskipun antusiasme tersebut tinggi, tetapi kaum muda dan perempuan menyangsikan kontestasi politik karena kekurangan teladan politisi dan mengetahui bahwa politisi, yang dominan laki-laki dan berusia tua, enggan untuk mendengar mereka.

     Meskipun hambatan-hambatan yang ada cukup untuk menyurutkan harapan akan politik inklusif, Ikhaputri Widianti menyebutkan mengenai peran-peran yang bisa dilakukan oleh institusi-institusi, termasuk kampus. Ia menyebut bahwa dorongan untuk menciptakan politik yang inklusif tidak boleh berhenti hanya pada affirmative action, tetapi kita perlu memperhitungkan bagaimana dorongan sangat besar dipengaruhi oleh pendidikan yang diberikan. Instusi seperti kampus seharusnya dapat menyediakan pendidikan politik serta mengakomodir praktik berpolitik melalui pelibatan dalam pengambilan kebijakan kampus.  

     Dengan demikian, tema kegiatan ini bukan hanya sebuah diskusi yang memperlihatkan bahwa politik kita penuh dengan kekurangan. Namun, juga sebagai upaya merefleksi perbedaan cara-cara berpolitik yang dapat mengakomodir kaum muda dan perempuan ke depannya. (Ayom Mratita Purbandani)

Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Indonesian Feminist Journal
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Podcast JP
    • Radio JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
    • Biodata Penerima Beasiswa 2025