Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
Warta Feminis

Gadis Arivia: Mendengarkan Narasi, Memahami LGBT 

6/12/2015

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
​Pada hari Sabtu (5/12/15) Jurnal Perempuan menyelenggarakan Pendidikan Publik JP 87 Keragaman Gender dan Seksualitas. Di acara yang diadakan di Joglo Patheya, Kemang Utara ini Gadis Arivia menceritakan penelitiannya yang dipublikasikan di Jurnal Perempuan 87 Keragaman Gender dan Seksualitas mengenai makna hidup bagi LGBT. Gadis memaparkan bahwa di dalam penelitian yang ia lakukan dengan Abby Gina tersebut ada 4 hal yang menjadi kesulitan untuk meneliti LGBT. Kesulitan-kesulitan itu lebih besar ia temukan dibandingkan ketika ia meneliti perempuan atau etnis minoritas tertentu. Hambatan pertama adalah seringnya konsep-konsep agama dibenturkan dengan LGBT yang berdampak pada diskriminasi, karena mereka dianggap “menyimpang” dari jalan Tuhan. Gadis mengatakan bahwa tuduhan tidak “direstui” agama tidak ia jumpai pada perempuan. Hal kedua adalah rendahnya kesadaran akan pentingnya penelitian tentang LGBT karena seringkali dianggap sebagai gaya hidup atau lifestyle. Di samping itu media seringkali merepresentasikan LGBT dengan kehidupan glamor, misalnya banyak dari mereka yang menjadi fashion designer. Hal itu menimbulkan keraguan, “Apakah mereka benar-benar tertindas? Apakah mereka kelompok miskin? Apakah mereka kelompok yang harus dilindungi?”. Yang terakhir adalah kenyataan bahwa mereka “tidak terlihat” karena seringkali menyembunyikan identitasnya. Misalnya jika memiliki kekasih, tidak dapat secara gamblang menunjukkan afeksinya karena ada permasalahan kultur dan agama.
 
Bagi Gadis, keempat hal itu merupakan problem metodologi yang harus dihadapi. Problem itu tercermin dari penelitian Gadis tentang kekerasan terhadap LGBT. Ada gap antara data kuantitatif dengan narasi kualitatif yang didapat dari responden. Misalnya secara kuantitatif, sebanyak 60 persen responden mengaku mengalami kekerasan, tetapi ketika dilakukan wawancara mendalam, hampir seluruhnya pernah mengalami kekerasan baik secara psikis, fisik, ekonomi, maupun seksual. Berbagai hambatan yang dipaparkan tadi mengharuskan peneliti untuk lebih sabar dan cermat dalam menteorisasi temuan-temuannya. Hal lainnya adalah, sebagai subjek penelitian, LGBT memiliki definisi yang sangat kaya sekaligus sangat cair. Kekayaan definisi itu tidak hanya berhenti pada jenis kelamin, tetapi juga orientasi seksual, identitas, ekspresi gender dan lain sebagainya. Sayangnya kekayaan dan kecairan itu di sisi lain menjadi dasar bagi penindasan terhadap mereka. Kesulitan untuk merumuskan definisi itu menjadi masalah yang berdampak pada berbagai hal, contoh yang paling signifikan adalah kebijakan-kebijakan negara, seperti Kartu Tanda Penduduk yang tidak mengakui gender ketiga. Akhirnya hak-haknya sebagai warga negara tidak terpenuhi. Misalnya dalam hal pernikahan, sebagai kelompok yang “tidak terlihat”, teman-teman LGBT dilarang untuk menikah, “Padahal semua orang punya hak untuk mencintai”, papar Gadis.
 
Dalam penelitian mengenai LGBT, Gadis lebih mengandalkan analisis narasi dibandingkan dengan data kuantitatif. Gadis mengatakan, “Menurut saya, mendengarkan mereka bercerita membuat saya lebih memahami mereka.” Lebig lanjut ia mengatakan, “Seringkali kebijakan negara hanya memikirkan distribusi, tidak mau mendengarkan konversasi.” Dengan mendengarkan suara mereka, kita baru bisa memahami dan membuat kebijakan yang adil. Persoalannya adalah suara-suara itu tidak muncul, pengalaman mereka tidak terkisahkan. Di dalam penelitiannya, Gadis juga menyoal absennya negara dalam melindungi hak-hak LGBT. Di dalam kasus kekerasan terhadap LGBT, ketika teman-teman melapor, otoritas terkait justru cenderung membenarkannya karena mereka dianggap menyimpang, dan malah diancam untuk diperkosa. Dalam hal ini negara absen, otoritas tidak mau melindungi. Yang muncul adalah perda-perda yang mengkriminalisasi homoseksual.  
 
Yang terakhir, mengenai makna hidup dan kebahagiaan bagi kaum LGBT, Gadis mengatakan, “Jika bagi Aristoteles tujuan hidup manusia adalah kebahagiaan, apakah ada kebahagiaan bagi mereka?”. Satu hal penting yang jarang ditemukan oleh teman-teman LGBT adalah dukungan dari keluarga. Mayoritas mereka memiliki kedekatan dan kepercayaan yang lebih besar kepada sahabat-sahabatnya, bukan keluarga. Mengenai pernikahan, itu merupakan hal yang sangat jauh dari pikiran mereka. Harapan mereka adalah tidak lagi mendapatkan pelecehan dan penindasan dari masyarakat. Yang terpenting bagi teman-teman LGBT saat ini bukan persoalan distribusi, tetapi rekognisi. (Lola Loveita)


Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024