![]() Feminist Festival (FemFest) 2019 telah dilangsungkan pada hari Sabtu dan Minggu (23-24 November 2019) di Wisma PKBI, Jakarta. Acara ini merupakan puncak dari rangkaian kegiatan yang telah diadakan sejak Oktober. Diadakan oleh Perkumpulan Lintas Feminis Jakarta, Femfest 2019 adalah festival kedua yang dibuat sejak festival perdana di tahun 2017 lalu. Skolastika Lupitawina, selaku Koordinator Umum FemFest 2019 dan salah satu penggagas acara ini, mengungkapkan acara ini dibentuk sebagai upaya untuk mendorong pemahaman bahwa feminisme bukan barang impor, melainkan perspektif dan perjuangan yang sudah lama hidup di Indonesia. “Kami juga ingin mendorong masyarakat, khususnya muda-mudi, untuk turut menjadi aktivis feminis dengan pemahaman ini,” ujar perempuan yang akrab disapa Tika ini. Mengangkat tema ‘Feminis Buatan Indonesia’ tahun ini FemFest 2019 mengundang moderator, pembicara lintas latar belakang, mulai dari pejuang advokasi, politisi, hingga selebritis tanah air termasuk, Devi Anggraini, Anis Hidayah, Vicky Singmin, Dena Rachman, Hannah Al Rashid, Tara Basro, Maryam Lee, Ika Vantiani, Bhagavad Sambadha, Tunggal Pawestri, Marcia Soumokil, Dara Nasution, Kalis Mardiasih dan banyak lainnya. Pemilihan narasumber yang beragam ini dilakukan atas berbagai pertimbangan. “Kami ingin memasukkan semua input yang bisa kami kumpulkan dari beragam latar belakang hingga negara sehingga semua peserta juga diharapkan bisa tersampaikan aspirasinya,” ujar Anindya Restuviani yang merupakan Pembina acara ini. FemFest 2019 juga mengajak teman-teman disabilitas untuk datang ke acara dwitahunan ini dengan membuat acara ini mudah diakses oleh semua. “Kami sangat berusaha untuk membuat acara ini ramah bagi teman-teman disabilitas dan juga ramah anak. Kami ingin membuat Femfest 2019 ini tempat belajar bagi peserta yang tertarik seputar feminisme, jadi tidak salah kaprah,” tambah Anindya yang akrab disapa Vivi. Mengenai kritisi yang ditujukan ke panitia beberapa waktu lalu di media sosial mengenai inklusivitas, Tika juga mengungkapkan bahwa hal tersebut dapat menjadi masukan yang berarti bagi panitia untuk selalu memberikan yang terbaik ke depannya. “Kami tahu kami memiliki kekurangan dan kami sangat terbuka untuk semua masukan. Kami senang ternyata orang-orang peduli dengan gerakan ini,” ujar Tika. Sejak acara Women’s March 2019 lalu yang dihadiri oleh ribuan peserta di Jakarta, Perkumpulan Lintas Feminis Jakarta memang mulai menyadari ketertarikan masyarakat terhadap gerakan feminisme di Indonesia. “Femfest 2019 ini dihadiri oleh lebih dari dua ratus peserta dari berbagai kalangan, dan banyak juga yang tertarik datang dan tahu mengenai acara ini lewat Women’s March,” ujar Tika. Tika juga berharap melalui acara Femfest ini anak muda bisa tahu landasan perjuangan mereka dan bergerak nyata di kemudian hari. Selama dua hari berjalan, acara akan selalu ditutup dengan penampilan dari sejumlah seniman. Misal, penampilan tari bellydance dari Christine Yaven hingga pertunjukan komedi dari Sakdiyah Ma’ruf. Dua seniman tersebut merupakan hiburan penutup yang dapat disaksikan usai rangkaian agenda FemFest 2019 berlangsung. Di FemFest 2019, peserta juga dapat mengunjungi bazar komunitas serta garage sale yang akan digelar selama dua hari FemFest 2019 berlangsung. Kehadiran bazar ini juga turut diisi oleh berbagai booth dari berbagai mitra Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang hadir, yakni Rumah Faye, Yayasan PLAN International Indonesia, Yayasan IPAS, Indorelawan, Walhi, dan Amnesty International Indonesia. (Pers Rilis) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
February 2025
Categories |