Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa
Warta Feminis

Feminisme Membongkar Diskriminasi terhadap Perempuan dalam Filsafat dan Ilmu Pengetahuan

31/3/2021

 
​Dalam rangka memperingati hari perempuan internasional yang jatuh pada tanggal 8 Maret setiap tahunnya, Komunitas Mahasiswa Filsafat (KOMAFIL) Universitas Indonesia dan Jurnal Perempuan menyelenggarakan diskusi publik dengan tema membongkar maskulinitas filsafat dan ilmu pengetahuan melalui perspektif feminis (26/3). Dalam kegiatan ini, Prof. Dr. Gadis Arivia, dosen sosiologi gender Montgomery Collage, Maryland – Amerika Serikat, yang juga adalah pendiri Yayasan Jurnal Perempuan memberikan kuliah.
Atnike Nova Sigiro, Direktur Eksekutif Yayasan Jurnal Perempuan, dalam pembukaan acara ini menyampaikan apreasiasinya terhadap inisiatif KOMAFIL untuk menyelenggarakan kegiatan ini. Menurut Atnike, ilmu pengetahuan masih cenderung meminggirkan perempuan, termasuk dalam perkembangan ilmu filsafat.  Sejalan dengan misi Jurnal Perempuan, “pencerahan untuk kesetaraan”, Atnike berharap kegiatan semacam ini akan mendorong ilmu pengetahuan yang akan menghasilkan keadilan dan kesetaraan.
 
Dalam pembukaan kuliahnya Gadis menjelaskan dominasi patriarki yang sangat dominan di dalam struktur masyarakat dan dalam sistem ilmu pengetahuan. Menurut Gadis, feminisme selalu mengaitkan pemikiran dengan pengalaman kehidupan. Keterlibatan Gadis dalam pemikiran dan gerakan feminis adalah hasil refleksinya selama mengenyam pendidikan di jurusan Filsafat UI. Menurut dia, pemikiran feminis sangat jarang dibicarakan, karena adanya hegemoni, dominasi dan seksisme dalam ilmu pengetahuan dan dalam filsafat.  Gadis bertujuan untuk membuktikan malestream philosophy (filsafat arus utama yang maskulin), meletakkan fondasi feminisme, mendekonstruksi filsafat, dan memperkenalkan filsafat feminisme. 
 
Menurut Gadis, ilmu filsafat memiliki hubungan yang ganjil terhadap perempuan. Pandangan filsafat terhadap perempuan sering kali bias, seksis, bahkan menyingkirkan perempuan.  Dalam etika arus utama dominan yang maskulin, teori etika yang ada sangat tercerabut dari pengalaman ketubuhan dan bersifat abstrak. Perempuan baru masuk pada ranah ilmu pengetahuan pada abad ke-17. Artinya, peminggiran perempuan dari ilmu pengetahuan telah menyebabkan perempuan tertinggal selama ratusan tahun. Salah satu dampak diskriminasi dalam ilmu pengetahuan terhadap perempuan dapat dilihat dalam pembagian ilmu yang diskriminatif di mana ilmu-ilmu yang identik dengan rasio diidentikkan sebagai ranah publik dan ranah laki-laki; sementara ilmu yang identik dengan perasaan atau afeksi diidentikkan sebagai ranah privat dan ranah perempuan. 
 
Seksisme dalam ilmu pengetahuan, menurut Gadis, berdampak hingga saat ini. Salah satu dampaknya adalah rendahnya tingkat pendidikan perempuan di berbagai negara, minimnya partisipasi perempuan dalam STEM (SciencE, Technology, Engineering & Math), dan minimnya tingkat partisipasi perempuan di pasar kerja.
 
Gadis memaparkan setidaknya ada 16 filsuf laki-laki yang bertanggung jawab atas penyingkiran perempuan dari kehidupan publik, di antaranya adalah: Thomas Aquinas yang menyatakan bahwa perempuan adalah manusia yang tidak sempurna sehingga tempatnya adalah pada ruang privat. Descartes juga menyatakan bahwa perempuan tidak mampu di bidang ilmu pengetahuan karena tidak memiliki epistemologi. Sementara Rousseau, dalam bukunya berjudul Emile, menggambarkan perempuan yang ideal adalah perempuan yang mempelajari pengetahuan-pengetahuan yang berkait dengan seni dan afeksi, serta mempraktikkannya pada ranah privat. Pemikir-pemikir filsafat tersebut, menurut Gadis, menganggap bahwa nalar perempuan tidak lengkap sehingga tidak memiliki tempat di ruang publik.
 
Sebagai respons terhadap penindasan dan diskriminasi terhadap perempuan, para filsuf feminisme memproduksi pemikiran dan praksis sosial untuk mendorong kesetaraan gender. Secara singkat Gadis memaparkan pembagian perkembangan pemikiran feminisme ke dalam tiga gelombang. Gelombang pertama aliran pemikirannya adalah feminisme liberal, feminisme radikal, feminisme Marxis, dan feminisme sosialis. Sedangkan pada gelombang kedua, pemikiran feminisme yang berkembang misalnya adalah feminis psikonalisa dan feminisme eksistensialis. Feminisme gelombang pertama dan kedua, menurut Gadis,  berorientasi pada persoalan kesetaraan (equality). Kedua gelombang ini membicarakan keadilan dalam konteks kesamaan. Sementara dalam feminisme gelombang ketiga berkembanglah pemikiran feminisme multikultural, black feminism, teori queer, dan lainnya. Pada feminisme gelombang ketiga, diskursus keadilan justru dibicarakan dengan menyuarakan perbedaan. Perbedaan perlu dikenali dan diakui untuk mengetahui bahwa perempuan dapat mengalami penindasan yang berlipat karena identitas-identitas sosial yang melekat pada dirinya. Dalam semangat perayaan berbedaan, pemikiran feminisme gelombang ketiga menekankan bahwa perbedaan perlu diakui dan tidak boleh dijadikan dasar untuk menyingkirkan dan mendiskriminasi perempuan dan kelompok minoritas lainnya (Abby Gina)

Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | yjp@jurnalperempuan.com
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa