Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
Warta Feminis

Doing Feminism Melalui Tulisan Akademis

23/3/2023

 
PictureDok. BEM UMS
     Mungkin hampir semua anak muda yang menggunakan internet saat ini pernah mendengar istilah feminisme. Namun, tidak semuanya sungguh-sungguh memahami apa itu feminisme. Lebih sedikit lagi yang memahami bagaimana feminisme bekerja dalam upaya meraih keadilan. Pada Hari Perempuan Internasional beberapa waktu lalu, Retno Daru Dewi G. S. P., selaku redaksi Jurnal Perempuan, berbagi pengetahuan tentang bagaimana mahasiswa dapat memberdayakan perempuan dan kelompok rentan melalui tulisan akademis berperspektif feminis dalam kegiatan For Peace Class yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemberdayaan Mahasiswa dan Keperempuanan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Acara ini diselenggarakan secara baruan pada Jumat (17/3/2023) lalu melalui Zoom Meeting.

     Pertama-tama, Daru menjelaskan bahwa tulisan yang kuat dapat memantik pergerakan dan perubahan. Ia memberikan contoh unggahan media sosial yang dapat menginspirasi untuk kebaikan, di tengah narasi-narasi negatif di berbagai platform. Kemudian Daru menjelaskan feminisme sebagai “paham yang memperjuangkan kesetaraan hak di antara semua orang”, tidak hanya di antara perempuan dan laki-laki. Ia memperkenalkan empat gelombang feminisme yang dimulai di Inggris dan kemudian mengglobal, juga gerakan-gerakan kesetaraan gagasan perempuan di negara lain yang tidak melabeli diri sebagai feminisme. Misalnya, Di Indonesia sendiri kita punya Kongres Perempuan Pertama yang memperjuangkan hak-hak perempuan. Meskipun tidak menggunakan label feminisme, gerakan-gerakan seperti itu menurut Daru sejalan dengan teori feminisme yang berkembang.

     Daru mengingatkan peserta mengenai slogan Hari Perempuan Internasional tahun ini, yaitu #EmbraceEquity. Ia mengingatkan bahwa equality tidak sama dengan equity. Bahwa berbeda dengan equality yang mengasumsikan kebutuhan semua orang sama, konsep equity menyadari bahwa kebutuhan individu berbeda-beda dan harus dipenuhi (kebutuhan perempuan, laki-laki, anak, dan penyandang disabilitas berbeda). Daru mencontohkan soal pengaruh ketiadaan pembalut gratis, bagaimana mahasiswi yang tiba-tiba menstruasi harus pergi jauh mencari pembalut, pengalaman ini tidak pernah dialami mahasiswa laki-laki. Contoh lainnya adalah kesulitan bagi para penyandang disabilitas jika akses belajarnya tidak dipenuhi, seperti tidak adanya jalur kursi roda yang memadai dan juru bahasa isyarat untuk individu tuli. Pemahaman tentang perbedaan pengalaman dan kebutuhan ini merupakan salah satu dasar yang Daru sampaikan agar peserta memahami pentingnya penelitian berperspektif feminis.

     Lalu bagaimana menerapkan perspektif feminisme dalam tulisan? Daru menjelaskan, bahwa tulisan berperspektif feminis adalah tulisan yang mengutamakan pengalaman subjek penelitian dan benar-benar melibatkan subjek penelitian, terutama berkaitan dengan perempuan dan kelompok rentan. Penelitian tersebut dapat dilakukan dengan melakukan penelitian terlibat atau mendalam melalui wawancara langsung dengan subjek penelitian. Penelitian tidak bisa hanya berupa studi literatur karena peneliti perlu menggali apa yang sesungguhnya dibutuhkan sang subjek penelitian. Daru juga menjelaskan bahwa tulisan akademik berpespektif feminis melakukan rujukan ke teori-teori feminis.

     Kemudian Daru memperkenalkan beberapa riset YJP yang memberdayakan perempuan dan kelompok rentan lainnya. Ia menceritakan bagaimana periset dari YJP pergi ke Morodemak dan Purworejo dan menemukan bahwa hak-hak perempuan nelayan tidak diakui. Tulisan hasil riset kemudian dijadikan alat untuk membuat perubahan pada sistem yang mendiskriminasi para subjek penelitian. Daru mencontohkan bahwa pada riset yang tidak berperspektif feminis, periset bisa saja hanya datang ke kepala desa mengenai situasi perempuan nelayan. Data yang dihasilkan tentu akan berbeda dan kemungkinan besar tidak menggali pengalaman dan kebutuhan perempuan nelayan yang sesungguhnya.
Lalu Daru juga menceritakan riset YJP tentang akses pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk transpuan selama pandemi, bagaimana para transpuan tidak dapat mengakses bantuan sosial dan berbagai layanan karena tidak memiliki KTP. Melalui contoh-contoh ini, Daru menjelaskan kepada peserta bahwa penelitian berperspektif feminis menggali persoalan-persoalan kelompok rentan yang terabaikan, dan bahwa riset itu bertujuan untuk membawa perubahan bagi para subjek penelitian.

     Sesi diskusi berlangsung dengan antusiasme yang cukup tinggi dari para mahasiswa UMS. Ada yang bertanya apakah laki-laki dapat menjadi subjek penelitian berperspektif feminis. Daru menjawab bisa, salah satunya karena laki-laki pun dapat menjadi kelompok rentan. Lalu ada juga mahasiswa yang ingin meneliti tentang laki-laki yang melakukan pekerjaan domestik dan meminta masukan mengenai pendekatan penelitian. Daru memperkenalkan organisasi Aliansi Laki-laki Baru dan menjelaskan bahwa peneliti dapat memilih fokus yang ingin dibahas mengenai fenomena tersebut, misalnya mengangkat hal baik dari pengalaman melakukan pekerjaan domestik secara setara di rumah tangga.

     Ada juga mahasiswa yang ingin melakukan riset tentang akun “UMS Cantik” dan objektifikasi perempuan. Lalu, ada seorang mahasiwi yang ingin meneliti tentang kasus kekerasan dalam pacaran (KDP) di universitas, tetapi mengalami hambatan karena pembahasan tentang KDP dianggap tidak sesuai dengan kajian Islam, sebab Islam tidak membolehkan pacaran. Daru berbagi siasat agar mahasiswa tetap dapat memperjuangkan isu tersebut. Terakhir, seorang mahasiswi menyampaikan keinginannya untuk mengubah pemikiran masyarakat nelayan di lingkungan asalnya mengenai pendidikan untuk perempuan.
Dari diskusi yang terjadi selama sesi berlangsung, terlihat bahwa mahasiswa UMS sudah memiliki semangat untuk doing feminism melalui tulisan. Mereka sudah memiliki kesadaran pada isu-isu ketidaksetaraan dan kelompok rentan yang ada di sekitar mereka, baik di kampus maupun di lingkungan tempat tinggal. Penting bagi kampus sebagai institusi pendidikan untuk dapat merawat pemikiran kritis para mahasiswa sehingga mereka dapat berkontribusi dalam membawa perubahan dan keadilan. Salah satunya, dengan memberikan akses agar mahasiswa dapat mempelajari dan melakukan riset berperspektif feminis yang memperjuangkan hak perempuan dan kelompok rentan. (Asri Pratiwi Wulandari)

Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024