Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Indonesian Feminist Journal
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Podcast JP
    • Radio JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
    • Biodata Penerima Beasiswa 2025
Warta Feminis

Catatan Awal Pemantauan Pemilu Luar Negeri: Kerentanan dan Minimnya Aspirasi Pekerja Migran dalam Pemilu

22/1/2024

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
     ​Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) yang kurang dari satu bulan lagi, Migrant CARE melaksanakan konferensi pers Catatan Awal Pemantauan Pemilu Luar Negeri pada tanggal 18 Januari 2024 pukul 13.00—15.00 secara bauran. Konferensi pers ini menghadirkan Wahyu Susilo, Direktur Eksekutif Migrant CARE; Trisna D.Y. Aresta, Koordinator Pengelolaan Pengetahuan, Data, dan Publikasi Migrant CARE; Usep Hasan Sadikin dari Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem); dan Masykurudin Hafidz dari Akademi Pemilu dan Demokrasi Indonesia. Selain itu, konferensi pers ini juga menghadirkan testimoni dan pengalaman dari para pekerja migran Indonesia (PMI) yang berada di Hong Kong, Taiwan, Singapura, dan Malaysia.

     Dalam pembukaannya, Wahyu Susilo menyampaikan bahwa Migrant CARE sejak tahun 2009 telah melakukan pemantauan Pemilu di luar negeri. Ia mengemukakan, meskipun para Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri memiliki hak pilih secara politik, mereka kerap ditinggalkan dalam persiapan penyelanggaraan maupun aspirasinya dalam Pemilu. Dengan jumlah WNI yang cukup banyak di luar negeri, sesungguhnya mereka bisa menjadi daerah pemilihan (dapil) tersendiri. Namun sayangnya, dapil Luar Negeri digabung dengan dapil Jakarta 2. Hal ini mengakibatkan bahwa aspirasi pekerja migran, sebagai salah satu kelompok WNI terbesar di luar negeri, tidak terwakilkan oleh para calon legislatif.

     Trisna D.Y. Aresta melanjutkan dengan hasil awal dari pantauan Migrant CARE, yang dilakukan di empat wilayah, yaitu Hong Kong, Taiwan, Malaysia, dan Singapura. Menurutnya, PMI adalah Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang paling besar di luar negeri. Setidaknya ada empat permasalahan utama yang ditemukan oleh Migrant CARE terkait Pemilu luar negeri.

     Pertama, pemilihan jadwal Pemilu yang tidak tepat. Karena di luar negeri berlaku mekanisme early voting (Pemilu pendahuluan), rata-rata jadwal Pemilu dilaksanakan pada tanggal 5-14 Februari 2024. Pada pekerja migran yang bekerja di Singapura, Hong Kong, dan Taiwan, jadwal ini menyulitkan mereka karena bertepatan dengan Tahun Baru Imlek, di mana kemungkinan besar mereka kesulitan mendapatkan izin libur dari para pemberi kerja untuk pergi ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Kedua, adanya permasalahan dalam surat suara. Ada pekerja migran yang mendapatkan lebih dari satu surat suara dengan nama yang berbeda-beda, tetapi sebaliknya, sekitar 35% pekerja migran masih belum mendapatkan surat suara. Permasalahan lainnya, di Taipei, Taiwan, para pekerja migran telah mendapatkan surat suara di tanggal 18-25 Desember 2023, dengan alasan percepatan karena kantor pos yang tutup di tahun baru.

     Ketiga, berkurangnya jumlah TPS dan bertambahnya metode pemilihan via pos. Dari yang awalnya TPS dijadwalkan untuk berada di 31 lokasi, kini dikurangi hanya menjadi 4 lokasi, sehingga mayoritas pemilihan dilakukan via pos. Metode pemilihan di TPS merupakan cara yang paling transparan, tetapi Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) berdalih bahwa pengurangan ini karena tidak mendapatkan izin pemerintah setempat. Terakhir, para pekerja migran tidak dilibatkan dalam proses persiapan Pemilu, dan bahkan diabaikan aspirasinya.

     Usep Hasan Sadikin menyebutkan, calon legislatif semestinya terhubung dengan para pemilih, termasuk aspirasinya. Dapil Luar Negeri harus diperlakukan khusus, karena permasalahan yang dialami oleh WNI di luar negeri—yang sebagian besar merupakan pekerja migran—tidaklah sama dengan permasalahan yang dialami di Jakarta. Para calon legislatif yang masuk ke dapil Luar Negeri tidak ada yang berkepentingan terhadap permasalahan para pekerja migran, karena merasa pemilihnya paling banyak berada di Jakarta.

     Masykurudin Hafidz merupakan salah satu pihak yang menyusun indikator kerawanan Pemilu, di mana salah satu bentuk kerentanan Pemilu adalah penyelenggaraan di luar negeri. Ia merekomendasikan bahwa semestinya Kotak Suara Keliling (KSK) dan pos dikurangi jumlahnya, atau bahkan dihapuskan, bukan TPS yang dikurangi. Menurutnya tidak masuk akal jika TPS dikurangi karena alasan biaya, karena biaya Pemilu besar. Berarti permasalahannya ada di prioritas dan alokasi anggaran. Dengan tanda-tanda sebagaimana temuan Migrant CARE—pekerja migran tidak difasilitasi, mengurangi anggaran pelaksanaan Pemilu luar negeri—hal ini mengindikasikan bahwa para pekerja migran ditinggalkan dalam mekanisme Pemilu. Hal ini sangat disayangkan mengingat para pekerja migran telah memberikan sumbangan yang sangat besar bagi negara.

     “Hanya satu hari saja agar mereka memilih kok tidak difasilitasi? Itu hak warga negara mereka yang harus dijamin,” tutupnya.

     Konferensi pers ini juga menghadirkan empat pekerja migran Indonesia yang membagikan pengalamannya secara daring melalui Zoom. Fajar, dari Gabungan Tenaga Kerja Bersolidaritas (GANAS) di Taiwan, misalnya, menyampaikan bahwa ada pekerja migran yang hingga mendapatkan 10 surat suara yang dikirim pada alamat pemberi kerjanya. Hal ini mengakibatkan konflik antara pekerja migran dengan pemberi kerja, karena pekerja migran tersebut dianggap telah menyebarkan data pribadi.

     Sementara itu, Sammi dari Indonesian Family Network di Singapura, memaparkan permasalahan lain. Selain karena kendala jadwal Pemilu yang berbarengan dengan Tahun Baru Imlek, masih banyak pekerja migran yang belum mendapatkan informasi tentang Pemilu karena kurangnya sosialisasi. Terkait jadwal, memang pekerja migran bisa mengganti metode pemilihan dari memilih di TPS menjadi pos. Akan tetapi, mereka tetap harus mengajukan permohonan tersebut ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di hari kerja, di mana itu juga menyulitkan karena mereka hanya mendapat libur di hari Minggu.

     Sringatin, dari Indonesian Migrant Workers Union di Hong Kong, mengeluhkan hal serupa. Ia menganggap bahwa persiapan Pemilu di Hong Kong tidak transparan. Sosialisasi Pemilu juga tidak edukatif, karena hanya dijadikan sebagai ajang untuk membagikan suvenir.

     Terakhir, Zaelani, dari Persatuan Anak Rantau Indonesia (PARI) di Malaysia, mengeluhkan tidak adanya transparansi, termasuk dalam pelantikan PPLN. Ia merasa bahwa PPLN yang dilantik adalah orang-orang yang tidak memiliki pengalaman hidup di luar negeri, dan tidak ada pelibatan pekerja migran dalam PPLN. Padahal menurutnya, jumlah WNI di Malaysia terbanyak dibandingkan negara-negara lain. Akan tetapi, ia merasa bahwa sebagai pekerja migran ia tidak bisa menikmati haknya dalam Pemilu dan tidak bisa menyampaikan aspirasinya sebagai warga negara.

     ​Catatan Awal Pemantauan Pemilu Luar Negeri oleh Migrant CARE menggambarkan realitas yang dialami oleh para pekerja migran di luar negeri. Hak pilih pekerja migran Indonesia diliputi sejumlah kendala, mulai dari jadwal pemilihan yang tidak sesuai, distribusi surat suara yang tidak merata dan bermasalah, hingga minimnya partisipasi pekerja migran dalam persiapan Pemilu. Sebagai warga negara yang memberikan kontribusi pada pembangunan, kehadiran mereka perlu diakui dan hak pilihnya perlu dipenuhi. Ini adalah catatan penting bagi keberlangsungan demokrasi, dengan menjamin hak setiap warga negara—termasuk pekerja migran yang berada di luar negeri—tanpa hambatan dan diskriminasi. (Fadilla D. Putri)
​

Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Indonesian Feminist Journal
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Podcast JP
    • Radio JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
    • Biodata Penerima Beasiswa 2025