Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Indonesian Feminist Journal
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Podcast JP
    • Radio JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
    • Biodata Penerima Beasiswa 2025
Warta Feminis

Bisakah Isu Perempuan Menjadi Fokus Utama dalam Visi ASEAN 2045?

30/6/2023

 
Picture
     Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) sebagai badan kerja sama regional Asia Tenggara menyimpan banyak potensi pembangunan. Sayangnya, potensi pembangunan yang banyak dilirik hanyalah pembangunan ekonomi. Secara sosial, budaya, dan kultural, ASEAN belum banyak membantu pemangku kebijakan maupun Organisasi Masyarakat Sipil (OMS). Guna mendorong pembangunan sosial, terkhusus pembangunan gender melalui Visi ASEAN 2025-2045, Kalyanamitra menggandeng WEAVE (Weaving Women’s Voices in ASEAN) menyelenggarakan Diskusi Publik “Membangun Perspektif Gender untuk Visi Asean 2045” pada Selasa (27/6/2023) secara tatap muka.


     Acara ini dibuka oleh Listyowati selaku Ketua Kalyanamitra. Ia menyerukan hadirin untuk selalu mengawal inklusivitas di jejaring ASEAN. Sebagai latar belakang, pembentukan Masyarakat ASEAN bertujuan untuk meningkatkan kohesi dan integrasi di antara negara-negara anggota ASEAN dalam menghadapi perubahan politik global. Untuk mencapai tujuan tersebut, disepakatilah susunan Cetak Biru Masyarakat ASEAN 2025-2045 yang terdiri dari tiga pilar utama, yakni Pilar Politik-Keamanan, Pilar Ekonomi, dan Pilar Sosial Budaya. Cetak Biru itu akan berakhir pada tahun 2025 mendatang. Kini, ASEAN tengah menyusun Cetak Biru 2025-2045. Listyowati menutup dengan harapan, “Semoga Visi ASEAN 2045 tidak hanya menjadi visi, tapi juga implementatif.”

     Selanjutnya, dimulai sesi diskusi bersama para narasumber. Dinna Prapto Raharja (Synergy Policies), Ahmad Zafarullah Abdul Jalil (Director for ASEAN Integration Monitoring Directorate–AIMD), Lenny N. Rosalin (ASEAN Committee on Women), dan Olivia C. Salampessy (Wakil Ketua Komnas Perempuan) menjadi pemateri.
Masyarakat ASEAN ditopang oleh kekuatan masyarakat sipil dan masyarakat akar rumput. Ini yang ditekankan oleh Dinna Prapto Rahardja dalam paparannya. Visi ASEAN sendiri menjadi arahan untuk menyatukan kekuatan jaringan negara-negara di Asia Tenggara. Dinna menuturkan, Visi ASEAN dibentuk guna menengahi perbedaan pendapat antara negara-negara di dalamnya, meluruskan prinsip non-interference (tidak mengintervensi) yang menyulitkan negara-negara ASEAN untuk menengahi konflik Hak Asasi Manusia (HAM) tingkat regional, dan mempromosikan dan melindungi HAM.

     Hak perempuan tidak bisa dipisahkan dari HAM. Kedua hal tersebut harus dibangun secara beriringan, tanpa dipisahkan maupun disisihkan satu sama lain. Dalam praktiknya, penegakan HAM kerap dinilai sudah cukup mencakup isu perempuan. Ini membuat banyak isu-isu perempuan luput dari upaya penegakan HAM yang tidak berperspektif gender dan interseksionalitas. Dinna mendorong partisipasi ditingkatkannya masyarakat sipil dalam pengambilan keputusan tingkat ASEAN. Dengan begitu, isu perempuan dapat diposisikan sebagai isu sentral.

     Ahmad Zafarullah Abdul Jalil, sebagai salah seorang pemegang keputusan di ASEAN, mendorong peningkatan kewirausahaan perempuan dalam program-programnya. Terutama setelah adanya pandemi COVID-19 yang meruntuhkan stabilitas ekonomi global–termasuk juga di wilayah Asia Tenggara. Menggunakan ASEAN Comprehensive Recovery Framework (ACRF), Zafar memaparkan strategi ASEAN dalam membangun kesejahteraan perempuan melalui ekonomi digital, yaitu dengan menyempurnakan sistem kesehatan, memperkuat keamanan masyarakat, memaksimalkan potensi pasar ASEAN dan interaksi ekonomi yang lebih luas, mempercepat transformasi digital yang inklusif, serta membangun masa depan yang berkelanjutan dan dapat dipercaya.

     Apabila Zafar mempertegas perlunya ekonomi digital bagi perempuan Asia Tenggara, Lenny Rosalin merekomendasikan penguatan kebijakan sosiokultural di ASEAN. Strateginya adalah menggunakan ASEAN Gender Mainstreaming Strategic Framework (AGMSF). Namun, strategi ini juga memiliki tantangan. Salah satunya adalah banyaknya Sectoral Bodies (Badan Sektor) di ASEAN. Pengupayaan AGMSF terbentur pada mekanisme institusi, komitmen, pemahaman, serta pengalokasian sumber daya dalam menjalankan program. Lenny menawarkan rekomendasi: Badan Sektor yang ada harus terlebih dulu mendukung anggota ASEAN untuk mengarusutamakan gender dalam program tingkat nasional maupun regional.

     “Perempuan berhak atas penikmatan dan perlindungan yang sama atas seluruh HAM dan kebebasan mendasar di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan sipil,” ujar Olivia Salampessy dalam gilirannya. Salah satu kendaraan menuju hal tersebut adalah Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (CEDAW). Sayangnya, dalam konteks Asia Tenggara, penyiksaan terhadap perempuan masih tinggi. Jika ditelusuri, hal ini dapat terjadi karena ASEAN lebih fokus pada sektor pembangunan dan kerja sama ekonomi, bukan sosial budaya.

     Dalam Indeks Kesenjangan Gender tahun 2023, Indonesia menempati posisi 87 secara internasional dan posisi 6 dari 11 negara ASEAN. Dalam perhitungannya, sebenarnya Indonesia sudah baik dalam indikator partisipasi ekonomi, capaian pendidikan dan kesehatan. Namun Indonesia tertinggal pada pemberdayaan politik. Perempuan Indonesia cenderung lebih sulit menyuarakan kepentingan politiknya secara bottom-up, tertinggal dari Filipina yang menempati posisi 1 di antara negara ASEAN. Olivia menyatakan, hal ini menjadi tantangan bagi perempuan akar rumput Indonesia. Demikian, ASEAN perlu dengan serius melihat ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender sebagai masalah regional yang penting, bukan hanya untuk pembangunan ekonomi, tapi juga untuk pembangunan kemanusiaan yang holistik. (Nada Salsabila)


Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Indonesian Feminist Journal
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Podcast JP
    • Radio JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
    • Biodata Penerima Beasiswa 2025