Audiensi Komnas Perempuan dengan Wali Kota Surakarta: Setujui Memorialisasi Tragedi Mei 199816/3/2015
Pada tahun 2013 Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) bersama Pemerintah Kota Surakarta dan jejaring masyarakat sipil telah mengupayalan kegiatan mendukung pemulihan korban Tragedi Mei 1998 melalui memorialisasi. Sejumlah aktifitas telah berjalan pada peringatan Mei 2013, salah satunya penerbitan buku Kumpulan Puisi Merawat Ingatan Rahim Tragedi Mei 1998. Ada beberapa hal yang perlu ditinjau lagi secara bersama terkait pemugaran, pembangunan dan perawatan makam korban Tragedi Mei 98 di TPU Purwoloyo, serta mengintegrasikan Tragedi Mei 1998 dalam agenda peristiwa bersejarah kota Surakarta dan mengembangkan program dukungan terhadap keluarga korban serta mendorong dialog bersama dari seluruh elemen masyarakat. Bertempat di rumah dinas Loji Gandrung pada Jumat (13/3/2015) Komnas Perempuan yang diketuai oleh Yuniyanti Chuzaifah bersama dua anggota lainnya, Indriyati Suparno dan Soraya Ramli melakukan audiensi dengan wali kota Surakarta, FX. Hadi Rudyatmo. Audiensi juga melibatkan unsur masyarakat sipil yakni dari komunitas Jejer Wadon yang para anggotanya adalah aktivis lintas lembaga yang menyuarakan tentang isu-isu perempuan dan HAM. Perwakilan dari elemen pemangku kebijakan turut hadir tiga Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yakni Etty Retnowati kepala Dinas Dikpora, Hasta Gunawan kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan serta Nuning Sri Sulistyaningsih dari Bapermas. “Kami dari Komnas Perempuan melihat wilayah-wilayah yang keliatannya responsif untuk kerja sama. Komnas perempuan mendorong sebuah kegiatan atau bagaimana negara hadir dalam peristiwa Tragedi Mei 1998, agar generasi muda dan anak-anak kita itu mengetahui bahwa peristiwa itu ada sehingga tragedi tersebut tidak terulang lagi” tutur Yuniyanti Chuzaifah. Penjelasan Yuniyanti dipaparkan bersamaan dengan gambaran kegiatan yang telah dilakukan oleh Pemda DKI Jakarta pada tahun 2014 lalu. “Seperti yang terjadi di Jakarta, yakni makam massal Pondok Rangon, ada penanda dan dibuatkan prasasti, seperti marka di beberapa titik sebagai tanda bahwa ada makam massal korban Tragedi Mei 1998 di depan gerbang, lalu di titik 500m-1km menjelang tempat pemakaman. Juga prasasti berupa tangan berkain putih yang memegang jarum. Sekarang yang masuk proses adalah desain prasasti tulisan yang ditandatangani oleh Ahok, bahwa di tempat itu telah dimakamkan korban Tragedi Mei 1998,” Soraya Ramli menjelaskan. Setelah mendengar penjelasan tentang rencana tindak lanjut memorialisasi, FX. Hadi Rudyatmo kemudian mengatakan bahwa pihaknya siap melakukan pembangunan monumen peringatan di pemakaman TPU Purwoloyo. “Tujuannya untuk memperingati bahwa hal ini pernah terjadi dan menjadi pelajaran bagi kita supaya tidak mengulanginya lagi. Ini pekerjaan mudah yang bisa segera kita lakukan. Dulu saya mengertinya itu membuat maket yang akan dipajang di Balai Kota. Kalau hanya prasasti, dan hanya perlu satu saja di TPU Purwoloyo, maka bisa dibuat empat titik atau delapan titik di slup (cakar ayam) saja sebagai penanda. Saya minta surat permohonannya segera dikirim” jawab FX. Hadi Rudyatmo. Menanggapi data jumlah korban Tragedi Mei 98 di Surakarta, FX. Hadi Rudyatmo sangat yakin jika perhitungan 23 orang adalah mendekati kebenaran, meskipun dirinya tidak menolak kemungkinan ada makam lain selain TPU Purwoloyo. “Jika jumlahnya lebih dari puluhan itu tidak mungkin, karena saya pelaku langsung Tragedi Mei 1998” jelas Rudy. Mengenai rencana Napak Reformasi, FX. Hadi Rudyatmo mengatakan bahwa jika telah ada proses dan bentuk prasasti, maka pendidikan sejarah untuk bahan ajar bisa masuk lewat hal tersebut. “Nanti kita bisa membawa anak-anak sekolah dan mengingatkan bahwa pernah ada peristiwa Tragedi Mei 1998” lanjut Rudy. (Astuti Parengkuh) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
August 2024
Categories |