Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa
Warta Feminis

Andi Misbahul Pratiwi: Pengakuan terhadap Perempuan Nelayan Merupakan Kebutuhan Strategis Gender

5/2/2018

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
​Rabu, 31 Januari 2018, Jurnal Perempuan menyelenggarakan acara Pendidikan Publik JP 95 Perempuan Nelayan dan Pemutaran Film Dokumenter Perempuan Nelayan di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat. Acara dibuka dengan sambutan dari Dr. Ir. Rina, M.Si sebagai perwakilan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, kemudian dilanjutkan dengan pidato kunci dari Atnike Nova Sigiro, M.Sc, Direktur Eksekutif Jurnal Perempuan. Kegiatan selanjutnya ialah pemutaran film dokumenter Perempuan Nelayan yang menggambarkan kehidupan perempuan nelayan di Desa Morodemak dan Desa Purworejo, Jawa Tengah serta perempuan petambak udang di Dipasena, Lampung. Pada Pendidikan Publik JP 95 kali ini, Jurnal Perempuan menghadirkan Dedi Supriadi Adhuri (Peneliti Senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Andi Misbahul Pratiwi (Redaksi Jurnal Perempuan), dan Susan Herawati Romica (Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan) sebagai pembicara, dan Anita Dhewy (Pemimpin Redaksi Jurnal Perempuan) sebagai moderator.
 
Dalam sesi diskusi, Andi Misbahul Pratiwi memaparkan hasil riset yang ia tulis bersama Abby Gina, dengan judul “Eksistensi dan Kekuatan Perempuan Nelayan di Desa Morodemak dan Purworejo: Melawan Kekerasan, Birokrasi, dan Tafsir Agama yang Bias”. Dalam pemaparannya, Andi menyampaikan bahwa masyarakat masih melihat pekerjaan sebagai nelayan adalah pekerjaan yang hanya dilakukan oleh laki-laki. Banyak ujaran seperti, “Wong Wedok kok Miyang” yang artinya “Perempuan kok melaut”. Anggapan tersebut merupakan bukti bahwa stigma masih dilekatkan pada perempuan yang bekerja sebagai nelayan dalam masyarakat kita. Persoalan yang diangkat oleh Andi mengenai perempuan nelayan ialah soal sempitnya definisi nelayan serta keterlibatan dan peran perempuan dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam sehingga perempuan nelayan sulit mendapat pengakuan sebagai nelayan dan akses terhadap Kartu Nelayan. Andi menyatakan bahwa sempitnya definisi nelayan dan lingkup peranan perempuan nelayan dalam UU No.7/2016 menurut alat analisis gender Kabeer merupakan model pembangunan yang buta gender (blind gender) yang hanya menyasar kepada masyarakat laki-laki sebagai kepala keluarga dan agen produktif. “Pengakuan terhadap perempuan nelayan dianggap perlu dan penting karena menurut Mooser, pengakuan terhadap perempuan memiliki keterkaitan pada akses dan kontrol terhadap program pembangunan sehingga pengakuan terhadap perempuan nelayan merupakan kebutuhan strategis gender, bukan hanya praktis gender”, tutur Andi.  
 
Berdasarkan temuan penelitian yang dilakukan Andi, perempuan yang melaut memiliki porsi kerja yang lebih banyak dibandingkan dengan suami mereka. Selain melaut, pekerjaan menjual ikan di pasar dan melakukan tawar-menawar juga dibebankan kepada para perempuan nelayan karena ada anggapan bahwa urusan pasar adalah urusan perempuan. Mereka juga masih dibebani dengan pekerjaan domestik yang harus mereka jalankan terkait peran mereka sebagai ibu rumah tangga. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa beban ganda merupakan salah satu persoalan yang dialami oleh para perempuan nelayan. Meski para perempuan nelayan bekerja di ranah publik untuk membantu ekonomi keluarga namun hingga kini mereka sulit mendapatkan pengakuan sebagai nelayan serta tidak memiliki akses kartu nelayan. “Pengakuan terhadap identitas perempuan nelayan hanya langkah awal untuk memperbaiki kondisi perempuan nelayan di seluruh Indonesia. Langkah ini harus dilanjutkan dengan pendidikan dan pengadopsian perspektif adil gender dalam kebijakan. Kemudian definisi nelayan juga harus diperluas sehingga dapat mengakomodasi kerja perempuan di sektor perikanan mulai dari menangkap ikan, menjual, mengolah, hingga memasarkan hasil tangkapan.” tutur Andi di akhir pemaparannya. (Bella Sandiata)


Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | yjp@jurnalperempuan.com
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa