Sylvia Walby dalam bukunya Teorisasi Patriarki terbitan Jalasutra, Yogyakarta (2014), mencoba memberikan tafsir baru terhadap kesetaraan gender dalam ruang publik. Sylvia menemukan kesalahan analisis kesetaraan gender yang selama ini diperjuangkan yang disebabkan oleh perspektif tradisional yang masih mereka gunakan sebagai pisau analisis utama. Kesalahan tersebut oleh Sylvia disinyalir sebagai absennya analisis yang lebih luas terhadap struktur sosial yang terus mengalami perubahan. Sylvia menemukan bahwa eksploitasi terhadap perempuan tidak hanya terjadi di dalam ruang privat atau salah satu objek di mana perempuan bertindak dan berpartisipasi di dalamnya, melainkan juga di ruang publik. Sebuah ruang di mana relasi antar struktur saling berkaitan sehingga menimbulkan penindasan terhadap perempuan yang lebih luas. Perspektif tersebut adalah feminisme radikal, feminisme Marxis, liberalisme dan teori sistem-ganda. Keempat perspektif tersebut oleh Sylvia dinilai sangat kaku karena membatasi analisisnya. Misalnya dalam perspektif feminisme radikal yang mengatakan bahwa laki-laki adalah kelompok yang mendominasi perempuan sebagai sebuah kelompok dan sebagai kelompok utama yang memperoleh keuntungan dari eksploitasi terhadap perempuan. Sistem dominasi ini, dinamai patriarki, tidak diturunkan dari sistem ketidaksetaraan sosial lainnya; seperti sistem ini bukan produk kapitalisme. Hubungan antara patriarki dengan ketidaksetaraan kelas dan rasisme dibahas dengan pendekatan yang berbeda-beda oleh berbagai penulis feminisme radikal (hal: 4). Permasalahan utama dalam feminisme radikal dalam menganalisis ketidaksetaraan gender adalah, hanya terfokus pada esensialisme, pada reduksionisme biologis, dan pada kecenderungan universal palsu yang tidak dapat memahami perubahan historis atau menjelasakan secara memadai atas perbedaan perempuan berdasarkan suku dan kelas. Penjelasan lainnya, yakni feminisme Marxis, Liberalisme dan teori sistem-ganda juga menemukan permasalahan utama. Fokus yang teramat sempit pada kapitalisme (feminsme marxis), absennya penjelasan tentang struktur sosial secara keseluruhan dari ketidaksetaraan gender memunculkan berbagai penjelasan yang kurang memadai (liberalisme), dan sebagaimana dikatakan Young (1981) adalah tidak ada kemungkinan para penulis teori sistem ganda dalam mempertahankan dualitas kapitalisme dan patriaki. Dari Patriarki Privat ke Publik Meskipun terdapat kekurangan analisis dalam empat perspektif di atas, oleh Sylvia Walby juga dikatakan sebagai sebuah hasil analisis yang luar biasa sebagai upaya peningkatan partisipasi perempuan. Dari sinilah, bentuk perlawanan perempuan terhadap penindasan yang dilakukan oleh kelompok laki-laki mulai tumbuh dalam kesadaran perempuan. Sehingga kelompok perempuan mendapatkan akses yang sama dengan laki-laki, yang pada awalnya akses dalam ruang privat (keluarga), sekarang perempuan bisa berpartisipasi dalam ruan publik yang lebih luas. Tetapi sebagaimana Sylvia mengatakan bahwa terdapatnya akses dan hak bagi perempuan di ruang publik juga menambah masalah baru bagi perempuan. Perempuan dihadapakan pada sebuah penindasan yang lebih luas lagi, yakni sebuah struktur sosial patriarkis. Di dalam ruang publik yang diisi oleh perempuan ternyata tidak lepas dari penindasan terhadap perempuan. Terutama adalah struktur kapitalis yang mapan, yang memiliki relasi kuat dengan bentuk patriarki. Kesenjangan sosial bagi perempuan adalah ketika industri kapitalisme memiliki kepentingan mengerahkan dan mengeksploitasi buruh perempuan, yang jelas lebih murah daripada laki-laki karena struktur patriarki. Di sisi lain, terdapat resistensi oleh strategi patriarki yang berusaha memelihara eksploitasi perempuan di rumah tangga (hal: 278) Bentuk pertama industrialisasi kapitalis memandang perekrutan perempuan yang sukses ke pabrik-pabrik ketimbang laki-laki, perekrutan perempuan di bidang admistratif negara serta lainnya, semisal seksualitas, yang lebih banyak diisi oleh perempuan ketimbang laki-laki tetapi jutru menguntungkan laki-laki dapat dilihat dari berbagai bentuk undang-undang yang menjadikan laki-laki spesial daripada perempuan. Di sisi yang lain semakin majunya mesin teknologi juga mampu menyingkirkan perempuan dari keterampilan yang dimilikinya. Patriarki publik juga tidak semata-mata menyingkirkan patriarki privat, terutama yang terjadi terhadap perempuan. Laki-laki di dalam ruang publik tidak melepaskan secara utuh bagi perempuan untuk silang bakat maupun keterampilan. Maka dari itu, ruang privat yang patriarki yang terjadi dalam ruang publik adalah cara bagaimana laki-laki mempertahankan dominasinya terhadap perempuan melalui bentuk undang-undang atau penempatan perempuan di bidang pekerjaannya yang patriarkis. Impilkasi dari keadaan tersebut membuat ketegangan antara kapital dan patriarki atas eksploitasi pekerja perempuan. Meskipun di sisi lain, perempuan dalam ruang publik mendapatkan posisi atau upah dari pekerjaannya, tetapi perempuan juga mengalami eksploitasi yang diakibatkan oleh strategi patriarki. Jika kita amati, analisis Sylvia tentang penindasan kapitalisme terhadap perempuan masih menemukan kemiripan dengan analisis yang dilakukan perspektif Marxis, yakni analisis ketidaksetaraan yang disebabkan oleh pertentangan produksi industri dan upah pekerja perempuan. Tetapi oleh Sylvia, ketidaksetaraan yang diakibatkan oleh nilai produksi dan upah pekerja adalah model tradisional yang mengakibatkan ketidaksetaraan bagi perempuan. Sylvia menambahkan, bahwa ketidaksetaraan gender dalam industri kapitalis dalam masyarakat kontemporer menemukan bentuk baru, semisal dengan adanya iklan dalam masyarakat kapitalis yang menmpatkan perempuan sebagai objek komoditas dari hal tersebut. Jadi, perempuan tidak hanya semata ditindas karena ketimpangan antara nilai produksi dan upah, melainkan dijadikan sebagai lokomotif kapitalis untuk menarik untung sebesar-besarnya yang merugikan perempuan. Inilah yang menjadi catatan penting bagi perspektif terdahulu yang mengklaim kemajuan bagi perempuan dalam mendapatkan akses dan hak sama dengan laki-laki di ruang publik. Tetapi di sisi lain melupakan, bahwa relasi patriarki dengan kapitalisme sangat mendukung adanya eksploitasi terhadap perempuan dalam ruang publik. Karya Sylvia Walby tentang ketidaksetaraan gender dalam ruang publik setidaknya memberikan pencerahan bagi kaum perempuan khususnya, dan para penulis gender untuk lebih memahami dan menganilisis ketidaksetaraan gender yang dialami oleh perempuan dalam masyarakat kontemporer. Tidak hanya strukur kapitalis dan patriarkis, melainkan juga relasi antara patriarki dengan ras, suku, kelas, budaya dan wacana sehingga menimbulkan ketidaksetaraan gender terhadap perempuan. Termasuk juga dalam masyarakat Indonesia, meskipun perempuan dalam hak politik, mendapatkan akses yang lebar dan luas, tetapi di sisi yang lain juga menghadapai struktur sosial dalam bentuk patriarki. Di sisi lain, akses perempuan dalam politik tidak diiringi dengan unsur anti rasialisme atau kesukuan. Dalam hal ini kita bisa ambil contoh, bagaimana kaum perempuan yang berada di kota atau berpendidikan tinggi yang mendapatkan akses tersebut, sementara mereka yang berada dalam desa dan tidak berpendidikan tinggi masih mengalami eksploitasi. (Ahmad Riyadi) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |