Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
Warta Feminis

Agama dari Perspektif Sosiologi

11/6/2018

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
"Jika kita melihat agama sebagai suatu gejala sosial, maka apa itu agama?", pertanyaan tersebut dilontarkan oleh Dr. Robertus Robet, Dosen Program Studi Sosiologi Universitas Negeri Jakarta, dalam pertemuan keempat Kajian Filsafat dan Feminisme (Kaffe) yang diselenggarakan oleh Jurnal Perempuan dengan tema "Feminisme dan Agama" pada hari Kamis, 7 Juni 2018. Pada pertemuan terakhir Kaffe ke-11 tersebut, Robertus Robet mengangkat topik "Sosiologi Agama" yang membahas pandangan dari para tokoh-tokoh penting dalam sosiologi tentang agama.
 
Dalam pertemuan tersebut, Robet menjelaskan secara lebih lanjut jawaban dari salah satu peserta yang mengatakan bahwa agama merupakan kepercayaan pada sesuatu yang besar. Robet menjelaskan bahwa dalam agama terdapat suatu Tramendum Absurdumdan Tramendum Et Fascinosum, suatu getaran kekaguman yang dirasakan oleh manusia terhadap suatu hal yang sangat besar di luar jangkauannya dan membuat manusia percaya akan hal tersebut. Robet melanjutkan dengan menjelaskan pandangan agama menurut Émilie Durkheim, Karl Marx, Max Weber, Talcott Parsons, dan Sigmund Freud. Tokoh pertama yang dibahas oleh Robet adalah É. Durkheim, yang melihat agama memiliki beberapa ciri, antara lain sebagai berikut: (1) Agama selalu memiliki dimensi kolektivitas, tidak ada agama yang tidak memiliki dimensi kolektivitas. Kemudian kolektivitas tersebut membentuk suatu kesepakatan dalam agama yang mewajibkan pemeluknya untuk melakukan kesepakatan bersama. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa agama memiliki sifat memaksa; (2) Dalam agama, kepercayaan dan praktik merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan. Ketika kita percaya pada sesuatu maka kita harus mempraktikkan apa yang kita percaya tersebut; (3) Agama juga selalu melakukan pemisahan antara yang kudus dan yang profan. Apa yang kudus merupakan sesuatu yang lebih besar dari diri manusia, sedangkan yang profan merupakan hal-hal yang tidak terlepas dari sehari-hari kehidupan manusia; (4) Agama secara konseptual selalu dipisahkan dari magis. Secara garis besar, Durkheim menekankan pada tiga hal dalam agama yaitu kolektivitas, institusi, dan relasi. Dari pandangan Durkheim mengenai agama, kita dapat memahami mengapa manusia terikat dengan agama dalam kehidupan sehari-hari.
 
Tokoh lain yang dibahas oleh Robet adalah Karl Marx. Kita tentu mengenal pandangan Marx mengenai agama yang mengatakan bahwa agama adalah candu. Robet menjelaskan bahwa banyak pihak yang salah kaprah dalam memahami agama adalah candu sebagaimana yang diutarakan oleh Marx. Padahal agama adalah candu hanya merupakan sedikit dari keseluruhan yang Marx maksudkan mengenai agama. Bagi Marx, agama adalah ekspresi dari suatu penderitaan yang nyata serta merupakan suatu bentuk protes melawan penderitaan. Relasi kelas dilihat oleh Marx sebagai penyebab penderitaan yang membuat masyarakat melarikan diri kepada agama. Robet pun menyandingkan pandangan Max Weber tentang agama, bagi Weber, agama muncul sebagai bagian untuk memberikan makna. Kebutuhan untuk memberikan makna dalam berhadapan dengan aneka macam kesulitan hidup. Berbeda dengan Marx, justru Weber melihat agama secara positif, menurut Weber, agama adalah cara yang digunakan manusia untuk berhadapan dengan lingkungan sosial-ekonomi, politik, dan alam. 
 
Robet melanjutkan penjelasannya dengan menyampaikan pertanyaan utama dari pokok pikiran Talcott Parsons, yakni, "Bagaimana suatu tatanan masyarakat bertahan dan lestari?" Parsons menjawabnya dengan empat fungsi yang harus ada jika ingin masyarakat bertahan dan lestari. Empat fungsi menurut Parsons tersebut adalah; (1) fungsi adaptasi yang berada dalam kemampuan ekonomi; (2) fungsi pencapaian tujuan bersama yang berada dalam politik; (3) fungsi integrasi melalui hukum; (4) fungsi perawatan melalui kebudayaan dan pendidikan. Agama bagi Parsons adalah institusi yang memiliki fungsi untuk membentuk agama masyarakat itu menjadi fungsional dalam masyarakat itu sendiri. Tokoh terakhir yang dibahas oleh Robet adalah Sigmund Freud yang dalam bukunya berjudul Totem and Taboo mengatakan bahwa inti dari agama adalah adanya figur primal father. Dalam buku tersebut, Freud mengisahkan tentang seorang ayah dalam satu suku yang memiliki kuasa untuk memiliki seluruh perempuan dalam suku tersebut. Anak laki-laki dari sosok ayah tersebut sangat membenci tapi sekaligus kagum dan menakuti sosok bapaknya tersebut. Akhir cerita, mereka membunuh bapaknya sendiri dan mulai membagi kenikmatan yang dulu hanya dimiliki oleh ayahnya. Agama menurut Freud suatu mekanisme untuk mengatur kenikmatan. 
 
Dari pandangan para tokoh sosiologi agama tersebut, Robet menjelaskan bahwa dalam sosiologi agama belum terdapat suatu posisi yang melihat agama secara feminis. Hal ini karena agama-agama itu sendiri masih menempatkan perempuan pada posisi subordinat serta menganggap perempuan sebagai sumber dosa sedangkan laki-laki sosok yang suci. Robet menyatakan bahwa hal ini menjadi suatu tantangan baru untuk menghasilkan teologi feminis yang baru itu seperti apa dan bagaimana teologi feminis tersebut disesuaikan dan diakomodasi dalam budaya politik patrimonial di Indonesia. (Bella Sandiata)
 


Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024