Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa

Dewi Candraningrum: Komunikasi dalam Ruang Publik adalah Bentuk Pelayanan atas Pengetahuan, Kesetaraan, Keadilan
(26 Agustus 2014)

PictureDok. Jurnal Perempuan
Dalam rangka peringatan 69 tahun kemerdekaan RI, Megawati Institute menggelar acara bertajuk “Masa Depan Keberagaman dan Kebangsaan Kita” yang diisi dengan pidato kebudayaan oleh tokoh muda Indonesia Dewi Candraningrum yang juga Pemred Jurnal Perempuan dan peluncuran buku yang merupakan proyek Megawati Institute dalam menyuarakan ide-ide strategis untuk bangsa pada Sabtu (23/8) di Gedung Djoeng, Menteng, Jakarta. Dalam sambutannya, Direktur Megawati Institute, Musdah Mulia mengatakan buku Memoria Indonesia Bergerak merupakan kumpulan tulisan dari alumni sekolah pemikiran pendiri bangsa yang melakukan tinjauan terhadap pemikiran para founding father/mother. Hampir sama dengan Memoria Indonesia Bergerak, buku Udah Kenal dengan Pendiri Indonesia? juga mengangkat gagasan para pendiri bangsa namun ditulis dengan bahasa yang mudah dicerna oleh anak muda. Lebih lanjut Musdah menjelaskan selain persoalan kebangsaan, persoalan perempuan juga menjadi topik yang diangkat. Buku Selamatkan Ibu Selamatkan Bangsa adalah kumpulan tulisan dari para pemenang lomba dalam rangka hari Ibu yang diadakan Megawati Institute dengan mengangkat isu soal Angka Kematian Ibu (AKI) yang masih tinggi. Sementara buku Kemuliaan Perempuan dalam Islam mengangkat isu tentang Islam sebagai agama yang ramah terhadap perempuan. Buku ini merupakan pedoman sehingga orang islam tidak akan lagi berpikir bahwa perempuan tidak boleh menjadi pemimpin atau menjadi makhluk nomor dua. Terakhir, buku Indahnya Islam Menyuarakan Kesetaraan dan Keadilan Gender mengupas kesetaraan dan keadilan gender dalam perspektif Islam. Megawati Institute berharap dengan diseminasi buku-buku ini maka akselerasi atas gagasan kebangsaan dan keberagaman semakin meningkat.  

Sementara itu dalam pidato kebudayaan yang berjudul ”Negara, Politik dan Hasrat Manusia”, Dewi Candraningrum membedah ide Habermas tentang ruang publik dalam Strukturwandel der Öffentlichkeit yang berbicara tentang kelahiran arena publik sebagai arena intelektual yang diciptakan oleh publik yang membaca, publik yang berdebat, dengan konteks masyarakat Eropa awal abad ke-18. Strukturwandel melakukan rekonstruksi atas versi ideal dari ruang publik yang berfungsi sebagai dasar penilaian atas kesehatan masyarakat demokratis. Dewi kemudian mengritisi gagasan Habermas dari perspektif postmodern-feminisme terkait dengan menguatnya pasar, munculnya world wide web dan diraihnya hak-hak politik modern bagi gender ketiga. Dalam pidatonya Dewi juga mempersoalkan kebutaan-kebutaan Habermas dalam membaca gender yang cukup sistematis. Ia kemudian menutup pidatonya dengan mengupas pertanyaan tentang bagaimana cara merayakan kegembiraan-kegembiraan politik.  (Anita Dhewy)

Fanny Chotimah: Film Pencari Keadilan Efektif Kampanyekan Isu Kekerasan Pada Perempuan
(21 Agustus 2014)

PictureDok. Pribadi
Bertempat di Bentara Budaya Balai Soedjatmoko Surakarta, Rabu (20/8/2014) komunitas Jejer Wadon yang dihadiri oleh 30 orang menggelar acara rutin bulanan dengan tema Pemutaran dan Diskusi Film Pencari Keadilan. Film yang diproduksi oleh Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel (Sigab) bekerja sama dengan Etnoreflika dan didukung oleh Australia Indonesia Partnership for Justice (AIPJ) diambil dari kisah nyata seorang perempuan difabel mental intelektual dan rungu wicara yang menjadi korban perkosaan dan pencabulan. Film yang juga bercerita tentang advokasi kasus tersebut menggambarkan mekanisme peradilan di Indonesia. Fanny Chotimah, feminis dan filmmaker yang mengupas film Pencari Keadilan mengatakan bahwa film ini efektif untuk mengampanyekan isu kekerasan yang dialami oleh perempuan.  


Purwanti, pembicara  dari Sigab menyatakan bahwa setiap perempuan korban kekerasan selalu mengalami trauma berkepanjangan. Banyak kasus kekerasan yang dialami oleh perempuan difabel yang tidak masuk dalam ranah peradilan di Indonesia karena kebijakan dan sistem yang tidak berpihak kepada difabel. “Dengan adanya film ini maka diharapkan ada gerakan masif yang berdampak secara sistemik yang mengubah paradigma,”tutur Purwanti. Dilihat dari sisi pembuatan film itu sendiri, Purwanti melihat adanya kemanfaatan yang besar dengan hilangnya ego sektoral di kalangan difabel. “Film ini juga salah satu hasil refleksi sehingga bermacam-macam jenis difabel turut berpartisipasi dalam pembuatan yakni difabel daksa, netra, rungu wicara dan cerebral palsy. Kami bekerja sama dengan nondifabel dan terjadi proses peleburan lalu berpikir bagaimana film ini dibuat mudah diakses bagi semua,”tambah Purwanti, pemeran film dan pelaku advokasi untuk korban.

Pada sesi diskusi, Elizabeth Yulianti Rahardjo, pegiat Jejer Wadon dari LPH-YAPHI menanyakan tentang kesulitan-kesulitan yang dialami oleh pendamping perempuan difabel yang berhadapan dengan hukum. Purwanti menjelaskan bahwa saat ini belum ada Standard Operating Procedure (SOP) yang menjadi pijakan bagi pendamping perempuan difabel yang berhadapan dengan hukum. Purwanti juga mengemukakan bagaimana saat ini sistem peradilan di Indonesia dalam menangani korban kekerasan  masih mengacu kepada umur berdasarkan kalender, bukan usia mental. “Melihat sebuah karya dari unsur intrinsik dan ekstrinsik, film Pencari Keadilan bisa dikatakan berhasil menyampaikan pesan tentang advokasi perempuan korban kekerasan seksual ,”pungkas Fanny Chotimah pada diskusi yang dimoderatori oleh Astuti Parengkuh. (Astuti Parengkuh)

Dewi Candraningrum: Politik Memori sebagai Upaya Melawan Lupa
(18 Agustus 2014)

PictureDok. Jurnal Perempuan
Komunitas Penulis Perempuan Indonesia (KPPI) menggelar diskusi buku puisi Pulang Melawan Lupa karya Zubaidah Djohar dengan tajuk “Perempuan, Sastra dan Perdamaian” pada Jumat 15 Agustus 2014 di Balai Budaja Jakarta bertepatan dengan peringatan penandatanganan perjanjian damai antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan pemerintah Indonesia sembilan tahun silam. Dewi Candraningrum, Pemimpin Redaksi Jurnal Perempuan yang menjadi salah satu pembicara membahas soal politik memori, amnesia sosial dan karya sastra sebagai pengungkap kebenaran. Ia mengatakan bahwa Politik memori perlu dibangun, karena ia berfungsi untuk merehabilitasi dan mengusahakan rekonsiliasi dalam situasi pasca konflik. Museum sebagai salah satu situs ingatan, tidak hanya mewujud dalam bentuk fisik, akan tetapi juga non fisik, seperti misalnya penulisan puisi, pembuatan film, penciptaan lukisan, dan lain-lain. Upaya penulisan sejarah lewat karya sastra ini menjadi penting. Mengapa karya sastra? Karena kesusastraan ibarat samudra yang bisa menampung semua, ada metafora, aporisma, juga hiberbola di dalamnya.

Lebih lanjut Dewi mengatakan pengalaman-pengalaman perempuan yang mengalami perkosaan—seperti ditulis Zubaidah dalam puisinya Inikah Damai itu, Tuan?—tidak masuk dalam sejarah formal. Dalam hal ini kita bisa belajar dari Jerman, di negara tersebut, puisi-puisi semacam ini diajarkan dan dipelajari di sekolah. Tanpa memaksakan bahwa apa yang termaktub dalam karya sastra tersebut adalah sejarah, dengan membaca, mendengarkan, bagaimana puisi tersebut dibacakan merupakan sebuah jalan membangun retorika melawan kesewenangan dan ketakadilan zaman. Dengannya, pembaca memberikan telinganya untuk melakukan re-apropriasi bentuk sejarah baru yang lebih adil.  

Sementara Pande K. Trimayuni dari Indonesian Womes’s Literary yang juga menjadi pembicara mengupas soal konflik, dampaknya bagi perempuan dan peran yang seharusnya diambil negara. Ia memaparkan bahwa sejak Perang Dunia II paham yang berlaku adalah realis-positivis yang memandang perang sebagai keniscayaan. Bangsa-bangsa akan berjuang untuk mendapatkan kekuasaan, sehingga perdamaian adalah hal yang tidak mungkin terjadi. Namun pada tahun 1980-an muncul pemikiran yang menentang, salah satunya dari kelompok feminis. Feminis percaya bahwa ada pilihan selain konflik. Kelompok feminis juga percaya bahwa konflik terjadi karena sifat-sifat maskulin lebih dominan. Sifat maskulin ini tidak hanya dimiliki laki-laki, tetapi juga perempuan. Bagi kelompok feminis, dialog adalah cara untuk mengakhiri konflik. Nilai-nilai perdamaian seperti mengutamakan dialog, adalah nilai-nilai feminin, yang ada pada laki-laki dan perempuan.

Lebih lanjut Pande mengatakan dalam konteks Aceh, paham maskulin ini yang dominan. Dalam situasi konflik, perempuan rentan menjadi korban. Perkosaan menjadi isu yang sangat memprihatinkan dan dipakai sebagai teror, alat perang. Dan sayangnya sampai sekarang masih sulit membawa para pelaku ke pengadilan. Di Aceh belum pernah terdengar para pelaku disidang dan diadili. Di sisi lain, perempuan—yang banyak menjadi korban—kesulitan mengartikulasikan pengalaman kekerasan dan trauma yang dialami. Sehingga butuh upaya khusus untuk menuliskan dan butuh pendekatan personal. Di sini peran negara adalah memfasilitasi, memberi repatriasi dan pemulihan. Sehingga kejadian semacam ini dapat menjadi pembelajaran dan tidak terjadi kembali. Dalam konteks sastra menjadi tantangan tersendiri untuk mengangkat suara korban.

Sementara itu Yenti Nurhidayat Ketua KPPI ketika membuka acara mengungkapkan bahwa semangat dari kegiatan ini adalah mengingat kembali semangat perdamaian dari perjanjian damai yang disepakati antara GAM (Gerakan Aceh Merdeka) dan pemerintah Indonesia pada 15 Agustus 2005 dan sekaligus menolak lupa atas kekerasan yang dialami perempuan dan anak yang menjadi korban dalam konflik Aceh. Selain Jakarta, acara sejenis juga berlangsung serentak di dua kota, Aceh dan Canberra. Lebih lanjut Yenti mengatakan dengan semangat melawan lupa pula KPPI memilih untuk menggelar diskusi di Balai Budaja mengingat gedung itu dulu pernah menjadi pusat aktivitas budaya dari para penulis dan penyair, seperti Chairil Anwar. Acara ditutup dengan pembacaan puisi oleh sejumlah penampil seperti Milastri Muzakkar, Olin Monteiro, Gayatri Muthahari, BJD Gayatri, dan lain-lain. (Anita Dhewy) 

NEWSLETTER SEBELUMNYA

  • Theresia Masang: Wirausaha Sosial Juga Mencakup Pengelolaan Organisasi dan Manajemen
  • Deedee Achriani: NGO Perlu Transformasi Untuk Mandiri
  • Husein Muhammad: Tidak Tepat Jika Homoseksual Disamakan dengan Sodomi 
  • Mariana Amiruddin Paparkan Empat Prioritas Isu dalam Uji Publik Calon Komisioner Komnas Perempuan 
  • Nazmiyah Sayuti: Kerjasama YJP dan Lembaga Lintas Negara dalam Isu Perubahan Iklim dan Hak-hak Kesehatan Reproduksi Perempuan
  • Fitri Junanto: "Terus Mengawal Dugaan Kekerasan Seksual Pakubuwono XIII"
  • Nuri Lestari: Ada Degradasi Keragaman Wacana Demokrasi di Berbagai Kelompok Islam 
  • Soe Tjen Marching: Kubunuh Di Sini, Pengalaman Perempuan Penyintas Kanker
  • Nazmiyah Sayuti: UNJ dan YJP Bekerja sama dalam Penelitian Ekofeminisme
  • Okky Madasari: Siap Menerbitkan buku dari Tesis Pascasarjana
  • Neng Dara Affiah: Meraih Gelar Doktor
  • Nunung Purwanti: "Perempuan Solo Ingin Pilpres Damai"
  • Endang Listiani: "Tujuh Tuntutan Perempuan Solo untuk Pilpres Damai"
  • Dewan Redaksi JP Prof Dr Sulistyowati Irianto: Cendikiawan Berprestasi Kompas 2014
  • Nazmiyah Sayuti: "ARROW Membahas Perubahan Iklim dan Kesehatan Reproduksi Perempuan" 
  • Zubaidah Djohar: Sastra sudah Mulai Menyentuh Isu Gender dan Islam
  • Agenda Perempuan untuk Indonesia Baru
  • Aksi Solidaritas untuk Petani Rembang
  • Islam Indonesia dan Kebudayaan
  • Oka Rusmini: Menulis Novel untuk Mendokumentasikan Budaya Bali
  • Helga Worotitjan: Mendampingi adalah Tugas Pelayanan
  • Solahudin: Peran Perempuan Diabaikan dalam Deradikalisasi
  • Lies Marcoes-Natsir: Perlu Melibatkan Perempuan dalam Upaya Deradikalisasi
  • Rieke Diah Pitaloka: Kita Hendak Mendirikan Negara Semua untuk Semua
  • Ita Fatia Nadia: Visi Misi Prabowo-Hatta terkait Perempuan Munculkan Keprihatinan
  • Eva Kusuma Sundari: Negara Harus Hadir Dalam Persoalan Perempuan
  • Dita Ardiyanti: "Pemimpin Perempuan Buruh masih Langka"

  • Argyo Demartoto: "Masyarakat Kita Diskriminasi Waria"
  • Putu Oka Sukanta: "Sastra Harus Mampu Membuka Daya Pikir
  • Menurunnya Jumlah Keterwakilan Perempuan di Parlemen
  • Tragedi Mei 1998 dan Lahirnya Komnas Perempuan: Upaya Menulis Sejarah Perempuan
  • Niken Lestari: "Pentingnya Peningkatan Kapasitas Feminis Muda Indonesia" 
  • Fanny Chotimah: "Ketika Tak Ada Lagi Yang Mempertanyakan Mei"
  • Vera Kartika Giantari: "Merawat Ingatan Tragedi Mei 1998 adalah Penting"
  • Sri Untari: "Kemenangan Saya adalah Kemenangan Buruh Pabrik"
  • Yayuk Yuliati: "Perempuan Buruh Tani Masih Miskin"
  • Kesetaraan Gender
  • Perempuan dan Korupsi
  • Pernikahan Dini yang Jadi Pilihan Mereka
  • Dunia di Tangan Perempuan-Perempuan Tangguh
  • Parpol Peserta Pemilu 2014 Tidak Serius Siapkan program Hukum
  • Caleg Perempuan Bicara Hukum di Indonesia
  • Menteri PPPA Gelar Kegiatan Bakti Caleg Perempuan Bersama Rakyat
  • KPPPA Luncurkan Iklan "Pilih Caleg Perempuan"
  • Perempuan Bekerja Jadi Inspirasi
  • Revisi Undang-Undang Usia Perkawinan di Indonesia
  • KPPPA Siapkan Pelatihan Bagi Caleg Perempuan Terpilih
  • Pemahaman Kesetaraan Gender Sejak DIni
  • Pemerintah Lupakan Peran Laki-laki
  • Langkah Awal Mencegah Kanker Serviks
  • Eksploitasi Perempuan di Televisi Indonesia
  • Pelecehan atas Perempuan dalam Pasar Kerja
  • Harapan Presiden dan Ibu Linda pada Pemilu 2014
  • Perempuan Harus Lebih Aspiratif
  • Akses Luas Bagi Korban Kekerasan
  • Tingginya Angka HIV/AIDS Dikalangan Ibu Rumah Tangga
  • Meningkatnya Angka Pernikahan Dini di Perkotaan
  • Fenomena Calon Anggota Legislatif Perempuan
  • Perempuan Masih Rentan Menjadi Korban Kekerasan
  • Desakan Perlindungan untuk Perempuan
  • Pikirkan Masa Depan Korban Kekerasan
  • Keterlibatan Perempuan di Politik Harus Ditingkatkan
  • Perempuan Tidak Serta Diuntungkan oleh Budaya Lokal
  • Perempuan dan Anak Belum Jadi Prioritas
  • Gejala Endometriosis pada Perempuan

  • Kuota Perempuan yang Menjadi Pekerjaan Rumah
  • Kesehatan Ibu Terabaikan
  • Bias Gender dan Perilaku Korup
  • Mereka-mereka yang Dikorbankan
  • Koperasi Mandirikan Perempuan
  • Perempuan Peneliti Hiu Paus
  • Menurunnya Calon Anggota DPD Perempuan
  • Peraturan Diskriminatif Terhadap Perempuan
  • Perempuan Jadi Korban
  • Susan Jasmine Zulkifli Bertahan di Tengah Penolakan
  • Perempuan Lebih Rentan Tertular HIV/AIDS
  • Kreativitas Calon Anggota Legislatif Perempuan
  • Teater Memberdayakan Kelompok Perempuan Marjinal
  • 2013, Tahun Rawan Kejahatan Seksual Anak
  • Hambatan dalam Program Pengarustamaan Gender (PUG)
  • Upaya Menekan Angka Kematian Ibu (AKI)
  • Peran Perempuan dalam Perekonomian Keluarga
  • Perempuan dan Tenun Ikat Flores
  • Praktik Trafficking di Indonesia
  • Meningkatnya Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan
  • Mendorong Ibu Rumah Tangga agar Terus Belajar
  • Penyebab Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga
  • Undang-Undang Kesetaraan dan Keadilan Gender
  • Ruang Khusus yang Belum Menjamin Keamanan Perempuan
  • Menjadi Perempuan Pertama
  • Meningkatnya Usia Kehamilan Remaja
  • Perempuan Peraih Nilai Ujian Nasional Tertinggi
  • Perempuan dan Politik: Kontribusi Perempuan tergadap Bangsa
  • Kekerasan Dalam Pacaran
  • Bahaya Kanker Serviks
  • Perempuan-perempuan di Lingkaran Korupsi
  • Perempuan Tangguh dari Timor
  • Hambatan Umum Perempuan di Politik
  • Rumah Bukan Tempat yang Aman
  • Pelecehan seksual dan yang Menanggung Akibatnya
  • Dua Perempuan Pejuang Pangan
  • Perempuan dan Partai Politik: Fenomena Kuota tanpa Kader
  • Pemerkosaan Bermula dari Jejaring Sosial, dan Pembunuhan Perempuan atas Alasan Pribadi
  • Armida S Alisjahbana: Anak Perempuan Jangan Sampai Ketinggalan

  • Maraknya Kekerasan Seksual Anak Perempuan oleh Guru Sendiri 
  • Churrim, Perempuan Pendaki Puncak Tertinggi
  • Pemulangan Korban Traficking
  • Mencegah Kehamilan di Usia Dini, Mencegah Bayi Lahir Prematur
  • Keterwakilan Perempuan di Arab Saudi
  • Profil Nursida Syam, Penggagas Klub Baca Perempuan
  • Pendidikan Anti Narkoba Masuk Kurikulum 2013, Kapan Giliran Pendidikan Kesehatan Reproduksi?
  • Hukuman Seumur Hidup untuk Pemerkosa
  • Reformasi yang Ditulis oleh Tubuh Perempuan
  • Kontroversi Sunat Perempuan
  • Diancam Syariat?
  • Kekerasan Seksual terhadap Anak
  • Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga dan Lansia
  • Bidan Sunarti dan Penanggulangan Gizi Buruk untuk Lansia
  • Kekerasan berbasis Syariah di Aceh Meningkat
  • Perempuan Pejabat Publik, Tak Semata Soal Kuantitas
  • Cerita Hidup Perempuan Pejabat Publik di Surabaya
  • Perdagangan Bayi
  • Presiden India Setujui Hukuman Mati untuk Pemerkosa
  • Kekerasan terhadap Perempuan, Kekerasan terhadap Kemanusiaan
  • Kibtiyah, Agen Ekonomi Keluarga
  • Erni dan Upaya Penyelamatan Satwa Liar
  • Bashaer Othman, Cita-cita Perempuan Muda, Walikota Palestina
  • Putri, Membela Diri dengan Mati
  • Kekerasan terhadap Perempuan di Angkot Kembali Terjadi
  • Deklarasi Perempuan untuk Gerakan Birokrasi Bersih di DKI Jakarta
  • Grace M. Tarjoto, Perempuan Pemberdaya Petani Beras Merah
  • Memande, Kegiatan Ekonomi Perempuan Lombok
  • Kunjungan Sri Mulyani
  • Perempuan Dianiaya, Kesadaran Hukum yang Lemah
  • Program tentang Perubahan Iklim Perlu Melibatkan Perempuan
  • Mahasiswi Meninggal Karena Loncat dari Angkot
  • Perda Syariah, Larangan Perempuan Duduk Mengangkang
  • Pemerkosaan, Kekerasan, dan Ancaman Pembunuhan
Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | yjp@jurnalperempuan.com
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa