Fanny Chotimah: “Ketika Tak Ada Lagi Yang Mempertanyakan Mei”
(02 Mei 2014)
(02 Mei 2014)
Box Wiji Thukul
Afrizal Malna
Yang ada hanya tubuh yang terbakar, kuburan masal yang masih berbau karet terbakar. Di lantai bawah. Anak-anak masih bernyanyi. 15 tahun setelah kamera dari kegelapan. Apakah kau mendengarnya? Dengarlah, Suara mereka seperti suara tentara. (2013)
Puisi tersebut adalah cuplikan dari karya Afrizal Malna, sahabat dekat Wiji Thukul, yang membuat puisi untuknya dalam antologi puisi Merawat Ingatan Rahim (Puisi Tragedi Mei 1998) yang diterbitkan oleh Komnas Perempuan dan Jejer Wadon (2013). Bertempat di Gladak pusat kota Solo, pada Kamis 1 Mei digelar Seribu Lilin Marsinah untuk merayakan hari buruh. Fanny Chotimah, aktivis Jejer Wadon, pada malam itu membacakan puisi dari Joko Pinurbo yang berjudul Mei. Puisi ini dibuat oleh Joko Pinurbo untuk mengingatkan kembali atas peristiwa Mei 1998 yang menelan banyak korban di beberapa titik kota di Indonesia, salah satunya di Solo. Fitri Nganti Wani, anak sulung Wiji Thukul, salah satu aktivis yang dihilangkan oleh negara pada saat pergantian rezim militer Soeharto ke reformasi. Perayaan ini dihadiri oleh beberapa aktivis buruh dari Karanganyar, Sragen, Sukoharjo, dan Semarang. Wani pada perayaan May Day ini membacakan puisi karya ayahnya sendiri. Koordinator acara ini adalah Elizabeth Yulianti Raharjo (YAPHI) yang menerangkan bahwa mereka telah menyiapkan seribu lilin dan beberapa happening art dari kelompok seni Sejinah dan Sarung Seni. Acara ini ditutup dengan nyanyian dari Fajar Merah, putra bungsu dari Sipon Diyah Sujirah (istri Wiji Thukul) yang juga hadir pada saat itu. (redaksi-jp)
Afrizal Malna
Yang ada hanya tubuh yang terbakar, kuburan masal yang masih berbau karet terbakar. Di lantai bawah. Anak-anak masih bernyanyi. 15 tahun setelah kamera dari kegelapan. Apakah kau mendengarnya? Dengarlah, Suara mereka seperti suara tentara. (2013)
Puisi tersebut adalah cuplikan dari karya Afrizal Malna, sahabat dekat Wiji Thukul, yang membuat puisi untuknya dalam antologi puisi Merawat Ingatan Rahim (Puisi Tragedi Mei 1998) yang diterbitkan oleh Komnas Perempuan dan Jejer Wadon (2013). Bertempat di Gladak pusat kota Solo, pada Kamis 1 Mei digelar Seribu Lilin Marsinah untuk merayakan hari buruh. Fanny Chotimah, aktivis Jejer Wadon, pada malam itu membacakan puisi dari Joko Pinurbo yang berjudul Mei. Puisi ini dibuat oleh Joko Pinurbo untuk mengingatkan kembali atas peristiwa Mei 1998 yang menelan banyak korban di beberapa titik kota di Indonesia, salah satunya di Solo. Fitri Nganti Wani, anak sulung Wiji Thukul, salah satu aktivis yang dihilangkan oleh negara pada saat pergantian rezim militer Soeharto ke reformasi. Perayaan ini dihadiri oleh beberapa aktivis buruh dari Karanganyar, Sragen, Sukoharjo, dan Semarang. Wani pada perayaan May Day ini membacakan puisi karya ayahnya sendiri. Koordinator acara ini adalah Elizabeth Yulianti Raharjo (YAPHI) yang menerangkan bahwa mereka telah menyiapkan seribu lilin dan beberapa happening art dari kelompok seni Sejinah dan Sarung Seni. Acara ini ditutup dengan nyanyian dari Fajar Merah, putra bungsu dari Sipon Diyah Sujirah (istri Wiji Thukul) yang juga hadir pada saat itu. (redaksi-jp)