Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Indonesian Feminist Journal
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Podcast JP
    • Radio JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
    • Biodata Penerima Beasiswa 2025

Fenomena Calon Anggota Legislatif Perempuan

Picture
Semakin dekatnya pemilihan calon anggota legislatif  pada tahun 2014 mendatang, partai politik masih cenderung memilih perempuan calon anggota legislatif secara terburu-buru, terutama demi memenuhi kuota 30 persen. akibatnya, banyak perempuan caleg dalam daftar caleg tetap yang belum berpengalaman dan belum matang dalam berpolitik praktis, demikian diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Koalisi Perempuan Indonesia Dian Kartikasari dalam diskusi Hasil Pemetaan dan Kajian Cepat Keterwakilan Perempuan dalam DCT DPR-RI. Menurut Dian Kartikasari, pemenuhan kuota 30 persen dalam DCT untuk DPR sudah cukup memadai.

Dari total 6.619 caleg, 4.152 (63 persen) dalah laki-laki dan 2.467 (37 persen) perempuan. Mereka diusung oleh 12 parpol di 33 provinsi dalm 77 daerah pemilihan, dari sekian banyak caleg perempuan tersebut banyak yang belum berpengalaman atau belum matang dalam berpolitik. Kondisi ini terjadi karena parpol memilih mereka secara terburu-buru, hanya demi memenuhi kuota 30 persen. yang lebih menyedihkan lagi sebagian caleg perempuan itu adalah istri-istri dari politisi (laki-laki) yang aktif di partai, sehingga mengesankan adanya politik dinasti di setiap partai politik di Indonesia.

Bahkan di daerah-daerah, perempuan yang mencalonkan menjadi caleg umumnya diambil dari mereka yang memiliki basis dukungan massa yang kuat, seperti guru, pendeta, ustazah, pimpinan majelis taklim, atau bidan desa. Karena belum berpengalaman berpolitik, mereka harus bekerja keras dan cepat belajar poltik agar terpilih dalam pemilu dan menjadi legislator yang baik. Dunia politik di Indonesia, masih sangat maskulin, pekerjaan di partai politik ataupun rapat-rapat kerap dilakukan pada malam hari. Di beberapa wilayah, perempuan tak mudah keluar pada malam hari. Akibatnya, kader perempuan dianggap tidak loyal dan terhambat dalam berpolitik. Karenanya perempuan calon anggota legislatif harus berupaya lebih keras untuk bisa menghadapi tantangan dan mengatasi hambatan tersebut.

(Disarikan oleh Hasan Ramadhan dari Harian Kompas, Jum’at 11 Nomber 2013)

Jurnal Perempuan memiliki Bundel Kliping setiap bulan dari berbagai surat kabar. Kliping ini berisi tentang isu-isu perempuan yang telah kami kategorisasi. Apabila Anda berminat dengan Kliping kami silakan hubungi: [email protected] atau 021 – 8370 2005



Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Indonesian Feminist Journal
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Podcast JP
    • Radio JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
    • Biodata Penerima Beasiswa 2025