Profil Nursida Syam, Penggigih Klub Baca Perempuan
Nursida lahir di desa Jambi Anom, Nusa Tenggara Barat pada Agustus 1979. Ia berkesempatan mengalami masa kuliah di Fakultas Sastra Univesitas Negeri Yogyakarta dan sejak saat itu telah memiliki keinginan untuk membagi semangatnya untuk membaca kepada masyarakat luas di tempat tinggalnya, terutama kalangan perempuan. Ia berkeyakinan bahwa orang-orang di sekitar pada dasarnya suka membaca, hanya saja terhambat oleh akses akan buku serta himpitan ekonomi yang tentu akan membuat mereka lebih memilih untuk membeli kebutuhan pangan bagi diri atau keluarganya.
Dengan niat yang sejak awal bertujuan utama kepada perempuan, Nursida rajin mengajak, bahkan ‘memaksa’ para ibu rumah tangga untuk datang dan memilih buku sesuai dengan yang mereka sukai. Ia pun menyediakan fasilitas sebagaimana kemampuannya untuk menampung anak-anak hingga orang dewasa untuk
menghabiskan waktu dengan membaca di taman bacaannya.
Dalam upayanya selama mengembangkan taman bacaan ini, berbagai respon telah ia dapatkan dari lingkungannya. Dari respon warga yang begitu tulus memberi sayur dan buah melihat usaha gigihnya mengembangkan Taman Baca, hingga tuduhan yang mengatakan dirinya sedang melakukan kaderisasi untuk menjadi caleg lewat promosi perpustakaan umum miliknya. Namun Nursida tidak menyerah, setelah terwujud citacitanya mendirikan Taman Baca, sekarang ia juga membuka sekolah alam dengan jumlah guru dan murid yang terus bertambah.
(Ditulis oleh Ajeng, disarikan dari Kompas, Senin, 28 Januari 2013)
Dengan niat yang sejak awal bertujuan utama kepada perempuan, Nursida rajin mengajak, bahkan ‘memaksa’ para ibu rumah tangga untuk datang dan memilih buku sesuai dengan yang mereka sukai. Ia pun menyediakan fasilitas sebagaimana kemampuannya untuk menampung anak-anak hingga orang dewasa untuk
menghabiskan waktu dengan membaca di taman bacaannya.
Dalam upayanya selama mengembangkan taman bacaan ini, berbagai respon telah ia dapatkan dari lingkungannya. Dari respon warga yang begitu tulus memberi sayur dan buah melihat usaha gigihnya mengembangkan Taman Baca, hingga tuduhan yang mengatakan dirinya sedang melakukan kaderisasi untuk menjadi caleg lewat promosi perpustakaan umum miliknya. Namun Nursida tidak menyerah, setelah terwujud citacitanya mendirikan Taman Baca, sekarang ia juga membuka sekolah alam dengan jumlah guru dan murid yang terus bertambah.
(Ditulis oleh Ajeng, disarikan dari Kompas, Senin, 28 Januari 2013)