KPPPA Siapkan Pelatihan Bagi Caleg Perempuan Terpilih
(20 Maret 2014)
(20 Maret 2014)
Jakarta, Rabu 19 Maret. Usaha Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dalam memperjuangkan kesempatan bagi perempuan untuk duduk di parlemen tidak terhenti penetapan aturan kuota caleg perempuan sebesar 30 persen saja. KPPPA juga akan memberikan pelatihan kepada para caleg perempuan terpilih dalam Pemilu 2014, bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri. Upaya itu dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas anggota parlemen perempuan terpilih. Demikian dikatakan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Agum Gumelar dalam kunjungannya ke kantor redaksi detik.com, Rabu, (19/3) dalam rangka sosialisasi kegiatan “Caleg Perempuan Memberi Arti.”
Sebelumnya, Linda juga menjelaskan dengan difasilitasi UNDP, KPPPA telah melakukan pelatihan di beberapa provinsi bagi caleg-caleg perempuan yang pertama kali terjun menjadi caleg pada Pemilu 2014. Dalam pelatihan itu, kata Linda, diberikan beberapa materi penting meliputi tugas-tugas anggota legislatif, strategi berkomunikasi dengan konstituen hingga bagaimana mengelola dana kampanye. “Memberikan pelatihan kepada caleg perempuan, merupakan bagian dari tugas dan fungsi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam meningkatkan kualitas calon-calon anggota parlemen perempuan,” ujar Linda.
Selain memberikan pelatihan, upaya peningkatan kualitas caleg perempuan yang tidak kalah pentingnya juga harus dilakukan oleh partai politik. Partai politik, kata Linda, berkewajiban membenahi sistem rekruitmen kader-kader perempuan agar mereka yang dicalonkan benar-benar berkualitas. Sebagai anggota kabinet, Linda mengaku telah berkomunikasi secara formal maupun informal dengan beberapa ketua umum partai politik yang kebetulan juga anggota kabinet mengenai hal tersebut. “Mereka mengaku memang kesulitan saat merekrut caleg-caleg perempuan,” ujar Linda.
Bagi Linda, hal tersebut merupakan tantangan berat yang harus segera diatasi. Dari sisi kultur, lanjut Linda, pembenahannya dapat dimulai dengan mengubah kultur keluarga dengan memberikan kesempatan yang sama kepada anak laki-laki dan perempuan untuk hal apapun. “Selama ini yang terjadi, anak laki-laki selalu diberikan kesempatan yang lebih besar daripada perempuan,” tutur Linda.
Langkah lainnya, bisa dilakukan adalah mengubah persepsi bahwa politik merupakan dunia maskulin atau dunia laki-laki sehingga para perempuan takut untuk terjun di dalamnya. “Saya kira hal itu merupakan persepsi yang keliru dan harus segera kita ubah agar perempuan mau terjun ke dunia politik,” pungkas Linda.
Sebelumnya, Linda juga menjelaskan dengan difasilitasi UNDP, KPPPA telah melakukan pelatihan di beberapa provinsi bagi caleg-caleg perempuan yang pertama kali terjun menjadi caleg pada Pemilu 2014. Dalam pelatihan itu, kata Linda, diberikan beberapa materi penting meliputi tugas-tugas anggota legislatif, strategi berkomunikasi dengan konstituen hingga bagaimana mengelola dana kampanye. “Memberikan pelatihan kepada caleg perempuan, merupakan bagian dari tugas dan fungsi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam meningkatkan kualitas calon-calon anggota parlemen perempuan,” ujar Linda.
Selain memberikan pelatihan, upaya peningkatan kualitas caleg perempuan yang tidak kalah pentingnya juga harus dilakukan oleh partai politik. Partai politik, kata Linda, berkewajiban membenahi sistem rekruitmen kader-kader perempuan agar mereka yang dicalonkan benar-benar berkualitas. Sebagai anggota kabinet, Linda mengaku telah berkomunikasi secara formal maupun informal dengan beberapa ketua umum partai politik yang kebetulan juga anggota kabinet mengenai hal tersebut. “Mereka mengaku memang kesulitan saat merekrut caleg-caleg perempuan,” ujar Linda.
Bagi Linda, hal tersebut merupakan tantangan berat yang harus segera diatasi. Dari sisi kultur, lanjut Linda, pembenahannya dapat dimulai dengan mengubah kultur keluarga dengan memberikan kesempatan yang sama kepada anak laki-laki dan perempuan untuk hal apapun. “Selama ini yang terjadi, anak laki-laki selalu diberikan kesempatan yang lebih besar daripada perempuan,” tutur Linda.
Langkah lainnya, bisa dilakukan adalah mengubah persepsi bahwa politik merupakan dunia maskulin atau dunia laki-laki sehingga para perempuan takut untuk terjun di dalamnya. “Saya kira hal itu merupakan persepsi yang keliru dan harus segera kita ubah agar perempuan mau terjun ke dunia politik,” pungkas Linda.