Nazmiyah Sayuti: “ARROW Membahas Perubahan Iklim & Kesehatan Reproduksi Perempuan”
(26 Juni 2014)
(26 Juni 2014)
Bencana akibat perubahan iklim berdampak langsung terhadap perempuan. Ketimpangan gender dalam berbagai bidang menyebabkan posisi perempuan menjadi rentan, terutama saat terjadi bencana. Oleh karena itu, prinsip kesetaraan gender harus dijadikan pegangan dalam manajemen bencana, dimulai dari tahap mitigasi, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Manajemen bencana responsif gender memberikan bobot seimbang terhadap hak dan kapasitas perempuan maupun laki-laki.
Dari sekian aspek perubahan iklim yang terkait dengan permasalahan perempuan, kesehatan reproduksi dan hak seksual (Sexual Rights and Reproduction Rights SRHR) mendapat perhatian penting. Hubungan antara perubahan iklim dengan penguatan kapasitas hidup perempuan, pemenuhan hak-hak perempuan, serta kesehatan reproduksi perempuan, menjadi fokus kegiatan The Asian-Pacific Resource & Research Centre for Women (ARROW). Lembaga tersebut menyelenggarakan pertemuan yang dihadiri oleh peserta dari berbagai negara di Asia Tenggara, di antaranya Bangladesh, Pakistan, Nepal, Laos, Filipina, Indonesia & Maladewa. Perwakilan Indonesia berasal dari Yayasan Jurnal Perempuan, yaitu Nazmiyah Sayuti selaku Direktur Eksekutif. Pertemuan tersebut diadakan di Kuala Lumpur, dari tanggal 23 hingga 27 Juni 2014.
Wilayah Asia Tenggara dan negara kepulauan seperti Maladewa termasuk yang berpotensi paling tinggi terkena dampak perubahan iklim. Khusus untuk Indonesia, posisinya yang terletak di Ring of Fire menempatkan negara kita menjadi wilayah rawan bencana. Konferensi tersebut menjadi sangat strategis dalam merumuskan strategi advokasi dan perumusan kebijakan responsif gender terkait perubahan iklim di level lokal, nasional dan regional. (nataresmi)
Dari sekian aspek perubahan iklim yang terkait dengan permasalahan perempuan, kesehatan reproduksi dan hak seksual (Sexual Rights and Reproduction Rights SRHR) mendapat perhatian penting. Hubungan antara perubahan iklim dengan penguatan kapasitas hidup perempuan, pemenuhan hak-hak perempuan, serta kesehatan reproduksi perempuan, menjadi fokus kegiatan The Asian-Pacific Resource & Research Centre for Women (ARROW). Lembaga tersebut menyelenggarakan pertemuan yang dihadiri oleh peserta dari berbagai negara di Asia Tenggara, di antaranya Bangladesh, Pakistan, Nepal, Laos, Filipina, Indonesia & Maladewa. Perwakilan Indonesia berasal dari Yayasan Jurnal Perempuan, yaitu Nazmiyah Sayuti selaku Direktur Eksekutif. Pertemuan tersebut diadakan di Kuala Lumpur, dari tanggal 23 hingga 27 Juni 2014.
Wilayah Asia Tenggara dan negara kepulauan seperti Maladewa termasuk yang berpotensi paling tinggi terkena dampak perubahan iklim. Khusus untuk Indonesia, posisinya yang terletak di Ring of Fire menempatkan negara kita menjadi wilayah rawan bencana. Konferensi tersebut menjadi sangat strategis dalam merumuskan strategi advokasi dan perumusan kebijakan responsif gender terkait perubahan iklim di level lokal, nasional dan regional. (nataresmi)