Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa
Wacana Feminis

Mendekonstruksi Khalifah dalam Islam

3/9/2014

 
Nadya Karima
(Mahasiswi Jurusan Ilmu Sejarah, FIB, Universitas Indonesia)
nadyazurakarima@gmail.com
PictureDok. Pribadi
Tahun 2014 adalah tahun politik, kita sebagai warga negara Indonesia menyaksikan dan turut ikut serta dalam menentukan wakil kita melalui pemilihan umum legislatif dan pemilihan umum presiden. Pada tahun ini pula para calon wakil rakyat berebut mendapatkan simpati rakyat untuk mendulang suara. Berbagai pemikiran dan ayat-ayat suci juga digunakan untuk menjadi landasan dan alasan untuk merebut simpati rakyat. Islam, sebagai agama mayoritas di Indonesia memiliki dasar hukum utama yaitu Alquran disusul hadis dan ijtihad.

Anjuran umat islam untuk memimpin telah dituangkan dalam beberapa ayat-ayat Alquran seperti pada surat Al-Baqarah ayat 30: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat; “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi…” Dan pada surat Al An’aam ayat 165: “Dan dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Dia Tuhanmu amat cepat siksaan-nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”[1]

Sayangnya, pemahaman akan penguasa dalam beberapa ayat di Alquran ini sering kali dimaknai sempit penguasaan dan kepemimpinan terhadap manusia dan penguasaan terhadap alam. Pemilihan kata “penguasa” dibadingkan “pemimpin” juga mampu menggiring pandangan kita terhadap khalifah. Penguasa berasal dari kata kuasa atau dalam kata kerja menguasai yang berarti memegang kekuasaan atas sesuatu. Sesuatu disini sering kali dimaknai sempit hanya sekadar menguasai sebagian manusia atau kelompok. Padahal, isi bumi ini tidak hanya manusia, unsur kehidupan secara biologis dibagi biotik dan abiotik. Manusia memang bagian dari klasifikasi biotik tetapi begitu juga dengan hewan, tumbuhan, bakteri, dan kita sebagai makhluk hidup biotik juga tidak bisa hidup sendiri tanpa disokong abiotik seperti tanah, oksigen, air dan sebagainya. Pemaknaan penguasa disini merujuk pada manusia sebagai makhluk hidup yang dianggap memiliki akal dan mampu berpikir secara rasional dan tidak mengikuti insting dasarnya saja. Manusia mampu mengelola unsur biotik dan abiotik lain di luar dirinya, karena itulah manusia dipilih sebagai khalifah di bumi ini.

Dalam buku Kangen Indonesia, Hisanori Kato menulis bahwa penggunaan sendok dan garpu ketika makan menyimbolkan manusia yang mampu menguasai alam. Apakah alam memang diciptakan untuk dikuasai? Pemikiran modern yang ditandai dengan revolusi industri merupakan perpanjangan atas pandangan antroposentris sebagai bentuk perlawanan dari theosentris pada masa abad pertengahan. Sayangnya, pemikiran modern ini melahirkan antroposentris yang kebablasan dan kemampuan manusia dengan sudut pandang manusia telah meninggalkan alam serta batas-batasnya.

Khalifah bukan saja manusia menguasai manusia lainnya, tetapi lebih kepada mengelola dengan bijak manusia dan non-manusia. Kekuasaan adalah keinginan yang tidak ada habisnya karena menjadi salah satu dasar stratifikasi sosial sedangkan jika kita menggunakan kata mengelola akan membuat tujuan dari kepemimpinan yang kita lakukan lebih seperti mandat Tuhan untuk berbuat adil.

Ekofeminisme menawarkan bentuk kepemimpinan terhadap seluruh makhluk dengan lebih ramah. Ekofeminisme dianggap salah satu cabang dari feminisme. Ekofeminisme adalah suatu gerakan dalam feminisme yang memiliki argumen bahwa penindasan patriarki menghancurkan alam (nature) dengan mengatasnamakan keuntungan (profit) dan kemajuan (progress)[2]. Feminisme menunjukan wajah islam sebagai agama yang memiliki Tuhan yang bersifat Ar-Rahmah (pengasih) dan Ar-Rahim (penyayang) yang biasanya diidentikkan dengan sifat perempuan. Dalam hal ini menunjukkan bahwa dalam kepemimpinan, khilafah diharuskan bersikap pengasih dan penyayang terhadap setiap makhluk. Bersikap pengasih dan penyayang tidak membuat seorang pemimpin menjadi lemah tetapi begitulah seharusnya ia bersikap.

Feminisme menawarkan cara memimpin serta pemimpin yang berdasarkan cinta dan kasih sayang, menambal lubang pertarungan umat manusia yang membuat manusia hidup seperti dalam pacuan kuda yang tidak henti-hentinya mencapai sesuatu. Hal ini sempat dikritik dalam beberapa film yang dibuat oleh Aamir Khan, seorang sineas India yang mengatakan hidup ini tidak seperti lomba yang setiap manusia terus-terusan dipacu untuk terus mengejar sesuatu, berlomba untuk menguasai dan sistem pendidikan memang dibuat sedemikian rupa agar kita nantinya bisa dan selalu ingin terus menguasai sesuatu.

Saya rasa kita harus sejenak duduk dan berpikir. Mencoba memaknai kepemimpinan yang telah kita lakukan selama ini. kepemimpinan atas diri kita sendiri, rehat dari perlombaan menguasai manusia. kepemimpinan yang kita lakukan atas tubuh kita, kepemimpinan kita dalam mengelola lingkungan hidup, kepemimpinan kita dalam menghargai dan berinteraksi dengan orang lain. Memikirkan kepemimpinan dan tanggung jawab kita terhadap anak-cucu-cicit kita kelak, memikirkan tanggung jawab kepemimpinan kita atas Tuhan.

Catatan Belakang: 
[1] Buku Pintar Al-Quran: Refrensi Lengkap memahami Kitab Suci Al Quran . 2002. Mochtar Storqe dan Muhammad Iqbal.Jakarta: Ladang Pustaka & Intimedia. Hlm 242-243 
[2] Kata dan Makna oleh Nur Iman Subono dalam Jurnal Perempuan edisi 80 vol. 19 No. 2, Mei 2014  hlm 167 


Comments are closed.

    Author

    Feminis muda 

    Jurnal Perempuan
    ​terindeks di: 
    Picture

    RSS Feed

    Archives

    September 2021
    July 2021
    June 2021
    January 2021
    May 2020
    March 2020
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    September 2018
    August 2018
    June 2018
    December 2017
    September 2017
    August 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    October 2016
    September 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | yjp@jurnalperempuan.com
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa