Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
Wacana Feminis

Mahasiswi Cantik

18/5/2015

 
Nadya Karima Melati
(Mahasiswi Jurusan Ilmu Sejarah, FIB, UI)
[email protected]
PictureDok. Pribadi
Suatu ketika seorang teman saya me-retweet salah seorang kenalannya yang fotonya diunggah ke akun @uicantik. Karena iseng saya mencoba ikut membuka tautan itu dan kebetulan saya juga tertarik terhadap konsepsi cantik. Ditampilkanlah foto-foto mahasiswi yang berambut lurus panjang dan atau pendek, ada juga yang berjilbab, berkulit putih, berwajah oval, beralis tebal, ditambah bibir berwarna merah muda dengan make up cenderung Ulzzang[1]. Akun-akun  media sosial yang mengunggah tentang kecantikan atau kerupawanan wajah mahasiswa-mahasiswinya kini menjadi fenomena yang merebak di seluruh kampus di Jabodetabek. Pada awalnya, kepopuleran akun mahasiswi rupawan dimulai dari kampus-kampus besar seperti Universitas Gajah Mada (UGM) dan Universitas Indonesia (UI). Hingga kini bahkan ada survei khusus untuk menghitung populasi mahasiswi cantik di seluruh kampus di Jabodetabek

Perempuan sebagai objek memang selalu menarik untuk diperbincangkan. Followers dari akun mahasiswi cantik tersebut cukup banyak sama seperti atensi masyarakat kita yang baru saja terbelalak karena terungkapnya profesi sampingan artis ibu kota sebagai penjaja seks dengan tarif tinggi. Isu-isu tersebut menggeser isu yang lebih krusial seperti solidaritas anti kekerasan terhadap perempuan yang dilakukan oleh perempuan Yogyakarta. Kegiatan seperti itu sayangnya tidak mendapat atensi dari massa maupun media. Dibandingkan membahas perempuan sebagai subjek yang melakukan solidaritas melawan kekerasan, media dan kita (sebagai konsumen media) lebih memilih memosisikan perempuan sebagai objek berita dengan menyorot tubuh perempuan dalam kriteria cantik.

Masih ingat berita yang menyajikan tentang penjual warteg cantik, pengemis cantik, Polwan cantik? melihat tingginya minat kita terhadap berita-berita tentang pekerja yang cantik menyeret perspektif kita untuk menilai perempuan (masih) karena tubuhnya. Hal ini membuktikan bahwa patriarki telah bermutasi dan berubah bentuk. Perempuan masuk ke ruang publik tetapi yang disorot bukanlah apa yang mereka lakukan tetapi tubuhnya. Perempuan dihargai karena wajahnya bukan karena apa yang telah dia kerjakan.

Akun @uicantik di twitter dan instagram adalah contoh lain dalam ruang lingkup kampus bagaimana kita masih menggunakan kecantikan untuk mengobjektifikasi perempuan.  Akun tersebut hanya memberikan cara untuk memasukkan foto seseorang untuk diunggah yaitu dengan mengirim surel dari pihak ketiga. Di sini masalah mulai terlihat, siapa saja bisa mengunggah foto siapa saja yang mereka kenal. Akibatnya, foto yang diunggah tidak diketahui oleh si pemilik wajah. Beberapa dari merekan ada yang tidak keberatan fotonya masuk di akun @uicantik tapi ada juga yang mengeluh karena fotonya diunggah, akun media sosialnya diikuti oleh orang-orang tidak dikenal, dan pemilik foto menjadi tidak nyaman.  Ada dua tanggapan terhadap kehadiran akun @uicantik ini, perempuan yang senang fotonya diunggah, berarti penampilannya masuk dalam kriteria ‘cantik’ dan perempuan yang menolak akun @uicantik karena menurutnya akun tersebut membuat wajahnya menjadi konsumsi publik.

Mengapa fenomena akun mahasiswi cantik ini dimulai dari kampus – kampus ternama? Dimulai dari UGM dan kemudian UI lalu kampus-kampus lain di Jabodetabek. Saya mencoba memahami fenomena kepopuleran akun @uicantik. Kampus UI yang dikenal mempunyai prestise ‘pintar’ dimana mahasiswa di dalamnya telah lolos seleksi cukup ketat dan dipilih sebagai yang terbaik. Sedangkan nilai ‘cantik’ di sini adalah nilai tambah dari sifat pintar. Dan lagi, UI juga dikenal sebagai kampus kelas menengah terkait stigma bahwa kuliah di UI mahal sehingga ada tiga stratifikasi yang melekat pada mahasiswi ini: pintar, kaya, dan cantik.

Pada awalnya saya menganggap akun cantik-cantik ini sebagai hiburan bahkan beberapa kali saya mendapat broadcast pesan singkat berupa list mahasiswa paling tampan di fakultas tertentu seperti fakultas Teknik dan Ilmu Komputer lengkap dengan fotonya. Tapi kemudian saya sadar bahwa seseorang, baik laki-laki atau perempuan tidak berhak dinilai hanya karena wajahnya. Saya tidak menolak akun @uicantik atau @uiganteng karena akun seperti itu bisa menjadi salah satu ajang ekspresi diri dan hiburan dengan syarat: (1). Meminta izin langsung dari pemilik wajah dan (2). Memperluas kriteria cantik.

Mengunggah wajah tanpa diketahui oleh pemiliknya melanggar hak privasi seseorang atas kepemilikan wajah dan tubuhnya. Akun yang awalnya bertujuan untuk senang-senang bisa jadi punya masalah serius karena mengunggah foto seseorang tanpa izin. Menggunakan foto orang lain untuk kepentingan pribadi sangat tidak baik karena orang tersebut diposisikan sebagai objek. Kemudian kegiatan memperluas kriteria cantik di media sosial inilah yang saya sorot. Akun @uicantik membuat standar terhadap kecantikan perempuan dan saya khawatir perempuan justru akan terobesi menjadi cantik seperti yang didefinisikan oleh pemilik akun anonim ini dibanding berprestasi dalam kuliah baik di bidang akademis atau organisasi.

Saya sebagai mahasiswa sadar bahwa masa depan bangsa ini ada di depan saya, pada kita, mahasiswa Indonesia. Tongkat estafet perjuangan untuk membuat Indonesia lebih baik ada pada kita semua dan kita harus menerimanya. Mahasiswa adalah agen perubahan dan harus mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sebagai perempuan dan mahasiswa saya tidak mau terjebak dengan memfokuskan diri untuk menjadi cantik saja. Indonesia butuh perempuan yang bukan sekadar cantik namun juga bisa berkontribusi untuk bangsa dan perdamaian dunia.

 
Catatan Belakang:

[1] Ulzzang adalah gaya make up imbas dari Korean Wave memfokuskan pada kulit flawless seperti porselen dengan alis lurus innocent dan bibir warnamerah muda. Gaya make up ulzzang kini dipopulerkan oleh brand make up asal Korea Selatan dengan produk unggulannya seperti BB Cream, Lip Tint dan pensil alis berwarna coklat. 


Sumber Internet:

http://suaramahasiswa.com/mempertanyakan-arti-rupawan/
http://trendezia.blogspot.com/2015/03/menyoal-akun-cantik-di-kalangan-kampus.html
http://www.koran-sindo.com/read/955131/149/mahasiswi-ui-paling-cantik-1422081505
http://pizna.com/2014/12/top-12-mahasiswi-tercantik-ui-versi-pizna.html

 




adha
19/5/2015 11:34:26 am

Untung d itb tdk begitu terimbas, ada tp ya mung bablas we

IBU LILIS
28/5/2015 03:13:27 am

saya ibu lilis posisi sekarang di malaysia
bekerja sebagai pembantu gaji tidak seberapa
setiap gajian selalu mengirimkan orang tua
sebenarnya pengen pulang tapi gak punya uang
sempat saya putus asah dan secara kebetulan
saya buka internet ada seseorng berkomentar
tentang MBAH LIMPAH katanya perna di bantu
melalui jalan togel saya coba2 menghubungi
karna di malaysia ada pemasangan
jadi saya memberanikan diri karna sudah bingun
saya minta angka sama MBAH LIMPAH
angka yang di berikan 6D TOTO tembus 100%
terima kasih banyak MBAH
kemarin saya bingun syukur sekarang sudah senang
dan rencana mau pulang ke indo untuk buka usaha
bagi penggemar togel ingin merasakan kemenangan
terutama yang punya masalah hutang lama belum lunas
jangan putus asah HUBUNGI MBAH LIMPAH
DI NO: 085~312~407~999
tak ada salahnya anda coba
karna angka ritual MBAH tidak perna meleset
saya jamin MBAH LIMPAH tidak akan mengecewakan..

sisilia link
20/5/2015 02:54:05 am

cantik itu kemasan aja. yang paling penting, apa 'isi'nya


Comments are closed.

    Author

    Feminis muda 

    Jurnal Perempuan
    ​terindeks di: 
    Picture

    RSS Feed

    Archives

    September 2021
    July 2021
    June 2021
    January 2021
    May 2020
    March 2020
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    September 2018
    August 2018
    June 2018
    December 2017
    September 2017
    August 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    October 2016
    September 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024